Selidiki Dugaan Penghilangan Dokumen Rahasia, FBI Geledah Rumah Trump di Florida

9 Agustus 2022 9:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam rapat umum untuk memperebutkan sertifikasi hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS, di Washington, AS, Rabu (6/1/2021). Foto: JIM BOURG/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Presiden AS Donald Trump berbicara dalam rapat umum untuk memperebutkan sertifikasi hasil pemilihan presiden AS 2020 oleh Kongres AS, di Washington, AS, Rabu (6/1/2021). Foto: JIM BOURG/REUTERS
ADVERTISEMENT
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, melaporkan bahwa FBI menggerebek rumahnya di Negara Bagian Florida pada Senin (8/8).
ADVERTISEMENT
Trump mengatakan, FBI mengepung dan menduduki Mar-a-Lago. Dia telah menjadikan properti itu sebagai kediaman pribadinya sejak meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2021.
Tetapi, Trump sedang tidak berada di rumah itu saat penggerebekan berlangsung. Dia biasa menghabiskan musim panas di klub golf miliknya di Bedminster, Negara Bagian New Jersey. Sebab, Mar-a-Lago ditutup menjelang musim panas pada Mei.
"Setelah berkoordinasi dan bekerja sama dengan instansi-instansi Pemerintah terkait, penggerebekan mendadak di rumah saya ini tidak perlu maupun tidak pantas," tegas Trump, dikutip dari Reuters, Selasa (9/8).
"Mereka bahkan membobol brankas saya!" lanjut dia.
Ilustrasi FBI. Foto: Reuters
FBI dilaporkan mengantongi surat perintah penggeledahan untuk memasuki tempat tersebut. Hingga kini, FBI menolak untuk memberikan komentar.
Setiap penggeledahan kediaman pribadi harus mendapatkan persetujuan dari hakim. Direktur FBI, Christopher Wray, dan Jaksa Agung AS, Merrick Garland, juga harus menyetujuinya.
ADVERTISEMENT
Trump mengatakan, penggeledahan itu melibatkan sekelompok besar agen FBI. Dia tidak merinci alasan dari tindakan badan tersebut.
Namun, media AS melaporkan keterkaitan dengan penyelidikan Kementerian Kehakiman AS. Pihaknya meluncurkan investigasi atas dugaan kesalahan penanganan dokumen rahasia oleh Trump.
Arsip Nasional AS (NARA) mengungkap tuduhan itu pada Februari. Pihaknya mengaku telah menemukan 15 kotak berisi dokumen di Mar-a-Lago. Dokumen itu turut meliputi korespondensi dari mantan Presiden AS, Barack Obama.
Secara hukum, Trump seharusnya menyerahkan dokumen-dokumen tersebut pada akhir masa kepresidenannya. Kendati demikian, dia justru membawanya pulang usai kalah dalam pemilu.
Presiden AS Donald Trump bersama ibu negara Melania Trump saat melambaikan tangan sebelum berangkat dari Joint Base Andrews, Maryland, AS, Rabu (20/1). Foto: Carlos Barria/REUTERS
NARA lantas menyerukan penyelidikan oleh Kementerian Kehakiman AS. Trump sempat mengkonfirmasi, dia setuju untuk mengembalikan dokumen tertentu kepada badan independen pemerintah tersebut.
ADVERTISEMENT
Menantunya, Lara Trump, mengatakan bahwa mantan presiden itu hanya mengambil dokumen selama diizinkan oleh hukum.
"Ayah mertua saya sangat suka menyimpan hal-hal seperti kliping koran, kliping majalah, foto, dokumen selama dia punya wewenang untuk mengambilnya dari Gedung Putih," ujar Lara Trump.
"Dan dia telah bekerja sama dalam setiap langkah dengan orang-orang yang mempertanyakan semua ini," tambah dia.
Penggerebekan itu menandai eskalasi dalam penyelidikan dokumen rahasia. Meski begitu, kasus tersebut hanya satu dari sejumlah penyelidikan yang menargetkan Trump.
Dia juga melewati penyelidikan Kongres AS atas penyerbuan Gedung Capitol pada 6 Januari 2021. Pendukung Trump menyerang gedung itu untuk membatalkan hasil pemilu yang dimenangkan oleh Presiden AS, Joe Biden.
Garland sempat menyinggung perkembangan kasus tersebut pada Juli. Dia menjawab kemungkinan Kementerian Kehakiman AS untuk mendakwa Trump.
ADVERTISEMENT
"Kami bermaksud untuk meminta pertanggungjawaban setiap orang, siapa pun yang bertanggung jawab secara pidana atas peristiwa sekitar 6 Januari, atas segala upaya untuk mengganggu pengalihan kekuasaan yang sah dari satu pemerintahan ke pemerintahan lainnya," jelas Garland.