Serangan Paramiliter di Sudan, 400 Orang Diperkirakan Tewas

15 April 2025 2:30 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asap mengepul di atas gedung-gedung di Khartoum pada 1 Mei 2023 saat bentrokan mematikan selama konflik. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Asap mengepul di atas gedung-gedung di Khartoum pada 1 Mei 2023 saat bentrokan mematikan selama konflik. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Setidaknya ada 400 orang tewas dalam beberapa serangan terakhir yang dilancarkan oleh kelompok paramiliter Sudan, Rapid Suppport Forces (RSF) di sebelah barat Darfur, Sudan. Hal itu disampaikan oleh PBB.
ADVERTISEMENT
"Pada Kamis hingga Sabtu pekan lalu, kami memverifikasi ada 148 pembunuhan," kata juru bicara badan HAM PBB, Ravina Shamdasani, kepada AFP, Senin (14/4).
Lalu, sejak pekan lalu, RSF tengah melancarkan serangan darat dan udara di kawasan kamp pengungsi El-Fasher. Mereka berupaya untuk merebut salah satu daerah terakhir, di sekitar Darfur.
"Jumlah itu masih sangat mungkin bertambah, karena kita masih dalam proses verifikasi. Bahkan, beberapa sumber kredibel menyebut ada 400 orang yang tewas," imbuh Ravina.
Statemen dari Ravina itu memperkuat pernyataan dari Kepala badan HAM PBB, Volker Turk, yang menyebut ada sebuah serangan dengan skala besar di Darfur.
Tentara Sudan atau pasukan afiliasinya berpose untuk difoto sambil mengepalkan tangan di istana presiden yang rusak setelah merebut kembali kompleks tersebut dari paramiliter RSF di Khartoum pada 21 Maret 2025. Foto: AFP
Volker juga menyinggung bagaimana komunitas internasional yang tak bereaksi atas serangan tersebut.
ADVERTISEMENT
"Ratusan warga sipil, termasuk 9 pekerja humanitarian tewas. Serangan ini menunjukkan kerentanan para petugas humanitarian dari krisis ini, juga atas setiap pengepungan RSF sejak tahun lalu," kata Volker.
PBB sendiri menyebut, bahwa RSF punya kewajiban untuk mematuhi hukum internasional. Termasuk melindungi warga sipil dari serangan yang menyasar etnis, serta melindungi mereka keluar dari kota yang dilanda konflik.
Pada konflik yang telah berlangsung selama 3 tahun ini, Volker masih berharap semua pihak mencari cara untuk mengambil langkah untuk menyelesaikan konflik.