Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Setelah Darurat Militer Korsel Dicabut: Presiden Dihadapkan Pemakzulan
5 Desember 2024 8:32 WIB
·
waktu baca 4 menitADVERTISEMENT
"Drama" darurat militer di Korea Selatan (Korsel) tak berhenti hanya sampai status tersebut dicabut. Episode lainnya yang kini tengah berlangsung: imbas dari penerapan darurat militer yang seumur jagung.
ADVERTISEMENT
Presiden Korsel Yoon Suk-yeol secara mengejutkan pengumuman darurat militer dalam sebuah pengarahan yang disiarkan televisi, dan berjanji untuk “memberantas kekuatan pro-Korea Utara dan melindungi tatanan demokrasi konstitusional.”
Pengumuman yang disampaikan pada Selasa (3/12) malam itu membuat Korsel menjadi sorotan dunia. Penolakan dari warga terjadi. Termasuk dari elite politik oposisi.
Pada voting di parlemen, sebanyak 190 dari 300 anggota mendukung pencabutan. Di bawah konstitusi Korsel, darurat militer wajib dicabut bila mayoritas anggota parlemen menghendaki.
Akhirnya Rabu (4/12) tepat pukul 04.30 pagi waktu Korsel, Yoon mengumumkan pencabutan darurat militer. Dengan demikian, status darurat militer ini hanya berlaku beberapa jam.
“Beberapa saat lalu, ada permintaan dari Majelis Nasional (parlemen) untuk mencabut darurat militer dan kami menarik militer yang dikerahkan untuk operasi darurat militer,” kata Yoon lewat pidato di televisi, seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Presiden Yoon Dituntut Mundur
Imbas dari drama tersebut, Yoon diminta mundur. Seruan mundur paling kencang disampaikan oposisi. Mereka menegaskan pengunduran diri Yoon wajib sesegera mungkin.
Bahkan, di mata oposisi pemberlakuan darurat militer sama dengan upaya pemberontakan.
“Jika Yoon tidak mundur, (oposisi di Korsel) Partai Demokrat akan menginisiasi segera proses pemakzulan yang sejalan dengan keinginan rakyat,” kata Partai Demokrat seperti dikutip dari AFP.
Tak cuma oposisi, serikat pekerja Korsel menyampaikan tuntutan serupa kepada Yoon. Ancamannya tak main-main, mereka siap mogok massal sampai Yoon mundur.
Pemakzulan Presiden Yoon Diajukan
Partai oposisi di Korsel juga tengah mengajukan proses pemakzulan terhadap Presiden Yoon.
“Kami mengajukan mosi tidak percaya yang akan segera dilakukan,” kata perwakilan enam partai oposisi termasuk yang terbesar, Partai Demokrat, seperti dikutip dari AFP.
ADVERTISEMENT
Partai oposisi masih membutuhkan perundingan untuk membahas dimulai pemakzulan. Akan mereka sepakat proses melenggserkan Yoon paling cepat dimulai pada Jumat (6/12).
Kehidupan Normal tapi Ketakutan
Pada Rabu (4/12) kemarin menjadi hari yang tampaknya "aneh" bagi warga ibu kota Korsel. Mereka baru saja melewati enam jam darurat militer. Namun aktivitas seperti hari-hari biasa tak berubah. Tak ada sekolah atau kantor yang libur.
Tetapi, warga di kota berpenduduk sembilan juta orang itu mengaku kaget dengan apa yang mereka alami terkait Darurat Militer singkat.
Warga Seoul, Gang He-soo, punya kisah tersendiri terkait darurat militer. Dia mengaku tak sengaja membaca berita mengenai darurat militer ketika tiba-tiba terbangun dari tidur.
"Awalnya, saya takut dan sangat bingung. Saya terus berpikir, 'Apa yang sedang terjadi? Apakah ini sesuatu yang benar-benar bisa terjadi di era ini?' Saya tidak bisa tidur sampai darurat militer dicabut karena saya sangat takut," kata Gang seperti dikutip dari Reuters.
Setali tiga uang dengan Gang, warga Seoul lainnya Kim Byeong-in mengatakan darurat militer membuatnya khawatir, terutama soal kondisi perekonomian negaranya.
ADVERTISEMENT
"Itu adalah pengalaman yang hanya saya lihat di film, dan saya menyadari betapa seriusnya hal itu daripada yang saya bayangkan," ucap Kim Byeong-in.
"Saya sangat terganggu oleh situasi seperti ini, dan saya sangat khawatir tentang masa depan negara ini," kata Kim.
Warga Seoul lainnya pun sependapat dengan Kim dan Gang. Kantor berita Reuters melaporkan mayoritas warga yang diwawancarainya memilih begadang agar tak ketinggalan keputusan mengenai masa depan Korsel.
Profil Yoon Suk-yeol
Yoon Suk Yeol lahir pada 18 Desember 1960 Yeonhui-dong, Distrik Seodaemun, Seoul.
Dia terpilih menjadi Presiden Korea setelah unggul dari Lee Jae-myung yang merupakan calon dari Partai Demokrat pada 2022. Yoon Suk Yeol saat itu kandidat dari Partai Kekuatan Rakyat.
Yoon Suk Yeol pernah menjabat sebagai jaksa di Korea dari tahun 2019 sampai 2021.
ADVERTISEMENT
Yoon Suk Yeol bersekolah di Sekolah Dasar Daegwang, Sekolah Menengah Pertama Jungnang, dan Sekolah Menengah Atas Chungam. Ia lalu mengambil jurusan hukum di Universitas Nasional Seoul pada 1979 dan mendapat gelar sarjana hukum 1983. Yoon Suk Yeol kemudian menyelesaikan magister hukum dari universitas yang sama pada 1988.
Yoon Suk Yeol menikah dengan Kim Keon-hee pada tahun 2012. Saat itu Yoon berusia 52 tahun dan Kim 40 tahun.