Senjata Brimob Tertahan di Bandara Mengingatkan Pidato Panglima TNI

1 Oktober 2017 6:27 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampel senjata Brimob. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sampel senjata Brimob. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polemik soal senjata tampaknya masih belum usai. Kabar tertahannya 280 pucuk Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) yang diimpor Polri dari Bulgaria di Gudang UNEX Area Kargo Bandara Soekarno-Hatta, kembali mengingatkan kita kepada pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo beberapa waktu lalu.
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya di hadapan para purnawirawan TNI, Gatot mengungkapkan ada yang coba membeli 5.000 senjata secara ilegal. Senjata yang dia sebut punya kapasitas tempur dibeli dengan mencatut nama Presiden Joko Widodo.
Gatot saat berpidato, sempat menyinggung Polri. Menurutnya, Polri tidak boleh punya senjata yang bisa menghancurkan tank dan pesawat.
"Dan polisi pun tidak boleh memiliki senjata yang bisa menembak tank, dan bisa menembak pesawat, dan bisa menembak kapal. Saya serbu kalau ada. Ini ketentuan. Karena kalau kita mencoba dengan cara hukum sudah tidak bisa," kata Gatot, Jumat (22/9).
Rilis pers terkait senjata Brimob di Soetta. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rilis pers terkait senjata Brimob di Soetta. (Foto: Adhim Mugni/kumparan)
Ucapan Gatot tersebut sebenarnya bukan untuk dikonsumsi publik. Namun rekamannya terlanjur beredar luas.
Dalam Kejurnas Karate Piala Panglima TNI V di Mabes TNI, Minggu (24/9), Gatot membenarkan ucapannya. "Benar 1.000 persen itu omongan saya. Tapi saya tidak menyampaikan rilis, makanya saya tidak perlu menanggapi," kata Gatot di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
Kembali ke senjata yang diimpor polisi, Kepala Divisi Humas Polri Irjen Setyo Wasisto menegaskan senjata tersebut bukan barang ilegal. Semua prosedur pemesanan sudah dilakukan.
"Semuanya sudah sesuai dengan prosedur. Mulai dari perencanaan, proses lelang, kemudian proses berikutnya, sampai dengan direview oleh staf Irwasum (Inspektorat Pengawasan Umum Polri) dan BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan)," jelas Setyo di Mabes Polri, Jakarta Selatan, Sabtu (30/9) malam.
Kabar senjata tertahan karena belum mengantungi rekomendasi dari Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI juga dia bantah. Pelontar granat itu belum keluar dari gudang kargo karena masih dalam masa karantina.
Setelah karantina rampung, barulah BAIS datang untuk memeriksa senjata. "Apabila dalam pengecekan tidak sesuai, maka dapat direekspor kembali. Tetapi, dalam pelaksanaannya tidak pernah seperti itu karena memang ini bukan yang pertama," sebut Setyo.
ADVERTISEMENT
Terkait kapasitas senjata yang diduga bisa untuk menghancurkan kendaraan tempur, Komandan Korps Brimob Irjen Murad Ismail membantahnya. Menurut Murad, Brimob hanya akan menggunakannya dengan peluru tak mematikan. Semisal peluru karet, peluru kosong, dan gas air mata.
Kapasitas senjata itu pun dia sebut tidak punya daya jangkau jauh. "Larinya cuma 100 meter. Paling jauh itu, (dengan kemiringan) 45 derajat," kata Murad dalam konferensi pers bersama Setyo.
Murad juga membenarkan, dalam paket pemesananya, polisi menyertakan lebih dari 5.000 peluru untuk pelontar granat. Amunisi itu adalah Amunition Castior with high explosive fragmentation jump grenade berkaliber 40 mm.
Dia pun menyatakan amunisi itu tidak mematikan. Penggunanya sekadar untuk memberi efek kejut orang yang bersembunyi di balik objek tertentu. "Tidak mati, hanya kejut, paling sial luka," ujar Murad saat menjelaskan efek amunisi tersebut.
ADVERTISEMENT
Jumlah amunisi yang baru diimpor itu pun dianggapnya tidak terlampau banyak. Pasalnya, peluru itu akan disebar ke Satuan Brimob di seluruh Indonesia. Tujuannya untuk menanggulangi amunisi yang sudah kedaluwarsa.
Terkait penggunaan senjata tersebut, Murad menyatakan tidak akan digunakan di Jakarta. SAGL akan dikirimkan untuk Brimob yang bertugas di Papua dan Poso.
Sebagai informasi, sejak Sabtu pagi beredar kabar adanya 280 pucuk Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) Kal 40 x 46mm yang diimpor Polri dari Bulgaria, tertahan di penyimpanan kargo Bandara Soekarno-Hatta. Senjata yang diimpor PT Mustika Duta Mas tiba dengan pesawat sewaan Antonov An-12 TB dengan maskapai Ukraine Air Alliance UKL 4024 pada Jumat (29/9) malam.