Selalu Jadi Polemik dengan IDI, Begini Metode 'Cuci Otak' ala Terawan

28 Maret 2022 12:05 WIB
·
waktu baca 4 menit
Menkes Terawan saat berbicara soal IAR penanganan corona. Foto: WHO
zoom-in-whitePerbesar
Menkes Terawan saat berbicara soal IAR penanganan corona. Foto: WHO
ADVERTISEMENT
Terawan Agus Putranto atau biasa yang dikenal dengan Dokter Terawan sedang ramai diperbincangkan publik akibat penemuannya yaitu metode ‘Cuci Otak’ yang dipermasalahkan oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK). MKEK pun merekomendasikan PB IDI memecat Terawan secara permanen.
ADVERTISEMENT
Namun PB IDI belum memberikan penjelasan detail apakah sudah memecat secara de jure atau belum. MKEK memberikan tenggat waktu 28 hari sejak hari ini.
Lebih Dalam soal Metode Cuci Otak Terawan
Ia sudah mulai memperkenalkan metode ‘Cuci Otak’ pada Sidang Promosi Doktor pada Agustus 2016 lalu. Metode ini ditujukan untuk membantu para penderita stroke, khususnya stroke jenis iskemik.
Metode ‘Cuci Otak’ yang dimaksud yaitu Intra Arterial Heparin Flushing (IAHF) atau penyemprotan heparin (cairan penangkal penggumpalan darah) ke otak melalui pembuluh darah dengan menggunakan Digital Subtraction Angiography (DSA).
Bali Medical Journal juga telah mempublikasikan jurnal ilmiah tulisan Terawan dan rekannya, yang berjudul Intra Arterial Heparin Flushing Increases Manual Muscle Test – Medical Research Councils (MMT-MRC) Score in Chronic Ischemic Stroke Patient.
ADVERTISEMENT
Dalam jurnal ilmiahnya, dijelaskan bahwa metode IAHF atau ‘Cuci Otak’ digunakan untuk pengobatan stroke jenis iskemik dan tidak menyebutkan jenis stroke lainnya. Stroke iskemik bisa muncul jika terjadi penyumbatan di cabang pembuluh darah yang biasanya disebabkan oleh kolesterol dan racun dalam tubuh seperti radikal bebas.
Terawan menjelaskan bahwa ia telah melakukan manual muscle test (MMT) atau tes peningkatan kontraksi otot sebelum dan sesudah pasiennya melakukan ‘Cuci Otak’. Kemudian ia melihat peningkatan skor pada beberapa sampel dan menyimpulkan bahwa metode ‘Cuci Otak’ nya memiliki efek signifikan pada pasien dengan stroke iskemik.
Pada tahun 2018, Terawan sudah menjalankan praktiknya di RS Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Adapun alur tindakan ‘Cuci Otak’ atau DSA yang sempat terpampang selembar kertas di RSPAD Gatot Subroto pada tahun 2018 lalu, yaitu:
ADVERTISEMENT
Selain itu prosedur DSA Terawan memiliki beberapa tahap. Pertama, dokter akan melakukan diagnosis menggunakan DSA. Selang kecil yang disebut kateter dimasukkan ke dalam pembuluh nadi melalui pangkal paha. Dari selang ini dialirkan cairan kontras untuk memperlihatkan dengan jelas kondisi pembuluh darah, misal melihat lokasi yang tersumbat.
Kedua, cairan heparin disemprotkan ke arteri otak (karotis dan vertebralis) di bagian kiri dan kanan melalui pembuluh darah. Heparin diyakini Terawan dapat menghilangkan atau menghancurkan bekuan yang menyumbat aliran darah yang berpotensi menyebabkan stroke.
Menurut Terawan, setelah bekuan tersebut hancur, maka aliran darah akan lancar dan kekuatan gerak otot-otot meningkat.
ADVERTISEMENT
Menurut data terakhir April 2018, harga yang diberikan untuk tindakan ‘Cuci Otak’ atau DSA tersebut di rumah sakit umum seperti RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, biasanya gratis untuk pasien BPJS.
Sedangkan di rumah sakit swasta bisa memakan biaya Rp 15-25 juta dan di RSPAD Gatot Soebroto yang dikepalai Terawan pada saat itu, DSA memakan biaya paling sedikit Rp 30 juta. Saat ini disebut sudah naik, biayanya bisa mencapai Rp 50 juta.
Beberapa tokoh penting di Indonesia juga disebut-sebut menjadi pasien dari praktik ‘Cuci Otak’ Terawan, yaitu Aburizal Bakrie, Try Sutrisno, SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), AM Hendropriyono, Butet Kartaredjasa, dan masih banyak lagi.
Aburizal Bakrie juga sempat membela Terawan melalui akun twitternya pada tahun 2018.
ADVERTISEMENT
“Saya sendiri termasuk yang merasakan manfaatnya, juga Pak Try Sutrisno, SBY (Susilo Bambang Yudhoyono), AM Hendropriyono, dan banyak tokoh/pejabat juga masyarakat luas. Mudah menemukan testimoni orang yang tertolong oleh dr Terawan,” tulisnya di akun resmi @aburizalbakrie.
Dipertanyakan
Namun, praktik ‘Cuci Otak’ tersebut sempat menuai berbagai kontroversi yang mengakibatkan Terawan dipecat sementara dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI). IDI memecat sementara Terawan per tanggal 26 Februari 2018 melalui rekomendasi dari MKEK.
Hal ini dikarenakan praktik 'Cuci Otak' masih belum bisa dibuktikan secara ilmiah. Bahkan IDI juga telah mendapatkan laporan keluhan dari pasien usai menjalani 'Cuci Otak'. Namun, IDI merahasiakan pasien yang mengeluhkan pelayanan Terawan dengan alasan kode etik.
Hingga saat ini, konflik yang terjadi terkait dengan praktik ‘Cuci Otak’ Terawan pun masih terus berlangsung. Terbaru, MKEK merekomendasikan untuk memecat permanen Terawan dari IDI akibat pelanggaran yang dilakukannya.
ADVERTISEMENT