Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Jubir Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito mengungkapkan, saat ini virus corona SARS-CoV-2 terus mengalami perkembangan. Sehingga muncul mutasi virus di berbagai negara, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Ia mengungkapkan, terdapat berbagai penyebab munculnya mutasi virus corona. Baik berupa perubahan internal seperti kesalahan perbanyakan materi genetik maupun penyebab internal seperti kondisi lingkungan. Seperti pemanasan global, cahaya paparan bahan kimia, dan lain-lain.
"Perlu diketahui bersama bahwa tidak semua mutasi bermanfaat bagi organisme pada kenyataannya sebagian besar mutasi tidak menguntungkan. Dan mungkin menyebabkan organisme mulai menipis jumlahnya dari waktu ke waktu," kata Prof Wiku dalam jumpa pers virtual, Kamis (6/5)
"Sebaliknya organisme atau mutasi yang menguntungkan dapat memberikan keragaman dan daya yang kuat dari suatu organisme untuk bertahan hidup," imbuh dia.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah mengklasifikasi jenis mutasi virus berdasarkan karakteristik yang ditimbulkan akibat mutasi itu. Yaitu, yang disebut varian of concern (VoC) dan varian of interest (VoI).
ADVERTISEMENT
"VoC yaitu varian yang sudah ditetapkan sebagai varian yang mengalami perubahan karena karakteristik dari karakteristik semula yaitu varian tersebut berupa angka dan huruf. Misalnya B.1.1.7, B.1.351, B.1.1.28.1 atau P1," jelas dia.
Ia menambahkan, perlu menjadi catatan bahwa perubahan karakteristik di setiap varian ini berbeda-beda. Sementara VoI yaitu virus yang mengalami mutasi genetik namun perubahan karakteristiknya masih belum bisa dipastikan yaitu varian yang belum disebutkan sebelumnya.
"Pada prinsipnya virus COVID-19 adalah salah satu bentuk virus RNA yang secara alamiah jumlah mutasinya lebih banyak daripada jenis virus DNA. Sehingga sangat wajar kemunculan varian COVID-19 berkembang sangat cepat saat ini," tutur dia.
"Namun dengan adanya karakteristik bawaan SARS-CoV-2 kita tidak bisa berserah diri dan tidak melakukan apa-apa," imbuh Wiku.
Apabila mutasi virus dibiarkan maka akan semakin banyak varian yang muncul dan potensi berdampak buruk terhadap upaya pengendalian COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Di antaranya adalah meningkatkan laju penularan. Karena perubahan karakteristik virus akan juga mengubah sifat biologisnya. Lalu, menurunkan efektivitas vaksin karena umumnya vaksin dikembangkan dengan jenis-jenis virus spesifik," jelas dia.
"Dan berpotensi juga menurunkan akurasi testing karena lokasi-lokasi mutasi atau hotspot yang berbeda-beda pada setiap varian. Sehingga dapat menurunkan akurasi pemeriksaan PCR yang memiliki target mutasi yang spesifik," tutup dia.