Setelah Hampir 2 Abad, Jantung Raja Portugis Pulang ke Brasil

24 Agustus 2022 14:02 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Brasil Jair Bolsonaro (kanan) dan Ibu Negara Michelle Bolsonaro dikelilingi oleh anak-anak saat mereka berdiri di samping guci berisi hati Dom Pedro I, pendiri dan penguasa pertama Kekaisaran Brasil. Foto: Evaristo Sa/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Brasil Jair Bolsonaro (kanan) dan Ibu Negara Michelle Bolsonaro dikelilingi oleh anak-anak saat mereka berdiri di samping guci berisi hati Dom Pedro I, pendiri dan penguasa pertama Kekaisaran Brasil. Foto: Evaristo Sa/AFP
ADVERTISEMENT
Jantung seorang raja Portugis yang mendeklarasikan kemerdekaan Brasil dari Portugal kembali ke Brasilia pada Selasa (23/8).
ADVERTISEMENT
Senyawa kimia formaldehida membalut relik tersebut dalam sebuah guci emas. Presiden Brasil, Jair Bolsonaro, menggelar penghormatan militer saat menyambut kedatangannya.
Angkatan Udara Brasil turut menerbangkan sejumlah pesawat selama upacara itu. Jantung Dom Pedro I disimpan di sebuah gereja di Porto sejak kematiannya di Portugal pada 1834.
Institusi terkait meminjamkan organ yang diawetkan tersebut selama tiga pekan untuk Brasil. Pemerintah Brasil akan memajang relik itu sebagai bagian dari perayaan Hari Kemerdekaan.
"Dua negara, disatukan oleh sejarah, dihubungkan oleh sebuah jantung. Dua ratus tahun kemerdekaan. Di depan, keabadian dalam kebebasan. Tuhan, tanah air, keluarga!" seru Bolsonaro, dikutip dari Reuters, Rabu (24/8).
Guci berisi hati Dom Pedro I (pendiri dan penguasa pertama Kekaisaran Brasil), setibanya di Pangkalan Udara Brasilia, pada (22/8/2022). Foto: Evaristo Sa/AFP
Pedro mendeklarasikan kemerdekaan Brasil pada 7 September 1822. Dia kemudian dinobatkan sebagai 'kaisar' Brasil. Pedro kembali ke Portugal selang sembilan tahun kemudian. Namun, deklarasi kemerdekaannya tetap diakui sebagai kelahiran negara Brasil.
ADVERTISEMENT
Kritikus Bolsonaro mengatakan, sang presiden menggunakan relik tersebut untuk menggencarkan kampanye. Sebab, dia tengah mengincar pencalonan diri kembali pada Oktober.
"Bolsonaro telah membajak simbol nasional kami, warna bendera kami, kaos tim sepak bola kami, dan sekarang perayaan kemerdekaan," ujar seorang sejarawan, Lilia Schwarcz.
"Ini adalah penggunaan sejarah yang mengerikan," tambah dia.