Sheikh Sabah Al-Ahmad, Mediator Ulung yang Jadi Pemimpin Kuwait

29 September 2020 22:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah. Foto: Yasser Al-Zayyat / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah. Foto: Yasser Al-Zayyat / AFP
ADVERTISEMENT
Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah meninggal dunia pada Selasa (29/9). Semasa hidupnya, ia dikenal sebagai pejuang yang tak gentar mempertahankan Kuwait dari invasi Irak pada 1990.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, Sheikh Sabah juga dikenal sebagai mediator dan diplomat ulung yang berperan penting di Perang Teluk. Ia menyadari, meski negaranya kecil, namun kekayaan minyak yang mereka miliki sangat besar. Sehingga, diplomasi, menjadi cara utama Sheikh Sabah untuk memperjuangkan negaranya.
Selama empat dekade, Sheikh Sabah terus berusaha menyelesaikan perselisihan dengan Qatar.
"Emir khawatir tentang Teluk, Yaman, Qatar," kata seorang sumber Kuwait yang bertemu dengannya secara berkala, dilansir Reuters, Selasa (29/9).
Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah. Foto: Yasser Al-Zayyat / AFP
Bicara soal hubungan luar negeri, Kuwait sempat berselisih dengan Arab Saudi terkait penguasaan ladang minyak. Namun, setelah bertemu dengan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman, Kuwait akhirnya sepakat mengakhiri perselisihan lima tahun tersebut di tambang minyak bersama.
Salah satu diplomat menggambarkan hubungan dekat Kuwait dengan Arab Saudi. Menurutnya, Arab Saudi lah yang selama ini melindungi keluarga Al-Sabah selama pendudukan Irak.
ADVERTISEMENT
Kebijakan Sheikh Sabah juga sebenarnya kerap menyimpang dari para pemimpin Teluk lainnya. Misalnya soal penolakan terhadap pemberontak bersenjata di Suriah.
Emir Kuwait Sheikh Sabah al-Ahmad al-Jaber al-Sabah. Foto: Bandar Aldandani/AFP
Sheikh Sabah menilai, penolakan itu justru akan semakin memicu konflik di sana. Untuk itulah, ia justru melakukan penggalangan dana kemanusiaan bagi Suriah sebagai salah satu program prioritas Kuwait.
Sheikh Sabah juga mengkritik kampanye militer yang dipimpin Saudi di Yaman. Tak hanya itu, di saat negara-negara Teluk lainnya menyambut tawaran Israel, dia justru bersikeras memperjuangkan hak-hak Palestina.
Namun, kepemimpinan Sheikh Sabah bukan tanpa cela. Pada 2012 lalu, ia memuat sebagian besar masyarakatnya marah karena mengubah sistem pemilu demi melepaskan cengkeraman kelompok oposisi, baik dari kubu Islamis maupun Liberal.
Puluhan tokoh oposisi ditangkap karena dianggap mengkritik Sheikh Sabah secara terbuka. Bahkan, berdasarkan konstitusi, Sheikh Sabah memiliki suara terakhir soal negara, kebal dan tidak bisa diganggu gugat.
ADVERTISEMENT
Kini perjalanan panjang Sheikh Sabar di Kuwait berakhir. Ia meninggal dunia di usia ke-91 setelah sempat menjalani pengobatan di Amerika Serikat.
Sepeninggal Sheikh Sabah, posisi kepala negara Kuwait akan dijabat oleh sang adik, Pangeran Sheikh Nawaf al-Ahmad al-Sabah.
***
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona