Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Serba-serbi Pernyataan Megawati: Singgung Polri, MK, hingga Makan Bergizi
13 Desember 2024 8:07 WIB
·
waktu baca 7 menitADVERTISEMENT
Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri menyampaikan keynote speech dalam acara peluncuran dan diskusi buku 'Pilpres 2024 Antara Hukum, Etika dan Pertimbangan Psikologis' di Hotel Four Season, Jakarta, Kamis (12/12).
ADVERTISEMENT
Selain Megawati, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, Ketua DPP PDIP Ganjar Pranowo hadir dalam acara. Kemudian ahli hukum Todung Mulya Lubis hingga Bivitri Susanti.
Ada beberapa hal yang disampaikan Presiden RI ke-5 itu. Berikut rangkumannya.
Mau Temui Kapolri
Megawati kembali menyinggung Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Megawati menegaskan, dirinya masih ingin bertemu dengan Jenderal Sigit. Akan tetapi, Megawati mengatakan Sigit tidak berani untuk menerima kunjungan dirinya.
"Polisi, saya mau ketemu Sigit, tapi ada yang bilang 'Ibu jangan panggil Sigit', loh orang dia lebih muda dari saya," kata Megawati.
"Saya mau ketemu, enggak berani berarti apa?" tambah dia.
Megawati ingin bertemu Kapolri sebagai warga negara biasa. Ia pun heran niat dirinya mau bertemu Kapolri dituding mengintimidasi.
ADVERTISEMENT
"Saya maunya ngomong sama Kapolri, oh saya warga negara gak? Ada boleh deh cari tayangan yang terbuka karena katanya saya mengintimidasi Kapolri," kata Megawati.
Pesan ke Anak Buah
Megawati Soekarnoputri berbicara panjang lebar soal kekurangan yang terjadi di ketatanegaraan saat ini. Sambil sedikit guyon, ia pun menyebut tahu apa risikonya menyebut demikian.
"MPR jangan diturunkan kayak sekarang tapi gak mau, enggak tahu kenapa, saya bilang tentu itu harus jadi tertinggi. MPR. Makanya jangan pendek pendek, beda dengan DPR, Majelis itu kan sudah kerasa gitu, saya mikirnya gitu," kata Megawati di Four Season Hotel, Jakarta, Kamis (12/12).
"Itu urusan ketatanegaraan gitu, gak ada ya sudah. MK. Eh kayak gitu juga."
Mega pun sadar ucapannya bisa mengundang polemik. Namun ia merasa tak masalah, tak takut juga bila ditangkap.
ADVERTISEMENT
"Nanti kalau ada mau komplain terus saya mau ditangkap sama polisi, nah itu saya akan nyuruh anak buah saya ikut. Ketika dulu saya dipanggil Kejaksaan, mereka pada nungguin di sana diam kamu di kejaksaan kalau ternyata ibu mau dihukum baru kita lawan.
"Lawan loh demi konstitusi yang sekarang sudah dijelek jelekkan tapi gak ada yang berani ngomong Emang presiden dibikin siapa sih? Ayo saya nanya, jawab kalau berani.
Ketua Umum PDIP itu pun meminta kadernya juga punya sikap demikian.
"Saya bilang kok sama anak buah aku. Gak usah takut, kalau kalian ditangkap saya datang kok," ungkap dia.
"Ya iyalah masa hanya saya, dirimu harus berani. Demi apa? Bangsa dan negara," kata dia.
ADVERTISEMENT
Megawati Sebut Pilpres 2024 Cacat
Megawati bicara soal Mahkamah Konstitusi (MK) yang dibentuk pada era kepresidenannya tapi kini dinilainya tak bertaring.
"Pilpres yang sebenarnya sudah cacat. Saya, kan, bilang MK saya yang bikin, kok jadi bumerang. Mbok ya baik-baik gitu," ujar Megawati.
