Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Shelter Tsunami di Indonesia, Riwayatmu Kini
10 Januari 2019 11:04 WIB
Diperbarui 15 Maret 2019 3:50 WIB
ADVERTISEMENT
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menekankan pentingnya keberadaan shelter bencana tsunami di wilayah pesisir pantai. Peran shelter begitu penting karena menjadi tempat evakuasi masyarakat saat bencana terjadi.
ADVERTISEMENT
Saat ini, Indonesia memiliki sekitar 50 shelter tsunami yang tersebar di sejumlah wilayah. Namun, jumlah tersebut jauh dari kebutuhan yakni 2.000 shelter.
50 shelter itu terdiri dari 16 shelter yang dibangun khusus untuk tempat penampungan sementara atau single purpose, dan 34 lainnya shelter berbentuk masjid, sekolah hingga gedung perkantoran.
Shelter-shelter itu ada yang kondisinya terawat, namun ada juga yang terbengkalai karena pembangunannnya mangkrak akibat kasus korupsi atau tidak diurus. kumparan merangkum 6 shelter tsunami yang berada di Aceh hingga Bali.
1. Aceh
Setahun pascatsunami melanda Kota Serambi Mekkah, Jepang membangun shelter tsunami sebagai sumbangan bagi masyarakat setempat. Shelter tsunami di daerah Banda Aceh misalnya. Shelter ini memiliki 4 lantai dengan ketinggian 18 meter.
Fasilitas yang tersedia terbilang lengkap mulai dari dapur, toilet hingga helipad untuk evakuasi korban bencana. Selain di Banda Aceh, ada 10 shelter lainnya yang tersebar di wilayah lain berbentuk bangunan sekolah dan perkantoran yang tahan gempa.
ADVERTISEMENT
Saat tidak terjadi bencana, gedung tersebut digunakan sebagai tempat kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2. Padang
Pada tahun 2013 BPBD Sumatera Barat membangun 4 shelter tsunami berupa masjid dan bangunan darurat di kawasan Tebing, Ulak Karang, Asrama Haji hingga Air tawar.
Sementara itu, shelter lainnya yang berupa gedung perkantoran, hotel hingga sekolah tahan gempa dan tsunami juga tersebar di beberapa lokasi. Meski kurang terawat, BPBD Sumatera Barat menyebut shelter dan 38 sirine gempa dan tsunami berfungsi dengan optimal.
3. Teluk Sepang, Bengkulu
Shelter tsunami yang dibangun di Kelurahan Teluk Sepang, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu ini kondisinya terbengkalai bahkan sebelum digunakan sebagai tempat perlindungan bencana.
Bangunan yang dibangun pemerintah pusat tahun 2014 ini menelan anggaran sebesar Rp 9,6 miliar. Terlihat banyak coretan memenuhi dinding shelter. Lantainya pun kotor dan banyak sampah.
Beberapa kabel terlihat putus dan patah, pecahan kaca berserakan hingga kotoran ternak. Dilansir dari Antara, gedung empat lantai ini seharusnya dijadikan sebagai tempat evakuasi sementara saat terjadi tsunami.
ADVERTISEMENT
Namun, kini tempat tersebut malah menjadi lokasi mesum pemuda sekitar. Fasilitas berupa instalasi listrik tenaga surya, sirine, lampu, mesin air hingga kaca jendela anti peluru rusak dan hilang dicuri.Selain itu, terdapat dua jalur menuju lantai atas gedung setinggi 15 meter itu.
Di sebelah selatan gedung terdapat anak tangga, sedangkan di sisi Utara ada ramp yang bisa dilalui oleh kendaraan bermotor maupun disabilitas.
4. Labuan Pandeglang, Banten
Nasib shelter tsunami yang digarap pada tahun 2014 ini mangkrak karena kasus korupsi. Bangunan seluas 2.456 meter persegi itu tak berfungsi dengan kondisi memprihatinkan. Pada malam hari shelter tsunami itu dijadikan tempat nongkrong oleh pemuda sekitar.
Tembok shelter tiga lantai itu dipenuhi coretan, kotor dan terlihat tak terurus. Proyek pembangunan dengan anggaran sebesar Rp 18 miliar itu dinyatakan gagal konstruksi. Berdasarkan pemeriksaan ahli, bangunan itu dinyatakan tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga tidak bisa digunakan sebagai bangunan penyelamat gempa dan tsunami.
ADVERTISEMENT
Pembangunan shelter di Labuan dikerjakan oleh Penataan Bangunan dan Lingkungan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum. Namun dalam proses pengerjaanya, proyek yang dimenangkan oleh PT Tidar Sejahtera tersandung kasus korupsi.
