Sempat Terempas di Samudra Pasifik, 6 Korban Kapal Tenggelam Selamat

29 Januari 2018 4:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Korban Selamat yang terdampar di Samudra Pasifik (Foto: New Zealand Defence Force)
zoom-in-whitePerbesar
Korban Selamat yang terdampar di Samudra Pasifik (Foto: New Zealand Defence Force)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sebuah sampan penyelamat yang membawa enam orang dan satu jasad bayi ditemukan terombang-ambing di tengah Samudra Pasifik. Mereka adalah korban selamat dari peristiwa tenggelamnya kapal feri.
ADVERTISEMENT
Aksi penyelamatan yang dilakukan oleh Selandia Baru dan Fiji membuahkan hasil saat menemukan korban selamat di tengah laut. Korban yang ditemukan sekitar 180 kilometer dari pulau terdekat itu, telah terempas di lautan selama empat hari. Mereka bertahan hidup tanpa makanan, minuman, dan hanya bermodalkan sebuah selimut.
Keenam orang tersebut merupakan korban selamat dari peristiwa tenggelamnya kapal feri yang membawa kurang lebih 50 penumpang. Kapal feri dikabarkan tengah melintasi dua pulau di negara terpencil, Kiribati.
"Kami belum menemukan adanya korban selamat lain. Belum jelas juga apa yang menjadi penyebab kapal feri tenggelam," ujar Komodor Angkatan Udara Selandia Baru Darryn Webb, dilansir Metro, Senin (29/1).
Meski bersyukur telah berhasil menyelamatkan enam korban, Webb mengaku kecewa karena belum dapat menemukan korban lainnya. Namun, puing dan sampah yang ditemukan di sekitar sampan menjadi petunjuk keberadaan kapal feri itu.
ADVERTISEMENT
"Kami berbela sungkawa atas meninggalnya seorang bayi dan 50 orang lainnya," imbuh Webb.
Kapal feri yang tenggelam merupakan kapal jenis katamaran setinggi 57 kaki bernama MV Butiraoi. Kapal tersebut dilaporkan berlayar dari Pulau Nonouti menuju Tarawa Selatan pada 18 Januari.
Perjalanan kapal seharusnya hanya memakan waktu dua hari. Namun, petugas penyelamat dari Selandia Baru menyebutkan bahwa mereka tidak mendengar kabar terkait hilangnya kapal hingga Jumat (26/1), yakni delapan hari setelah jadwal keberangkatan kapal.
Petugas SAR John Ashby menuturkan bahwa kapal feri mengalami perbaikan di bagian poros baling-baling sebelum berangkat. Hal ini diduga telah menyebabkan masalah navigasi pada kapal.