Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Kemajuan teknologi dipandang sebagai solusi mengatasi persoalan. Digitalisasi mempermudah orang-orang mengakses atau mengirim pesan, berita, gambar dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Kecanggihan teknologi tak mampu terbendung lagi saat ini, termasuk digitalisasi dalam bidang kepustakaan, yaitu e-book. Dengan e-book orang dengan ringkasnya membawa buku yang tersimpan dalam gadget, bukan hanya satu buku, puluhan bahkan ratusan buku.
Perkembangan teknologi bagai dua bilah mata pisau, bisa membawa manfaat atau malah menjadi malapetaka. Kemajuan teknologi yang terjadi saat ini membuat orang berpindah dari membaca buku fisik ke buku elektronik.
Dampaknya terasa pada para pedagang di Pasar Buku Kwitang yang kian hari kian sepi.
Sentra penjualan buku Kwitang ini terletak di satu sudut simpang lima Senen, Jakarta Pusat. Sebelum 2008, lokasi ini mudah terlihat karena masih marak pedagang kaki lima yang berjualan buku bahkan hingga tumpah ke jalan. Jumlah pedagang kala itu mencapai ratusan orang, namun kini berkurang; tak lebih dari 30 orang.
"Setelah internet berkembang pengunjung berkurang. Jika beruntung bisa mendapatkan omzet sampai Rp 400 ribu dalam sehari, tapi ada juga tambahan lain dari hasil jualan di online," kata Darussalam saat menjaga buku-buku jualannya.
Hal senada dikatakan juga oleh Gugum, lewat aplikasi Tokopedia, Bukalapak, dan Shopee dia menjual buku dengan nama toko 'ceriitoge', dalam sehari rata-rata ia melakukan lima kali transaksi online. Turunnya angka pengunjung membuat para pedagang memutar balik otak dengan membuka toko di marketplace.
Bagi pelanggan setia, Kwitang masih menjadi sentra buku. Entah itu di dunia nyata maupun maya, atau hanya tinggal cerita.
ADVERTISEMENT
Live Update