Sekjen PDIP Jelaskan soal Ramai Paper Megawati untuk Syarat Gelar Profesor

9 Juni 2021 12:29 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP Eriko Sutarduga dalam acara pengumuman tahap IV Cakada PDIP. Foto: Dok. PDIP
zoom-in-whitePerbesar
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP Eriko Sutarduga dalam acara pengumuman tahap IV Cakada PDIP. Foto: Dok. PDIP
ADVERTISEMENT
Presiden kelima RI dan Ketum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri bakal menerima gelar profesor kehormatan dari Unhan pada Jumat (11/6) mendatang. Belakangan juga beredar soal paper Megawati yang disebut terkait dengan penerimaan gelar guru besar dari Unhan itu.
ADVERTISEMENT
Paper berjumlah 18 halaman ini berjudul 'Kepemimpinan Presiden Megawati pada Era Krisis Multidimensi, 2001-2004'. Paper ini ditulis oleh Megawati.
Ketika dikonfirmasi, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menyebut paper tersebut memang ditulis sendiri oleh Megawati. Namun, ia menegaskan paper tersebut merupakan salah satu syarat yang harus disampaikan ke Unhan untuk mendapat gelar profesor.
Hasto menegaskan, paper itu bukanlah paper yang akan dibacakan Megawati saat sidang senat terbuka pada Jumat mendatang, saat akan menerima gelar profesor.
"Bukan (paper untuk sidang terbuka). Ini seperti mau masuk sebuah perusahaan lalu ditanya apa saja yang sudah dilakukan," kata Hasto kepada kumparan, Rabu (9/6).
Oleh sebab itulah, dalam paper itu, Megawati memaparkan apa yang telah dilakukan saat menjadi Presiden Indonesia.
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri resmikan 25 Kantor PDIP secara virtual. Foto: Youtube/PDIP
Sejumlah netizen mengkritisi cara penulisan karya ilmiah itu karena seolah penulis menulis tentang dirinya sendiri.
ADVERTISEMENT

Sekilas tentang Paper Megawati

Dilihat kumparan, Megawati dalam paper itu banyak mengkaji soal bagaimana sebuah kepemimpinan yang efektif dalam menghadapi krisis multidimensi. Dalam kasus ini, dianalisis bagaimana kepemimpinan Megawati berhasil membawa Indonesia melewati krisis multidimensi yang terjadi pascareformasi.
"Kajian ilmiah berupaya menjelaskan seperti apa pemimpin yang efektif, yaitu yang mampu menggerakkan pengikutnya melakukan perubahan. Pemimpin yang efektif biasanya dilihat dari karakternya. Misalnya ramah, baik, sifat sosial), dan perilaku atau behavioral (misalnya berempati pada bawahan, mendorong orang lain untuk maju)," tulis Megawati.
Paper tersebut juga menyebut bahwa organisasi yang terus tumbuh selalu berhasil melewati setiap masa krisis. Salah satu kunci keberhasilan tersebut adalah kepemimpinan transformasional yang efektif di organisasi tersebut.
"Kepemimpinan transformasional ini menjadi fondasi utama untuk memahami bagaimana Presiden Megawati Soekarnoputri berhasil membawa perubahan, melewati krisis multidmensi (yang mengancam gagalnya Indonesia sebagai sebuah bangsa), hingga mampu menghantar Indonesia pada era yang lebih stabil di masa selanjutnya," tulis Megawati.
Presiden Vladimir Putin menerima Presiden Megawati di Kremlin, Rusia, pada 21 April 2003. Dari kunjungan ini, Megawati membeli alutsista dari Rusia. Foto: Dok. kremlin.ru
Paper tersebut juga menganalisis soal contoh kepemimpinan Megawati dalam bidang ekonomi, politik, dan sosial. Salah satu contoh di bidang sosial adalah penyelesaian konflik Poso yang telah berlangsung sejak 1998. Ada pula penyelesaian konflik Aceh serta Ambon.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, di bidang politik, Megawati mengembalikan hak pilih pada rakyat melalui Pemilu di 2004. Di tahun yang sama, Megawati juga menggelar Pileg dan Pilpres secara serentak yaitu pada 5 April 2004.
Berikut naskah lengkap paper Megawati yang diunggah di Volume 11 Jurnal Pertahanan dan Bela Negara Universitas Pertahanan tersebut: