Sejarawan Ragukan Keaslian Foto Kartini Berkerudung

23 April 2018 19:54 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
comment
6
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto Kartini berkerudung (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Foto Kartini berkerudung (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Tak lama berselang dari peringatan hari Kartini 21 April lalu, beredar foto pejuang emansipasi perempuan Indonesia itu mengenakan kerudung di media sosial. Dalam foto tersebut, muncul opini bahwa selama ini publik hanya disuguhkan dengan potret Kartini yang berkonde dan berkebaya. Padahal, Kartini dalam realitasnya juga disebut memakai kerudung.
ADVERTISEMENT
"Photo asli RA Kartini ketika menjadi santri Kyai Saleh Darat. Tidak memakai konde dan berkebaya. Foto RA Kartini yang berkonde dan berkebaya versi Belanda akan terus dikeluarkan oleh kaum sekuler agar RA Kartini tetap dikenang sebagai perempuan yang tak mau berjilbab," tulis dalam keterangan foto tersebut.
kumparan (kumparan.com) kemudian mengecek kebenaran foto tersebut dengan meminta keterangan dari sejarawan. Linda Sunarti, sejarawan sekaligus kepala program studi Ilmu Sejarah Universitas Indonesia, meragukan keaslian foto tersebut.
"Kita harus masuk ke jiwa zaman tersebut. Pemakaian kerudung yang seperti itu belum lumrah di zaman itu. Coba lihat foto-foto surat kabar di era itu. Perempuan Muhammadiyah saja tidak ada yang berkerudung seperti itu. Jadi saya ragu terhadap keaslian foto tersebut," terang Linda kepada kumparan, Senin (23/4).
R.A. Kartini (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
R.A. Kartini (Foto: Wikimedia Commons)
Senada dengan Linda, Abdurakhman sejarawan UI yang banyak meneliti tentang Islam juga meragukan kebenaran foto tersebut.
ADVERTISEMENT
"Lihat konteks zamannya. Kesadaran beliau akan Islam belakangan. Jiwa zaman pada masa itu beda dengan sekarang. Kondisi keislaman masyarakat Jawa bagaimana?" ungkap Abdurakhman kepada kumparan, Senin (23/4).
Dalam menjelasakan peristiwa atau fakta sejarah, aspek kejelasan sumber menjadi pertimbangan utama. Masyarakat harus kritis dari mana sumber suatu benda atau foto sejarah itu berasal.
Soal foto Kartini yang berkerudung, memang tidak jelas dari mana foto tersebut. Sumber foto tidak dicantumkan, dan justru viral begitu saja di masyarakat.
"Saya pernah me-review sebuah proposal pengabdian masyarakat tentang buku panduan museum Kartini. Ia memperlihatkan beberapa foto yang menurut saya mencerminkan sisi Jawa yang kuat. Namun, foto tadi (foto Kartini berkerudung) sayangnya tidak menyebutkan sumber. Artinya sejauh ini baru sumber-sumber yang bisa diverifikasi lebih condong ke arah tadi," jelas Agus Setiawan, seorang sejarawan UI, kepada kumparan Senin (23/4).
Potret keluarga R.A.Kartini  (Foto: Dok.Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Potret keluarga R.A.Kartini (Foto: Dok.Wikimedia Commons)
Agus menambahkan, jika melihat pengaruh dan lingkungan keluarga Kartini yang sangat memperhatikan tradisi Jawa yang kuat, pengaruh nilai-nilai Jawa cukup dominan kepadanya.
ADVERTISEMENT
Dari latar belakang tersebut, sejarawan harus punya bukti lain untuk menjelaskan seberapa jauh pemahaman Kartini terhadap nilai-nilai Islam yang bisa dia akomodasi dalam lingkungan tradisi Jawa yang kuat.
"Kalau dilihat dari foto-foto kecil Kartini memang terlihat sisi Jawa yang lebih dominan," sebut Agus.
Sementara, soal keterangan bahwa Kartini adalah seorang santri, Agus membenarkan hal tersebut.
"Kartini (dari) kecil hingga dipingit memang seorang santriwati bersama kakak dan adiknya," kata Agus.