Hasil pengerjaan proyek itu tidak sesuai spesifikasi shelter bencana yang tahan gempa. Kasus ini menyeret 3 orang yakni Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen-PUPR) Ahmad Gunawan, Direktur PT Tidar Sejahtera Takwin Ali Muchtar dan Manajer PT Tidar Sejahtera Wiarso Joko Pranolo. Ketiganya divonis hukuman 1 tahun 3 bulan penjara oleh majelis hakim pengadilan Tipikor Pengadilan Negeri Serang pada 25 Juni 2018.
5. Pulau Serangan, Bali
Shelter tsunami di Pulau Serangan, Kelurahan Serangan, Denpasar Selatan, Bali, dibangun di atas lahan pasar Desa Pakraman Serangan pada tahun 2015.
ADVERTISEMENT
Gedung bercat krem ini memiliki 4 lantai. Lantai pertama digunakan sebagai pasar, sedangkan lantai dua hingga empat tampak kosong. Di lantai satu itu, terdapat sejumlah pedagang baik untuk pangan hingga sandang. Para pedagang berjualan di lapak dan kios-kios kecil.
Meski memiliki fungsi ganda, gedung ini tidak terawat, kecuali di lantai satu saja. Di setiap lantai, tampak sejumlah debu yang sudah menjadi tanah berada di anak tangga. Ada juga sampah atau sisa-sisa cat dinding yang sudah terkelupas.
Tanah itu juga terdapat di kamar mandi, lantai di hampir di setiap lantai. Hanya, lantai empat yang tampak rapi dan bersih karena tidak memiliki atap.
Merespons kondisi itu, Plt Sekretaris BPBD Provinsi Bali Made Rentin mengatakan pembangunan shelter didesain sesuai aturan evakuasi yang memiliki tinggi tidak lebih dari 15 meter.
ADVERTISEMENT
BPBD juga telah melakukan simulasi gempa di April 2017 lalu bersama penduduk setempat. Hasilnya, gedung itu aman dan memiliki ketahanan terhadap gempa hingga berkekuatan 7,4 magnitudo.
"Itu gedung sudah permanen, secara konstruksi memang dipihak pusat. Itu kan bantuan pusat (Badan Nasional Penanggulan Bencana). Pembangunan dan perencanaan di bawah pusat. Jadi pusat sudah tahu tanah bangun yang memang untuk shelter dari sisi kekuatan, ketinggian, dari sisi ketahanan gempa," ucap dia saat dihubungi kumparan, Rabu (9/1).
Biarpun shelter menyatu dengan pasar, kata Made, fungsi evakuasi akan tetap diutamakan.
"Memamg BPBD memberikan izin masyarakat untuk pasar tapi ketika dibutuhkan kondisi bencana pemanfaatkan utamanya adalah tempat evakuasi sementara," lanjutnya.
Made mengaku terkejut dengan kondisi shelter yang tidak terawat, sebab sejak awal tahun lalu dia telah mendapatkan informasi pengecekan terhadap seluruh shelter di Bali.
ADVERTISEMENT
"Mungkin terlewat, " kata dia.
Made mengatakan, atas minimnya perawatan gedung akan berkoordinasi dengan BPBD Kota Denpasar. Sebab, shelter itu di bawah pusat komando BPBD Kota Denpasar. Namun, ia juga meminta masyarakat di Pulau Serangan berpartisipasi aktif menjaga keberhasilan gedung.
"Proses pemeliharaan kami kerja sama dengan desa adat, Kelurahan Pulau Serangan. Kalau ada infomasi begitu kewajiban bagi kami untuk memastikan," ujar dia.
6. Lombok
Shelter tsunami atau gedung evakuasi bencana atau Tempat Evakuasi Sementara (TES) yang berada di Desa Pamenang Barat, Kecamatan Pamenang, Kabupaten Lombok Utara, dinilai gagal kontruksi. Bangunan yang selesai digarap pada Agustus 2014 lalu itu mangkrak dan kini malah rusak diguncang gempa di Lombok.
ADVERTISEMENT
Tangga dan ramp shelter juga roboh saat gempa 7 magnitudo itu terjadi. Padahal shelter tsunami ini mestinya bisa jadi tempat berlindung bagi korban gempa.
Kini gedung 4 lantai senilai Rp 21 miliar yang dibangun BNPB dan PUPR tersebut dibiarkan kosong. Fasilitas di dalamnya juga tak terawat.