Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sejarah Munculnya Wisata Jip Lava Tour Merapi
22 Juni 2018 9:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Menikmati paronama alam serta kesejukan lereng Merapi menggunakan jip menjadi sensasi tersendiri bagi wisatawan. Tak heran, tingginya minat wisata jip Lava Tour Merapi membuat armada jip melonjak. Tercatat saat ini ada 800 jip yang beroperasi, tergabung dalam 29 komunitas dan dinaungi asosiasi.
ADVERTISEMENT
Lalu bagaimana sejarah kemunculan jip wisata Lava Tour Merapi? Pada Kamis (21/6) kumparan berbincang dengan Ketua Asosiasi Jip Wisata Lereng Merapi (AJWLM) Wilayah Timur, Bambang Sugeng, via telepon. Babe, sapaan akrabnya, menceritakan awal mula kemunculan jip wisata Lava Tour Merapi adalah pasca-erupsi Merapi tahun 2010.
Sebelum munculnya wisata jip, wisata trail sudah lebih dahulu berkembang. Sensasi mengendarai motor trail saat itu menjadi favorit wisatawan, hingga tak mengherankan warga sampai memiliki 56 motor trail waktu itu. Seiring perkembangan, wisata menggunakan motor trail pun beralih ke mobil jip. Tidak hanya sebagai alat transportasi melewati medan berat, sensasi menikmati panorama alam dari atas jip menjadi daya tarik tersendiri.
"Sebetulnya jip Merapi mulai ada tahun 2011 pertengahan. Selain alat transportasi, jip ternyata punya daya tarik sendiri," kata Babe.
Tak mengherankan, kini ribuan warga banyak yang menggantungkan hidup dari wisata jip. Selain pelaku wisata jip, Babe menuturkan, banyak warga yang bekerja sebagai tukang parkir, penjual bensin, hingga tukang foto. Pekerjaan itu tersebut berkaitan juga dengan keberadaan jip wisata.
ADVERTISEMENT
Indikasi ramai tidaknya jip wisata bisa terlihat dari suasana di Pasar Pakem, pasar tradisional di desa setempat. Ia mencontohkan saat terjadi erupsi, pendapatan pelaku jip wisata menurun hingga berimbas pada sepinya Pasar Pakem.
"Kalau pas kemarin ada Merapi (erupsi), Pasar Pakem menurun sekali. Segitiga yang saling berkaitan," jelasnya.
Dalam sehari rata-rata pengemudi jip dapat meraih penghasilan Rp 50 ribu hingga Rp 60 ribu. Pendapatan pengemudi naik pesat ketika wisatawan sedang ramai, dalam sehari mereka bisa meraih pendapatan hingga Rp 200 ribu.
Pendapatan tersebut mereka dulang dari sejumlah rute jip wisata yang ditawarkan, yaitu Rp 350 ribu untuk rute pendek (short) yang meliputi rute museum bekas rumah yang terkena erupsi Gunung Merapi, Batu Alien, dan bunker.
ADVERTISEMENT
Kemudian Rp 450 ribu untuk kategori medium, rute ditambah melewati petilasan Mbah Maridjan serta wisata air; dan Rp 550 ribu untuk kategori long dengan jarak tempuh dan waktu yang lebih panjang.
Sayangkan Kecelakaan Jip
Babe menyayangkan kecelakaan jip yang terjadi pekan lalu yag menewaskan seorang wisatawan asal Bogor. Setelah kecelakaan jip, baik AJWLM Wilayah Timur maupun AJWLM Wilayah Barat berkali-kali menegaskan agar komunitas mematuhi prosedur operasional standar (SOP). Sejumlah komunitas patuh, penumpang juga mengenakan helm dan sabuk pengaman.
Namun sayang, masih ada oknum yang lalai akan kesehatan kendaraan.
Di satu sisi, Babe mengakui masih ada praktik sopir tembak. Ke depan pihaknya pun akan mendata seluruh sopir yang ada dan melengkapinya dengan identitas yang terlihat layaknya sopir taksi sehingga wisatawan dapat turut memantau pengemudi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Rencananya ke depan demikian (soal identitas sopir). Kita jaga sebaik mungkin wisata di Gunung Merapi ini. Wisata itu untuk keindahan dan kenyamanan, jangan sampai membuat ketakutan," pungkasnya.
Wisata Untuk Nikmati Panorama
Hal demikian juga ditegaskan Bupati Sleman, Sri Purnomo. Ia menyebut bahwa jip wisata tersebut untuk menikmati panorama alam, bukan untuk off road.
"Kita kumpulkan dahulu di Kaliurang (pengemudi jip) bahwa wisatawan itu ingin menikmati pemandangan indah dengan Lava Tour. Jangan dibayangkan balapan dan uji ketangkasan," tegasnya saat di kantor Pemkab Sleman, beberapa waktu lalu.
Lanjutnya, selain human error yang bisa saja menyebabkan kecelakaan, kesiapan kendaraan juga perlu di cek. Sehingga wisatawan dapat merasakan keamanan yang memadai. Sebelumnya setelah mendapat sosialisasi pada awal tahun ini, sejumlah pengelola jip wisata telah melengkapi penumpang dengan helm.
ADVERTISEMENT
"Perbaiki standar harus diterapkan lagi safety-nya. Sudah pakai helm, tapi tetap harus dicek standar belum," tegasnya.
Purwono salah seorang warga Yogyakarta yang sering menikmati jip wisata Merapi menuturkan, dari waktu ke waktu sebenarnya sudah ada perbaikan dari sisi pengamanan. Hanya saja, banyak jip yang sudah tua sehingga memerlukan perawatan lebih.
"Keamanan harus utama. Saran saya selain helm dan sabuk pengaman, kondisi kesehatan mobil penting. Terutama rem ya, kalau mesin mati kan macet kalau rem blong kan bahaya bisa kecelakaan," sarannya.