Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.91.0
Sejumlah Fakta Terungkap soal Penembakan Siswa SMK di Semarang, Apa Saja?
4 Desember 2024 7:49 WIB
·
waktu baca 5 menitADVERTISEMENT
Komisi III DPR menggelar rapat bersama jajaran Polrestabes Semarang dan Polda Jateng pada Selasa (3/12). Rapat itu membahas tewasnya Gamma Ryzkinata Oktafandy (17), siswa SMK di Semarang, usai ditembak oleh polisi.
ADVERTISEMENT
Berikut sejumlah hal yang terungkap di forum tersebut:
Aipda Robig Dipepet di Jalan, lalu Terjadi Penembakan
Dalam forum tersebut, turut hadir Kabid Propam Polda Jateng, Kombes Pol Aris Supriyono. Dia menjelaskan awal mula penembakan Aipda Robig terhadap Gamma.
"Memang anggota ini memang pulang dari kantor kemudian bertemu dengan satu kendaraan yang dikejar oleh tiga kendaraan," kata Aris saat RDP dengan Komisi III.
Aris mengatakan dari hasil pemeriksaan Propam, diketahui saat itu Robig mengaku dipepet kendaraan tersebut. Kemudian dia menunggu kendaraan tersebut putar balik.
"Kemudian motif yang dilakukan oleh terduga pelanggar dikarenakan pada saat perjalanan pulang mendapat satu kendaraan yang memakan jalannya terduga pelanggar jadi kena pepet," katanya.
Setelah kendaraan itu balik, Aris melanjutkan, terjadilah penembakan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Akhirnya terduga pelanggar menunggu tiga orang ini putar balik, kurang lebih seperti itu dan terjadilah penembakan," kata dia.
Tidak Ada Tawuran
Dalam kesempatan yang sama, Aris mengatakan penembakan Robig tidak terkait pembubaran tawuran. Robig melepaskan empat kali tembakan kepada Gamma dkk. Penembakan itu dilakukan pada Minggu, 24 November pukul 00.22 WIB di Kota Semarang.
"Penembakan yang dilakukan terduga pelanggar tidak terkait dengan pembubaran tawuran yang sebelumnya terjadi," kata Aris.
Akibat penembakan itu, Gamma tewas. Sedangkan 2 orang lainnya mengalami luka. Perbuatan Aipda Robig terekam yang menjadi bukti elektronik.
"Akibat penembakan yang dilakukan oleh terduga pelanggar mengakibatkan satu orang meninggal dunia," kata dia.
Aipda Robig Harus Ditindak Pidana dan Etik
Ketua Komisi III DPR RI, Habiburokhman mendorong agar polisi yang menembak siswa SMK di Semarang, Gamma, agar ditindak tidak hanya dari sisi etik, tapi juga dari sisi hukum pidana.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana tindakan yang dilakukan terhadap pelaku penembakan. Nah itu, yang kita perjelas tadi, tindakan yang bukan hanya dari segi etik, propamnya yang sudah melakukan tindakan patsus tapi dalam konteks pidana,” kata Habiburokhman kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (3/12).
“Si pelaku penembakan ini harus bertanggung jawab, harus dimintai pertanggungjawaban secara hukum,” lanjutnya.
Lebih lanjut, Waketum Gerindra ini juga mengatakan dengan ada peristiwa serupa di Solok Selatan, penggunaan senjata oleh Polisi ini menjadi sorotan sehingga akan menjadi bahasan pada sidang rapat DPR.
“Kita akan rapatkan bahan ini dengan instansi terkait yaitu kepolisian. Bagaimana mekanisme penggunaan senjata ini oleh anggota polri. Seperti apa evaluasi berkalanya yang berjalan,” ungkapnya.
Aipda Robig sudah ditahan oleh Polda Jateng, tapi statusnya baru terperiksa, belum tersangka. Ia juga akan dilakukan sidang etik atas perbuatannya.
ADVERTISEMENT
Komisi III Dalami Detik-detik Penembakan
Video peristiwa tewasnya Gamma turut disinggung oleh Komisi III DPR. Dalam momen tersebut, Habiburokhman sempat menanyakan sejumlah hal, salah satunya soal Aipda Robig yang terjatuh.
