Si Pending Emas, Perempuan TNI Pertama yang Berperang di Hutan Papua

7 Januari 2017 11:30 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Herlina Kasim mendapat penghargaan dari Soekarno. (Foto: Dok. Buku Pending Emas)
zoom-in-whitePerbesar
Herlina Kasim mendapat penghargaan dari Soekarno. (Foto: Dok. Buku Pending Emas)
Herlina Kasim atau lebih dikenal dengan panggilan Si Pending Emas adalah pejuang perempuan asal Irian Jaya (sekarang Papua-red) yang jasanya untuk negeri begitu besar. Lewat Tri Komando Rakyat (Trikora), Ia berjuang atas nama kemanusiaan dan kebangsaan.
ADVERTISEMENT
Di masa mudanya, Herlina memang sudah memiliki jiwa petualang dan rasa nasionalisme yang tinggi. Pada tahun 1961, tepatnya setelah lulus SMA, Ia bertualang berkeliling Indonesia.
Pada tahun 1961 sampailah Ia di tanah Bumi Cenderawasih, Saat itu Operasi Tri Komando Rakyat (Trikora) bergelora. Ia sangat berminat untuk mengambil bagian dalam perjuangan membebaskan Irian Barat dari tangan tentara kolonial.
Dalam perjuangannya di bawah pimpinan Mayjen Soeharto, Herlina dan kawan-kawan menuntut tiga hal di bawah ini:
1. Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda.
2. Kibarkan sang Merah Putih di Irian Jaya tanah air Indonesia.
3. Bersiap melaksanakan mobilisasi umum
ADVERTISEMENT
Tekadnya untuk berjuang sudah bulat. Meski sempat tidak mendapat izin dari keluarganya namun dengan segala cara, akhirnya Herlina bisa menjejakkan kakinya di Timur Indonesia.
Herlina Kasim, pejuang Trikora. (Foto: Dok. Buku Pending Emas)
zoom-in-whitePerbesar
Herlina Kasim, pejuang Trikora. (Foto: Dok. Buku Pending Emas)
Saat itu Ia berhasil menyusup ke daratan Irian Barat bersama pasukan sukarelawan. Penyusupannya saat itu melibatkan kapal-kapal perang TNI AL. Aksi tersebut menjadi peristiwa fenomenal yang menjadi catatan perjuangan Herlina.
Setelah itu, Herlina kemudian memutuskan untuk bergabung dengan pasukan yang saat ini dikenal sebagai Komando Pasukan Khusus (Kopasus). Ia adalah pasukan perempuan pertama yang terjun di hutan belantara Irian Barat.
Selain berjuang di medan tempur, Ia turut andil dalam membimbing masyarakat di sana untuk menguasai baca tulis, berhias, cara berbusana. Pengalaman-pengalamannya tersebut kemudian dikumpulkan hingga menjadi surat kabar Mingguan Karya.
ADVERTISEMENT
Herlina memiliki kemampuan berbahasa Inggris dan Belanda yang baik. Hal tersebut membuatnya mudah berkomunikasi dengan banyak orang. Selanjutnya, ia berkeliling Irian Barat untuk menumbuhkan semangat nasionalisme, termasuk mengajarkan lagu Indonesia Raya.
Kehadirannya begitu dicintai warga Irian. Saat berkunjung ke Sorong, ia sampai harus dibawa ke rumah seorang Kepala Kehutanan asal Tana Toraja agar tidak dikerumuni massa.
Atas keberanian-keberanian dan perjuangan Herlina, sepulangnya Ia ke Jakarta, Presiden RI Ir. Soekarno pun memberinya hadiah berupa emas yang berbentuk seperti “kendi kecil” yang disebut “pending”, beratnya sekitar 1-2 kg.
Saat ini Si Pending Emas tengah tergolek lemah di rumah sakit. Beberapa tahun terakhir, kondisi perempuan berusia 75 tahun ini terus menurun.
Yang lebih memprihatinkan lagi, kerabat Si Pending Emas menyebut kesulitan untuk mengurus adminsitrasi pembiayaan di rumah sakit.
ADVERTISEMENT
"Beliau sudah sakit-sakitan dan katanya baru terjatuh kemudian tidak sadarkan diri sehingga dibawa ke rumah sakit," ujar Dr.Tri Maharani, salah seorang relasi keluarga, dikutip dari Antara, Sabtu (7/1).