Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Serangan Israel Tewaskan 200 Warga Gaza dalam 3 Hari, Mayoritas Wanita dan Anak
5 Januari 2025 15:44 WIB
·
waktu baca 2 menitADVERTISEMENT
Lebih dari 200 warga Palestina tewas dalam tiga hari terakhir akibat serangan Israel yang terus meningkat di Jalur Gaza. Mayoritas korban adalah wanita dan anak-anak, menurut laporan dari para koresponden di lapangan.
ADVERTISEMENT
Pada Jumat (3/1), militer Israel memaksa evakuasi staf dan pasien dari dua rumah sakit di Gaza utara di bawah ancaman serangan. Beberapa hari sebelumnya, pasukan Israel menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan dan menahan direktur rumah sakit tersebut.
Sabtu pagi (4/1), setidaknya 11 anggota keluarga al-Ghoula tewas dalam serangan di kawasan Shujayea, Gaza utara.
“Sekitar pukul 2 pagi, kami terbangun oleh suara ledakan besar,” ujar Ahmed Ayyan, tetangga keluarga tersebut, seperti diberitakan Al Jazeera, Minggu (5/1).
“Kebanyakan dari mereka adalah wanita dan anak-anak. Mereka semua warga sipil. Tidak ada seorang pun di sana yang terlibat dalam perlawanan,” tambahnya.
Krisis Kemanusiaan Memburuk
Korban tewas di Gaza sejak perang dimulai pada Oktober 2023 telah mencapai 45 ribu jiwa, sementara 108 ribu orang lainnya terluka.
ADVERTISEMENT
Rumah sakit kewalahan menangani korban yang terus berdatangan, dengan banyak pasien dibiarkan terbaring di lantai karena tidak adanya ruang dan pasokan medis yang memadai.
Di Rumah Sakit Al-Aqsa, beberapa pasien meninggal karena kehabisan darah sebelum mendapatkan perawatan.
Luka bakar parah tanpa obat penghilang rasa sakit kerap berujung pada kematian.
Selain korban akibat serangan langsung, kematian “sunyi” juga terjadi akibat kurangnya akses ke obat-obatan dan layanan medis di tengah blokade yang diperketat.
Sementara itu, peningkatan serangan Israel terjadi di tengah kabar bahwa perwakilan pemerintah Israel dan Hamas telah bertolak ke Qatar untuk membahas kemungkinan gencatan senjata dan pertukaran tawanan.