Senja Terakhir Ramadan 2025 di Jakarta yang Tak Biasa

30 Maret 2025 17:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Suasana Jl. MH Thamrin, Jakarta Selatan, Minggu (30/3/2025). Foto: Zamachsyari/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Suasana Jl. MH Thamrin, Jakarta Selatan, Minggu (30/3/2025). Foto: Zamachsyari/kumparan
ADVERTISEMENT
Jakarta, kota yang tak pernah benar-benar tidur, mendadak seperti menarik napas panjang di penghujung Ramadan 2025.
ADVERTISEMENT
Di jalan-jalan utama yang biasanya penuh sesak dengan suara klakson dan laju kendaraan tertahan, kini tersisa lengang yang membentang.
Di Jl. MH. Thamrin, Minggu (30/3) sore, yang biasanya pada jam-jam pulang kerja menjadi medan perjuangan bagi para pekerja kota metropolitan, kini sepi dari riuh kendaraan.
Tak ada deretan ojek online yang biasanya berjajar di tepi trotoar, meneriakkan nama untuk mencari penumpang.
Tak ada suara klakson yang bersahut-sahutan, tak ada keluhan pengendara yang terjebak dalam kemacetan. Jalanan terasa lebih lapang, lebih tenang.
Sungguh senja yang tak biasa.
Pemandangan serupa terlihat di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan.
Suasana Jl. Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (30/3/2025). Foto: Zamachsyari/kumparan
Jika biasanya kendaraan bergerak perlahan, tersendat oleh lampu merah dan penyeberang jalan yang menunggu celah, maka kini hanya ada Transjakarta yang sesekali melintas dengan kecepatan stabil.
ADVERTISEMENT
Mobil-mobil pribadi melaju tanpa perlu menekan rem berkali-kali. Jakarta sore ini seolah memasuki jeda yang tak biasa.
Sejurus kemudian di wilayah Mampang Prapatan. Kekosongan terasa lebih nyata. Jalan yang biasanya menjadi saksi perjuangan warga berburu takjil, kini tak lagi riuh.
Suasana Jl. Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Minggu (30/3/2025). Foto: Zamachsyari/kumparan
Warung-warung kecil yang biasanya ramai dengan para pembeli yang menukar lembaran rupiah dengan kolak pisang dan gorengan, kini sepi.
Langkah-langkah tergesa yang kemarin berlomba dengan detik menuju azan maghrib tak terdengar.
Semua seakan sudah pulang lebih awal, merapat ke rumah, menanti takbir yang sebentar lagi menggema. Sementara sebagian lainnya telah pulang ke kampung halaman.
Senja terakhir Ramadan menyisakan lengang, namun di baliknya ada harapan yang menghangat—esok, gema takbir akan mengisi udara Kota Jakarta menuju kemenangan.
ADVERTISEMENT