Sektor Batu Bara dan UKM Bikin Kredit Bermasalah BCA Naik

13 Maret 2017 19:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bank central Asia (BCA). (Foto: Reuters/Garry Lotulung)
zoom-in-whitePerbesar
Bank central Asia (BCA). (Foto: Reuters/Garry Lotulung)
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) mencatat peningkatan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di tahun 2016 dibandingkan tahun 2015. Di mana di akhir tahun 2016 tercatat NPL BCA yaitu 1,3 persen meningkat dibandingkan 2015 sebesar 0,7 persen.
ADVERTISEMENT
"NPL Korporasi naik dari 0,3 persen ke 0,8 persen, sementara NPL komersial naik dari 1,1 persen menjadi 2,1 persen. NPL Konsumer naik dari 0,7 persen ke 0,8 persen," jelas Jahja saat ditemui kumparan (kumparan.com) bersama media lainnya di Hotel Kempinski Indonesia, Jakarta, Senin (13/3).
Kendati demikian, Direktur Utama BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, meski mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, rasio tersebut masih berada di bawah rata-rata industri perbankan yang berada pada level 2,9 persen.
Pemaparan hasil kinerja BCA tahun 2016. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Pemaparan hasil kinerja BCA tahun 2016. (Foto: Ela Nurlaela/kumparan)
Jahja mengaku untuk menurunkan NPL, BCA telah melakukan berbagai cara salah satunya adalah membentuk beban cadangan kredit bermasalah di tahun 2016.
Sebelumnya, BCA telah membentuk beban cadangan kredit bermasalah sebesar Rp 4,5 triliun sehingga posisi cadangan kredit bermasalah tercatat sebesar Rp 12,5 triliun, itu meningkat 38,5 persen dibandingkan tahun 2015. Dengan demikian, Jahja menyebutkan, rasio cadangan terhadap kredit bermasalah tercatat sebesar 229,4 persen.
ADVERTISEMENT
"NPL itu terbanyak dari Komersial dan UKM, karena disebabkan oleh ada NPL di jasa angkutan laut domestik, di sektor batu bara," ungkap Jahja.