“Dia Ini anggota ya? Oke. Kenapa dia jatuh?” tanya Habiburokhman.
“Bermaksud akan mengejar, mengikuti rombongan yang tadi,” jawab Kapolrestabes Semarang Kombes Pol Irwan Anwar.
Dalam cuplikan video tersebut, Aipda Robig tampak menembak ke arah motor yang salah satunya ditumpangi oleh korban.
Irwan melanjutkan, posisi Gamma berada di tengah dan dia yang mendapat luka paling parah.
“Posisi almarhum di peristiwa ini ada di motor pertama, pak, almarhum Gamma. Di posisi motor kedua, di tengah,” ungkapnya.
Kapolrestabes Semarang Minta Maaf dan Siap Tanggung Jawab
Kombes Pol Irwan Anwar meminta maaf kepada masyarakat atas kasus penembakan yang dilakukan Aipda Robig.
ADVERTISEMENT
"Kami sebagai atasan brigadir R, dalam kesempatan ini memohon maaf sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat, khususnya warga Semarang terlebih keluarga besar almarhum ananda Gamma," kata Irwan di DPR.
Aipda Robig, kata Irwan, telah mengabaikan prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh oleh seorang anggota kepolisian. Irwan siap bertanggung jawab.
"Telah mengabaikan prinsip-prinsip penggunaan kekuatan, abai dalam menilai situasi, teledor dalam menggunakan senjata api dan telah melakukan tindakan excessive action, tindakan yang tidak perlu, sepenuhnya saya bertanggung jawab, saya siap dievaluasi, apa pun bahasanya saya siap menerima konsekuensi dari peristiwa ini," ucapnya.
Irwan juga menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan meminta maaf atas tindakan tidak profesional anak buahnya.
"Kami mengucapkan sekali lagi bela sungkawa kami atas nama Kepolisian Kapolrestabes Semarang atas berpulangnya ananda Gamma akibat tidak profesionalitas anggota kami," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Keluarga Gamma Kecewa Tak Ikut Rapat
Keluarga Gamma mengaku kecewa. Hal itu karena keluarga tak jadi mengikuti rapat dengar pendapat Komisi III DPR RI-Polrestabes Semarang di Gedung DPR, Jakarta. Padahal, keluarga sudah diundang tapi dibatalkan di menit-menit akhir.
Juru bicara keluarga Gamma, Subambang, mengatakan keluarga sempat mendapat undangan mengikuti rapat dengar pendapat bersama komisi III DPR RI namun undangan itu dibatalkan pada Minggu (1/12) kemarin.
"Dijadwalkan ikut RDP ke Jakarta, tetapi Minggu sore dibatalkan. Kemudian sorenya dikabari lagi, Senin sore lewat zoom," ujar Bambang, Rabu (3/12).
Keluarga kemudian diberi link Zoom dengan jadwal rapat mulai hari ini pukul 09.15 WIB. Namun, ternyata pihak keluarga tidak bisa bergabung di link atau tautan zoom tersebut.
ADVERTISEMENT
"Tapi setelah link-nya diberi dan dibuka ternyata tidak bisa masuk, saya menghubungi sekretariat DPR RI (dan diberi jawaban) bahwa untuk keluarga tidak ikut Zoom," jelas dia.
Ia pun kecewa atas pembatalan ini, padahal pihaknya sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Bahkan keluarga juga sudah berkumpul untuk menyaksikan paparan di Komisi III.
"Oh ya sudah berarti DPR itu bohong kan, kecewa terus terang, semua sudah kami siapkan ternyata tidak jadi. Apa pun semuanya sudah disiapkan zoom dan lain-lain tapi ternyata dibatalkan alasan pembatalan kami tidak dikasih tahu," tegas Bambang.
Ia berharap, pihak keluarga diberikan kesempatan langsung hadir dalam rapat dengar pendapat. Sehingga anggota dewan tidak mendengarkan dari satu versi saja yakni dari kepolisian.
ADVERTISEMENT
"Sebelum kami diundang rapat, kami sudah mengirim surat ke DPR. Mudah-mudahan di kesempatan berikutnya ikut rapat dengar pendapat agar tidak sepihak dan bisa berimbang," kata Subambang.