Sering Pakai Gadget Selama Pandemi Sebabkan Mata Lelah dan Minus pada Anak

1 Januari 2022 5:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mengulang pelajaran dari situs maupun aplikasi lain. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mengulang pelajaran dari situs maupun aplikasi lain. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Beraktivitas di depan gadget/smartphone dalam jangka waktu tertentu dapat menyebabkan organ mata menjadi lelah. Meski tidak berbahaya, namun jika dibiarkan, mata lelah bisa menimbulkan gangguan kesehatan, pun di masa pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Orang dewasa akan lebih sering menggunakan mata dalam pekerjaan, dan anak-anak juga sering menggunakan smartphone dalam belajar online.
Mengacu pada studi penelitian di China, efek dari pandemi COVID-19 telah meningkatkan kasus myopia atau gangguan mata minus bahkan pada anak-anak. Selama 2020, anak usia 6-8 tahun ternyata 3 kali lipat lebih rawan terkena myopia dibandingkan sebelum periode pandemi COVID-19 berlangsung.
Ilustrasi anak pakai kacamata. Foto: Shutter Stock
Pada kasus myopia, Dr. dr. Ariesanti Tri Handayani, Sp M(K), dari Siloam Hospitals Bali mengatakan, mata minus terjadi karena cahaya yang masuk ke dalam mata jatuh di depan retina mata. Hal ini dipicu panjang bola mata yang bertambah atau kemampuan mata dalam memfokuskan cahaya sehingga objek yang jauh terlihat buram.
"Ada dampaknya pada mata, yaitu terbagi dua, mata Lelah atau mata kering yang disebabkan karena Computer Vision Syndrome (CVS), dan Akomodasi karena jangka lama yang diakibatkan adanya penambahan ukuran refraksi (myopia) yang progresif," tutur dr. Ariesanti dikutip dari Antara, Sabtu (1/2).
ADVERTISEMENT
Pada edukasi tersebut, Ariesanti menerangkan, Computer Vision Syndrome (CVS) merupakan masalah pada organ mata dan penglihatan yang bersifat kompleks pun terkait dengan fungsi mata dalam aktivitas dekat yang berhubungan dengan komputer.
Lalu bagaimana terjadinya CVS?
"Gambar pada layar komputer memiliki batas yang tidak tegas sehingga mata akan berusaha untuk memfokuskan bayangan saat melihat layar komputer," tambah dr. Ariesanti.
Dan usaha memfokuskan bayangan secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan menimbulkan kelelahan pada otot mata (akomodasi), sehingga otot mata menjadi tegang dan menimbulkan gejala eye strain atau asthenopia sehingga terjadi CVS," tambahnya.
Ilustrasi anak bermain gadget. Foto: Melly Meiliani/kumparan
Adapun faktor risiko dari CVS, adanya gangguan refraksi (minus, plus, silinder) yang tidak dikoreksi.
"Termasuk adanya penyakit pada tubuh seperti Diabetes Melitus, alergi, autoimun, dan lainnya. Adapun penggunaan obat-obatan yang memicu penyakit mata kering misalnya obat anti glukoma, obat hipertensi, dan anti depresi, baik usia yang sudah lanjut juga ikut mempengaruhi penyakit pada mata dan sistematik," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Lalu mengapa bisa timbul gejala CVS? Gejala yang disebabkan pada mata akibat konsentrasi di depan komputer sehingga turunnya refleksi berkedip hingga 6-8 kali per menit dan berakibat menurunkan kualitas air mata.
Ini yang dinamakan gejala penyakit mata kering, sementara untuk gejala kelelahan mata karena adanya usaha memfokuskan bayangan saat menatap komputer pada jangka waktu yang lama sehingga berakibat otot siliaris berkontraksi.
Gejala pada otot/tulang belakang juga diakibatkan karena cara duduk yang salah berulang-ulang seperti membungkuk, atau tidak tegak, dan tekuk leher yang menekuk sehingga membuat aliran darah kurang lancar.
Akibat hal tersebut maka akan mengalami keluhan CVS seperti penglihatan kabur saat melihat dekat, kabur saat melihat jauh setelah menggunakan komputer, serta kesulitan memfokuskan bayangan dari satu jarak ke jarak yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Sementara keluhan yang berhubungan dengan penyakit mata kering adalah iritasi/terasa panas seperti terbakar, mata terasa kering, tegang, dan sakit kepala serta kelelahan pada mata.

Cara mencegah CVS

Ilustrasi anak kecanduan gadget. Foto: Shutter Stock
Untuk itu guna mencegah terjadinya CVS maka sebaiknya ada beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu periksa kondisi mata sebelum menggunakan komputer, pastikan cukup penerangan dengan posisi duduk yang ergonomis, serta meminimalisasi glare dan sesuaikan brightness dan contrast.
"Jarak yang ideal untuk mata dalam penggunaan smartphone sekitar 1 inci, dan untuk komputer sekitar 2 inci, serta 10 inci untuk televisi atau kurang lebih 3 meter. Lalu biasakan melihat jarak jauh sekitar 20 kaki selama 20 detik setelah maksimal melihat jarak dekat setelah 20 menit," terang dr Ariesanti.
ADVERTISEMENT
Untuk mengatasi keluhan ini maka koreksi kelainan refraksi (minus, plus, silinder). Hindari pemakaian lensa kontak bila bekerja lama di depan komputer. Gunakan tetes air mata secara rutin. Mengkonsumsi suplemen seperti omega-3, vitamin D, dan antioksidan.
Gunakan analgetik atau anti radang untuk gangguan otot leher /bahu /tulang belakang. Konsultasikan dengan orthopedist, atau neurologis, serta fisioterapist, jika terdapat kelainan pada postur tubuh.
Karena efek jangka panjang pada penggunaan komputer akan terjadi peningkatan jumlah penderita myopia pandemic dan terjadi penambahan ukuran myopia progression. Jika hal ini terus terjadi maka akan mengakibatkan mata malas, mata juling, galukoma, retinal detachment yaitu lepasnya lapidan retina,  serta myopia patologis.
Hal yang harus dilakukan untuk menghindari progresivitas miopia adalah kurangi aktivitas dekat sesering mungkin, perbanyak aktivitas outdoor, periksa mata anak sebelum usia sekolah bila orang tua memakai kacamata. Serta kontrol kacamata rutin setiap 6 bulan sekali atau maksimal 1 tahun sekali.
ADVERTISEMENT
dr Ariesanti menyimpulkan, penggunaan komputer jangka lama dapat mempengaruhi kesehatan mata antara lain terjadinya progresivitas myopia. Pemeriksaan rutin secara berkala sangat disarankan untuk memonitor progresivitas myopia.