Selalu Ada Varian Baru Corona Tiap Tahun: Wuhan, Delta, hingga Kini Xbb

28 Oktober 2022 10:34 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona. Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
Kasus corona di dunia selalu naik tiap 6 bulanan. Penyebabnya varian baru yang silih berganti.
ADVERTISEMENT
Desember 2019, corona SARS-CoV-2 pertama muncul di Wuhan, China. Inilah kemunculan pertama varian yang membuat dunia heboh sampai beberapa tahun kemudian.
Varian Wuhan menimbulkan masalah baru di dunia kesehatan. Sebab, sedikit berbeda dengan SARS-CoV-1, ia lebih cepat menular dan menyebar.
Dengan cepat SARS-CoV-2 mengubah tatanan dunia. Masyarakat mejadi pakai masker, cuci tangan, hingga stay at home demi jaga jarak.
Hingga akhirnya WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi pada Maret 2020. Saat itu kasus juga baru masuk Indonesia.
Di bulan Juli 2020, kemudian muncul sejumlah varian baru. Dari varian Alpha hingga Beta. Alpha pertama muncul di Inggris, Beta di Afrika Selatan.
Alpha lebih menular dari varian Wuhan. Sementara karakteristik varian Beta jauh lebih mematikan.
ADVERTISEMENT
Varian Alpha-lah yang membuat sejumlah negara di Eropa sempat ketar-ketir. Liga-liga sepak bola maupun olahraga lainnya juga terhenti karena varian ini.
Sementara Beta, tidak banyak menyebar. Sebab, ia muncul dari negara yang secara mobilitas tak lebih tinggi dari Eropa. Namun tetap saja, ia menyebabkan banyak orang meninggal dunia.
Varian Delta yang Paling Membunuh
Penampakan varian Corona Delta terungkap. Foto: Dok. Jason Roberts/VIDRL - Doherty Institute, 2021
Varian inilah yang paling membuat situasi dunia semakin buruk. Pertama kali muncul di India, varian Delta sempat meluluhlantakkan faskes di dunia, juga Indonesia pada pertengahan 2021.
Rumah sakit di mana-mana penuh. Orang berlomba-lomba mencari oksigen, antre di tempat-tempat penjualan.
Petugas pemakaman begitu lelah. Di Jakarta misalnya, sehari bisa saja mereka harus memakamkan lebih dari 300 orang.
ADVERTISEMENT
Perjuangan panjang yang begitu memilukan bagi nakes. Foto-foto mereka pakai baju hazmat, kelelahan mengurus pasien, sempat menjadi perbincangan hangat.
Di Kudus, tiap hari bahkan tiap waktu salat ada pengumuman orang meninggal pada Juni-Juli 2021. Ambulans juga lalu lalang, sirine bersahut-sahutan di penjuru daerah.
Rekor kematian Indonesia hingga ribuan. Rekor kasus tercatat sampai di angka nyaris 60 ribu sehari.
Rekor-rekor karena Omicron
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
Kasus karena Delta mereda pada September 2021, di bawah 5000 sehari. Hingga Desember, corona juga perlahan melandai, vaksin yang diyakini sebagai game changer juga mulai tiba pertama dari China pada 16 Desember 2021.
Namun lagi-lagi corona bermutasi. Seperti kata para ahli, virus akan selalu mencari cara untuk bertahan hidup dengan bermutasi.
ADVERTISEMENT
Di awal 2022, giliran Omicron yang merajalela di dunia. Di Indonesia pada Januari-Februari, kasus tiba-tiba melejit sampai puluhan ribu lagi.
Bahkan sempat mencatat rekor di atas 100 ribu dalam 24 jam. Jauh lebih tinggi dari varian Delta.
Berbarengan dengan vaksinasi, ternyata Omicron tak 'seganas' Delta. Memang lebih menular, tapi fatality ratenya di bawah Delta.
Namun tetap saja, kantor-kantor yang tadinya sudah mulai WFO lagi, harus mengembalikan situasi Work From Home (WFH). Anak-anak yang sudah mulai bersekolah juga harus kembali daring.
Kasus baru melandai pada bulan April-Mei. Benar-benar turun pada Juni 2022. Masyarakat Muslim juga sudah boleh mudik dan salat Ied di masjid atau lapangan.
Namun, tak lama kemudian muncul lagi varian baru turunan Omicron. Dia adalah Omicron Siluman atau nama ilmiahnya Omicron BA4 dan BA5.
ADVERTISEMENT
Menkes Budi Gunadi Sadikin sempat memperkirakan kasus akan naik 3 kali lipat. Sebab, BA4 dan BA5 bisa mengincar orang yang sudah divaksin juga.
Namun ternyata keadaan lebih baik. Kasus meningkat tapi tak sampai perkiraan Menkes. Angkanya mirip mirip saat gelombang Delta, 50 ribuan.
Di sisi lain fatality rate juga rendah. Mereka yang tertular Omicron Siluman gejalanya relatif lebih ringan seperti flu.
Xbb Bikin Geger Lagi?
Infografik Gejala Corona Varian XBB Foto: kumparan
Kasus corona di Indonesia sempat melandai 2 bulan kemudian. Sampai September dan awal Oktober, kasus di angka 1.000an saja. Sangat rendah, angka kematian masih ada tapi secara ilmiah masih terkendali.
Namun lagi-lagi Omicron bermutasi. Kemunculan subvarian Xbb membuat geger sejumlah negara.
Kasus di Singapura naik jadi 8 ribuan sehari tiba-tiba. Di Inggris dan India juga sedang naik perlahan karena Xbb.
ADVERTISEMENT
Indonesia pun akhirnya kemasukan Xbb. Sudah bisa diprediksi saat Xbb masuk di Singapura.
Kasus saat ini sudah naik 2 kali lipat. Dari 1.000 sampai 1.500an, dalam 3 hari terakhir ini sudah jadi 3.000an sehari.
Gejala Xbb relatif mirip Omicron. Demam, sakit tenggorokan, hingga flu. Namun di beberapa orang tetap ada yang mengalami sesak napas.
Angka kematian di Indonesia belum terlihat meningkat. Namun pemerintah sudah mulai waspada.
Orang dari Singapura, India, hingga Inggris, yang menunjukkan gejala terpapar seperti batuk dan pilek akan dites swab acak. Apalagi sampai ada yang demam, akan langsung dites.
Namun bagi mereka yang sehat bisa langsung melanjutkan perjalanan.