Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Senin, 26 Desember 2016, Ramlan Butarbutar memarkir mobil Suzuki R3 sewaannya di depan rumah mewah berpagar hitam di Pulomas Utara, Jakarta Timur. Temannya, Ridwan Sitorus alias Ius Pane, turun dari pintu kiri depan dan langsung masuk ke halaman rumah itu, melewati pagar yang tak terkunci.
Sambil berjalan terpincang-pincang, Ramlan mengikuti langkah Ius Pane. Di belakangnya, Erwin Situmorang alias Ucok, menyusul. Satu lagi teman mereka, Alfin Bernius Sinaga, berjaga di mobil.
Ramlan c.s. sudah memantau daerah itu sejak dua hari sebelumnya. Mereka juga sempat melihat-lihat rumah lain.
“Mereka lalu kembali lagi ke situ, dan saat melintas, pembantu di rumah itu keluar berboncengan untuk membuang sampah (ke TPS). Nah saat mereka keluar, pintu (gerbang) tak tertutup sempurna,” kata AKBP Hendy Kurniawan kepada kumparan, 22 Oktober 2021.
Hendy, Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Banten, ketika itu menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Umum Kejahatan dan Kekerasan Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya.
Pintu kecil yang tak tertutup rapat itu menjadi celah bagi Ramlan c.s. Mereka jadi bisa masuk dengan leluasa.
“Ada Bapak?” tanya Ius kepada Tarso, sopir pemilik rumah yang sedang berdiri di halaman, hendak menutup pintu garasi.
“Tidak ada.” Jawaban Tarso langsung disambut dengan todongan pistol Ramlan dan golok dari Ucok. Ia digiring masuk ke ruang tengah yang letaknya tepat di sebelah garasi dan area kolam renang.
Di ruangan itu sudah ada anak bungsu si pemilik rumah, Diana Gemma Dzalfayla, dan temannya yang tengah menginap, Amelia Callista; serta salah satu asisten rumah tangga, Santi. Belum ada setengah jam sebelumnya, Amelia menghubungi ibunya karena Gemma menangis. Alasannya: salah satu mainan miliknya hilang.
Oleh Ramlan c.s, Tarso, Gemma, Amel, dan Santi disuruh berkumpul dan berjongkok. Mereka juga memanggil dua asisten rumah tangga lainnya, Fitriani dan Windi. Dengan menodongkan pistol dan golok, Ramlan serta Ucok merampas barang-barang korbannya: enam ponsel, dompet, dan dua tas milik Santi yang berwarna hijau tosca dan pink. Barang-barang itu lantas dimasukkan ke dalam tas hijau tosca.
Setelah menodong, Ramlan c.s tak lantas melepaskan korbannya. Mereka malah menggiring keenam korbannya masuk ke kamar mandi di bawah tangga. Enam orang pertama dijejalkan ke ruang seluas 1,5 m x 1,5 m.
Ius Pane pertama-tama menjelajahi lantai satu terlebih dahulu. Di belakang rumah, ia menemukan asisten rumah tangga terakhir, Emi, yang sedang menyeterika baju. Emi lantas digiring dan dimasukkan ke dalam kamar mandi, bergabung bersama enam orang lainnya.
Setelah memasukkan Emi, Ius Pane mengeluarkan Santi. Ia meminta Santi menunjukkan keberadaan penghuni rumah lainnya yang ada di lantai dua: putri sulung pemilik rumah, Diona Arika Andra Putri, dan adiknya, Zanette Kalila Azaria. Meski hari Senin, namun semua semua anak pemilik rumah tak sekolah karena masih libur Natal.
Di kamar pertama, yang paling dekat dengan tangga, Zanette sedang asyik menggambar. Ramlan yang menyusul ke lantai dua, berpapasan dengan Ius Pane yang sedang menggiring Zanette dan Santi untuk turun ke kamar mandi bawah.
