Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Sejarawan UI: Arsitektur Rumah Cimanggis Terbaik di Abad 18
21 Maret 2018 1:08 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Awal tahun 2018 beberapa masyarakat khususnya sejarawan, dikagetkan dengan rencana penghancuran rumah kuno Cimanggis. Rumah itu merupakan peninggalan Adriana Johanna Van Der Parra, janda Gubenur Jenderal Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) Petrus Albertus Van Der Parra periode 1761-1775 yang terletak di Cimanggis, Depok, Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Pasalnya, bangunan rumah tersebut disebut-sebut sebagai salah satu gaya arsitektur terbaik pada abad ke-18, yang nilai sejarah dan budayanya sayang untuk dihancurkan begitu saja. Bangunan Rumah Cimanggis ini bergaya Indis.
Hal tersebut disampaikan oleh Peneliti dan Pengajar Sejarah Universitas Indonesia, Bodan Kanumoyoso, di dalam forum diskusi Studi Klub Sejarah di Universitas Indonesia, Selasa (20/3).
"Rumah Cimanggis, gaya bangunannya menjadi salah satu contoh gaya arsitektur terbaik di akhir abad 18, Rumah Cimanggis dibangun dengan gaya Indis perpaduan Eropa dan Asia, atap yang tinggi untuk menahan terik dan hujan (cocok untuk daerah tropis)," kata Bondan.
Bondan mengatakan, bangunan kuno seperti itu tidak perlu dihancurkan, cukup dipulihkan dan diakomodasikan dengan kepentingan-kepentingan baru.
ADVERTISEMENT
"Untuk kasus Rumah Cimanggis mau dibangun kampus, kan bisa saja bangunannya dipulihkan kembali, kemudian dijadikan kantor untuk universitas," terangnya.
Dengan demikian, nilai sejarah dan budaya bangunan tersebut tetap lestari tanpa harus berbenturan dengan kepentingan lainnya.
"Jadi enggak harus dihancurkan gitu ya, jadi ada berbagai macam cara sebetulnya tanpa mengorbankannya, (untuk) kepentingan yang mungkin dianggap lebih penting, kan enggak harus dibenturkan," jelas Bondan.
Senada dengan Ketua Depok Heritage Community Ratu Faradiba, yang berharap rumah Cimanggis dapat dikonstruksi kembali dan memiliki fungsi yang layak, misalnya dijadikan museum.
"Harapan kita ke depan setelah (ini) pemerintah duduk bersama untuk mendiskusikan direvitalisasi oleh siapa, kembali bentuk asli dan kemudian alih fungsi, kita berharap mungkin menjadi museum, inilah museum pertama di Depok," Hara Fara.
ADVERTISEMENT
Fara menyayangkan jika tidak ada perhatian pada bangunan rumah Cimanggis tersebut dan hanya dianggap bangunan liar.
"Sebetulnya saya sedih, kenapa? Kita dengar sendiri bahwa UIII akan dibangun dalam 5 tahap. Tahap pertama 15 persen, bangunan Rumah Cimanggis ini tidak berada di depan pintu masuk tapi berada di posisi belakang, ketika pertama pembangunan, ini mungkin (dianggap) bangunan liar yang ada di bagian Jalan Juanda," papar Fara.
Ia juga mempertanyakan jika bangunan tersebut masuk ke dalam cagar budaya, apakah ada perhatian lebih dari pemerintah atau tetap menjadi puing-puing batu dan semen saja.
"Dengan dia menjaring 7 ribu mahasiswa per tahun untuk S2 dan S3 itu kan tidak setahun mereka lulus, mereka akan semakin banyak membangun asrama yang ada di sana, apakah bangunan ini tidak tertutupi akses untuk dilihat, akses masyarakat untuk bisa masuk di lokasi," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sementara Bondan menekankan, sejarah Rumah Cimanggis bukan hanya milik orang-orang Belanda (yang pernah menghuni) melainkan milik bangsa Indonesia.
"Penghuni rumah ini bukan hanya orang Belanda tapi orang-orang Indonesia (karena yang tinggal di sana banyak pula pembantu-pembantu dari orang-orang Indonesia), nah dengan menyelamatkan rumah ini bisa menyelamatkan sejarah," ujarnya.
Menurutnya, pemerintah perlu menaruh perhatian lebih pada bangunan-bangunan kuno. Sebab bangunan kuno seperti Rumah Cimanggis tersebut adalah salah satu ciri khas representasi identitas suatu masyarakat.
"Ciri yang paling kuat dari suatu wilayah yang merepresentasikan sejarahnya, jadi menurut saya kalau memang (pemerintah) perhatian terhadap masalah sejarah dan indentitas masyarakat Indonesia harusnya salah satu yang diperhatikan itu bangunanan-bangunan kuno itu," pungkasnya.
ADVERTISEMENT