Megawati menyampaikan tujuannya dulu membentuk MK pada 2003. Sampai dia mencari kantor di ring satu di kawasan Jalan Medan Merdeka Barat untuk MK agar MK menjadi lembaga berwibawa.
"Pak Jimly (Jimly Asshiddiqie, ketua MK pertama) boleh panggil suruh ngaku dia ke sini, saya suruh jadi ketua MK pertama, kan. Saya Presiden RI, saya nyari sendiri gedung untuk melihat MK itu berwibawa. Di dalam ring 1 loh di jalan itu, saya yang nyari," ujar Mega.
ADVERTISEMENT
Mega kemudian menceritakan konteks pernyataannya. Pada Pilpres 2024 lalu, MK menurutnya tidak bertaji.
Mega menyoroti Putusan 90 yang akhirnya memuluskan langkah Gibran Rakabuming untuk bisa menjadi cawapres.
"Pak Jimly kamu bikin (MK) jadi supaya berwibawa, sekarang mlehe," kritik Megawati.
"Kalau jadi hakim jangan ah terima duit. Pada diem gak berani. Iya gitu. Pada diem, takut," kata Mega yang disambut tepuk tangan hadirin.
Bicara soal Etik dan Moral
Megawati juga menyoroti kondisi negara setelah Pilpres 2024. Megawati menilai terjadi degradasi etika dan moral. Menurutnya, Pilpres 2024 penuh dengan kecurangan karena adanya penggunaan instrumen negara secara masif.
"Saya bilang sebagai warga negara yang memberikan pernyataan, ada yang hilang dari manusia yakni etika, moral, dan hati sanubari yang sudah tumpul hanya ingin kuasa, ingin punya duit gitu," kata Megawati saat menyampaikan keynote speech dalam acara peluncuran dan diskusi buku 'Pilpres 2024 Antara Hukum, Etika dan Pertimbangan Psikologis' di Hotel Four Season, Jakarta, Kamis (12/12).
ADVERTISEMENT
Megawati menilai, buku Pilpres 2024 Antara Hukum, Etika dan Pertimbangan Psikologis, telah membeberkan secara rinci bagaimana rusaknya demokrasi di Indonesia. Ia menyebut, demokrasi hanya menjadi kedok.
"Buku ini menjadi bukti jika Pemilu elektoral kita pura-pura demokrasi, padahal enggak," ucap Megawati.
Minta Prabowo Hitung Lagi soal Harga Makan Bergizi Gratis
Pada kesempatan itu, Megawati turut menyinggung program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas Presiden Prabowo Subianto. Dia setuju dengan program itu, namun meminta Prabowo untuk menghitung lagi harga Rp 10 ribu per menu untuk program itu.
"Kuhitung Rp 10 ribu toh apa yo, apalagi sekarang harga naik, eh Mas Bowo (Prabowo) kalau dengar ini tolong deh suruh dihitung lagi," kata dia.
ADVERTISEMENT
Megawati mengatakan, harga bahan pokok saat ini sedang melambung tinggi. Biaya Rp 10 ribu untuk program Makan Bergizi Gratis itu, dia menganggap hanya mendapatkan tempe.
"Jadi ya gitu, sorry ya Mas (Prabowo), saya mesti kritik, hitung Rp 10 ribu dapat apa toh, apa ya, paling tempe," kata Megawati yang pernah berpasangan dengan Prabowo pada Pilpres 2009 ini.
Bicara soal Harun Masiku
Megawati menyinggung soal kasus dugaan korupsi yang menjerat salah satu mantan caleg dari partainya, Harun Masiku. Harun Masiku diketahui masih menjadi buronan KPK hingga saat ini.
"Kalau dia (Hasto) ditangkap, saya hitung, apa namanya, si itu siapa namanya, Harun Masiku. Itu tahun 2019, coba ayo ahli hukum berani, hitung berapa semuanya yang ditahan," kata Mega dalam acara peluncuran buku Todung Mulya Lubis, di Jakarta Pusat, Kamis (12/12).