“Ada orang di kamar lain?” tanya Ramlan, yang dibalas dengan gerakan tangan Zanette yang menunjuk kamar Diona yang berada di ujung. Ramlan tak langsung ke kamar Diona, ia justru membuntuti Ius Pane, menjejalkan Zanette dan Santi ke kamar mandi.
Sepuluh menit sejak Ramlah Butarbutar memarkirkan mobil putih sewaan, sudah ada delapan orang terhimpit di ruang sempit.
Dalam aksi ini, Ramlan Butarbutar mengambil peran sebagai “kapten”, sedangkan Ius Pane menjadi yang paling banyak keluar tenaga. Ius Pane kembali menaiki tangga untuk kedua kalinya, berjalan menuju kamar Diona sambil menggenggam sepucuk air soft gun.
Sebelum masuk ke kamar Diona, ia mampir ke tiga kamar lainnya yang dilewati: kamar Zanette, kamar Gemma, dan kamar utama yang dihuni si pemilik rumah, Dodi Triono. Setelah memastikan ketiga kamar itu kosong, ia baru berjalan ke kamar terakhir yang letaknya paling ujung.
Belum ada penjelasan tentang apa yang terjadi di kamar Diona. Yang jelas, berdasarkan rekaman CCTV, Ius Pane tampak menjambak rambut Diona dan menyeretnya dari kamar. Diona beberapa kali hendak melawan, namun ia malah dipukul dengan gagang air soft gun.
Diona jadi orang kesembilan yang dijejalkan di kamar mandi.
Saat Diona masuk, Gemma dikeluarkan. Ia digiring untuk menunjukkan letak barang-barang berharga di kamar ayahnya. Diona yang saat itu baru berusia sembilan tahun pun menurut, berjalan ke lantai dua dengan ujung pistol di punggungnya.
Dari kamar Dodi, Ius Pane menemukan uang tunai Rp1 juta, dan satu jam tangan bertali karet warna hitam. Setelah itu mereka sempat ke kamar Diona dan mengambil satu iPhone berwarna hitam yang tergeletak di atas tempat tidur.
Saat Ius Pane turun dan meminta Gemma kembali ke kamar mandi, Yanto, salah satu sopir keluarga datang dengan motor matiknya. Yanto baru saja memarkirkan motor dan hendak menutup gerbang saat Alfin yang keluar dari mobil R3 putih datang menghadang. Ramlan Butarbutar yang melihat hal itu pun tertatih-tatih keluar untuk menjemput Yanto.
Alfin baru hendak masuk ke pos jaganya saat sebuah mobil Honda Jazz metalik melaju pelan dari arah Jalan Pulomas Timur. Si pemilik rumah, Dodi Triono sudah kembali. Dodi tak terlihat curiga. Padahal ada dua orang tak dikenal yang membukakan gerbang rumahnya: Ramlan dan Ucok. Setelah mobil terparkir, Ramlan menutup pagar.
“Keramahan” Ramlan tentu tak berlangsung lama. Begitu Dodi keluar, ia langsung menodongkan pistol. Ia digeledah, dan dirampas barang bawaannya. Dari tangan Dodi, Ramlan dan Ucok mendapatkan uang tunai Rp7 juta dan satu buah ponsel.
Dodi tadinya hendak digiring melalui pintu utama. Namun, Ramlan dan Ucok berubah pikiran saat Ius Pane memanggil mereka dari pintu garasi yang terbuka sedikit. Ius Pane berlari terlebih dahulu ke depan kamar mandi. Ramlah dan Ucok mengikuti sambil menodong Dodi dengan pistol dan golok.
Mereka memasukkan Dodi ke dalam kamar mandi, disatukan dengan sepuluh orang lainnya. Pintu ditutup dan dikunci. Ramlan Butarbutar lalu mematikan lampu dan kebur bersama rekan-rekannya. Sialnya, saklar lampu dan exhaust fan kamar mandi jadi satu. Tanpa kipas pengatur sirkulasi udara itu, sebelas orang yang menjejali ruang seluas 2,25 meter itu harus bertahan berebut oksigen.