news-card-video
4 Ramadhan 1446 HSelasa, 04 Maret 2025
Jakarta
chevron-down
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45

Selama Perang Belum Usai, Warga Ukraina Tunda Punya Anak hingga Bekukan Sperma

4 Maret 2025 14:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Warga mengantre di alun-alun saat mereka menunggu bantuan kemanusiaan setelah Rusia mundur dari Kherson, Ukraina. Foto: Valentyn Ogirenko/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Warga mengantre di alun-alun saat mereka menunggu bantuan kemanusiaan setelah Rusia mundur dari Kherson, Ukraina. Foto: Valentyn Ogirenko/REUTERS
ADVERTISEMENT
Oleksandr bermimpi memiliki dua anak dan membesarkan mereka di pegunungan bersama istrinya, Kateryna. Namun, perang Ukraina-Rusia membuat rencana itu tertunda.
ADVERTISEMENT
Sebagai tentara Ukraina yang bertugas sejak invasi besar-besaran Rusia pada 2022, ia menghadapi risiko setiap hari di garis depan.
Demi berjaga-jaga, ia memutuskan untuk membekukan spermanya—langkah yang juga diambil banyak rekan prajuritnya.
“Siapa tahu apa yang bisa terjadi?” katanya kepada AFP.
Perang membawa ancaman kehilangan nyawa atau dampak kesehatan, termasuk penurunan kesuburan akibat stres pertempuran.
Undang-undang baru memungkinkan tentara Ukraina melakukan prosedur ini secara gratis. Jika sesuatu terjadi padanya, Oleksandr ingin istrinya tetap memiliki pilihan untuk memiliki anak.
“Saya ingin membesarkan anak saya sendiri, bukan hanya menitipkannya pada pasangan saya,” katanya.
Kateryna saat ini tinggal di Republik Ceko sebagai pengungsi. Oleksandr berharap mereka bisa berkumpul kembali, tetapi perang membuat kepastian itu terasa jauh.
ADVERTISEMENT

Menyelamatkan Masa Depan

Tim penyelamat bekerja di Rumah Sakit Anak Ohmatdyt yang rusak akibat serangan rudal Rusia, di tengah serangan Rusia ke Ukraina, di Kyiv, Ukraina 8 Juli 2024. Foto: REUTERS/Oleksandr Ratushniak
Ukraina telah mengalami krisis demografi sebelum perang. Invasi Rusia memperburuknya.
PBB memperkirakan bahwa sejak 2022, populasi negara itu menyusut hampir 19 persen. Angka kelahiran kurang dari satu anak per perempuan—salah satu yang terendah di dunia.
Pemerintah berharap perdamaian akan membawa “ledakan kelahiran”.
Saat ini banyak warga sipil yang memilih menunda punya anak, bahkan mengambil langkah membekukan sel telur dan sperma mereka.
Di Klinik Feskov di Kharkiv, permintaan pembekuan semakin meningkat, terutama saat pertempuran memburuk.
“Permintaan datang bergelombang,” kata direktur klinik di Ukraina, Vladyslav Feskov.
Klinik ini tetap beroperasi meskipun Kharkiv masih dalam tekanan.
Mereka kini memiliki laboratorium bawah tanah dan menyimpan materi genetik di lokasi rahasia, jauh dari serangan drone Rusia.
Seorang anak laki-laki duduk di keranjang belanja di toko ATB yang merupakan supermarket Ukraina pertama yang dibuka kembali setelah militer Rusia mundur dari Kherson, Ukraina, Minggu (20/11/2022). Foto: Murad Sezer/REUTERS
Seorang mahasiswa 23 tahun, Daria Chernyshova, telah membekukan sel telurnya. Perang membuatnya takut untuk memiliki anak.
ADVERTISEMENT
“Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok,” katanya.
Daria berasal dari Lyman, kota di Ukraina timur yang ia tinggalkan saat Rusia maju pada 2022.
Ia bercerita dan mengenang perempuan-perempuan yang menggendong anak kecil sambil berlari mengungsi.
Saat ini, ia masih lajang dan ingin fokus pada karier sebelum membangun keluarga. Namun, perang membuatnya sulit menemukan pasangan.
Di banyak kota, perekrut militer mencari pria muda untuk dikirim ke medan perang.
“Di mana kita bisa bertemu? Atau kita hanya mengobrol di Skype?” katanya.
Pada akhirnya, ia mempertimbangkan pindah ke luar negeri dan mencari pasangan di sana.