ADVERTISEMENT
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto juga beberapa kali dimintai keterangannya oleh KPK untuk mendalami perkara Harun Masiku itu. Hasto pun telah dicegah bepergian ke luar negeri oleh KPK.
Megawati mengaku akan langsung turun tangan jika Hasto ditangkap KPK.
"Saya bilang, kalau Hasto itu ditangkap saya datang. Saya enggak bohong. Kenapa? Saya ketua umum, bertanggung jawab kepada warga saya, dia adalah Sekjen saya," ujar Megawati.
Ia juga menyinggung penyidik yang menangani kasus Harun Masiku, Rossa Purbo Bekti. Presiden ke-5 RI itu menyoroti Rossa yang memakai masker dan topi.
"Lalu saya bilang, siapa itu Rossa? Katanya ininya KPK, tapi masa pakai masker, pakai apa namanya topi sing ada depannya iku. Iya toh? Berarti dia sendiri kan takut karena dia menjalani hal yang enggak benar," ungkap dia.
ADVERTISEMENT
Megawati lantas juga mengkritik tindakan yang dilakukan Rossa dengan menyita buku partai dari tangan ajudan Hasto, Kusnadi. Hal ini, menurutnya, tidak sesuai dengan prosedur.
"Terus saya bilang, si Rossa itu punya surat perintah enggak? Kan yang dianya turun itu kan ada ininya Pak Hasto, si Kusnadi. Dia disuruh memang bawa tasnya Pak Hasto. Jadi mereka pikir 'oh mungkin ada di dia'. Tapi kan harus ada prosesnya dong, enggak kaya ngono lho," jelasnya.
Megawati Sentil Polri soal Rekayasa Kasus
Megawati dengan tegas menyatakan Polri melakukan rekayasa. Hal ini tercermin dari kasus Ferdy Sambo yang membunuh ajudannya, Bharada E.
“Bahkan Polri dari berbagai laporan yang ada sampai terlibat secara institusional dalam Pemilu dan terbukti telah melakukan rekayasa hukum sebagaimana tercermin dalam kasus Sambo,” ujarnya di Four Seasons, Jakarta pada Kamis (12/12).
ADVERTISEMENT
Mega menyebut bahwa dirinya sudah curiga ada penyelewengan di kasus ini. Menurutnya, bila ada klaim pelecehan seksual yang dilakukan Bharada E kepada istri Sambo, seharusnya ada bukti forensik.
“Saya kasus Sambo saya kan udah curiga. Gila deh. Saya tahu forensik,“ ucapnya.
“Saya bilang ini pasti ada pemalsuan. Saya bertanya ada waktu itu pada orang Polri suruh saya nanya gini, betul kah katanya ada pelecehan? Harusnya forensiknya ada. Mana?” tuturnya.
Selain itu, Mega juga menyinggung kasus pembunuhan seorang anak SMK, Gamma Rizkynata Oktavandy (17) oleh mantan anggota Polri, Aipda Robig di Semarang. Pada kasus ini, awalnya polisi menuduh Gamma terlibat tawuran hingga ditembak.
“Terus yang ini, ternyata itu adalah salah satu anggota Paskibraka. itu yang anak yang Gamma itu loh. Ini kan kasus. Saya langsung suruh yang namanya dari BPIP, temui keluarganya. Tanyakan yang sebenarnya. Apa yang direkayasa?” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Mega menyebut klaimnya soal Polri melakukan rekayasa bukan dengan tujuan provokasi. Ia khawatir, Indonesia masuk ke dalam jalan kegelapan.
“Masa gini, kita langsung gak berani gitu? Saya berkali-berkali mengatakan, saya bukan provokator. Kalo provokator itu banyak tanpa bukti. Cuma ngomong doang. Ini lah saya khawatirkan. Bahwa tanpa sistem hukum yang berkeadilan Indonesia akan selalu berada dalam jalan kegelapan,” tutupnya.