Siapa Gerakan Jihad Palestina yang Berseteru dengan Israel?

Perdana Menteri Israel, Yair Lapid, berada di balik gelombang kekerasan terbaru. Dia muncul di hadapan publik setelah menandatangani Operation Breaking Dawn di Gaza.
Lapid menegaskan, pertempuran itu akan memakan waktu selama yang diperlukan. Pemerintah Israel mengaku tidak akan menoleransi serangan dari Gaza ke Israel.
Menganggapnya sebagai deklarasi perang, PIJ membalas dengan menembakkan ratusan roket ke Israel. Tindakan itu membuat puluhan ribu warga Israel mengungsi.

Israel turut meluncurkan sejumlah serangan udara mematikan yang menewaskan sedikitnya 15 orang. Menurut otoritas Gaza, Israel bahkan menyebabkan kematian 44 warga Palestina. Setengah dari korban jiwa itu merupakan warga sipil, termasuk anak-anak.
Setelah kekacauan melanda berhari-hari, Israel dan PIJ kemudian mengumumkan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir pada Minggu (7/8). Namun, gempuran tersebut telah mendorong berbagai pertanyaan ke permukaan, siapakah PIJ dan apa hubungan organisasi ini dengan Iran?
Asal-usul

Mahasiswa Palestina di Mesir mendirikan PIJ pada 1981. Mereka berniat membentuk negara Islam Palestina di Gaza, Tepi Barat yang diduduki Israel, serta daerah lain yang dikuasai Israel.
Bersama Hamas, PIJ menjadi kelompok-kelompok utama Palestina di Jalur Gaza. PIJ kalah telak dari Hamas bila dibandingkan berdasarkan jumlah. Keanggotaan kelompok itu masih sulit dipastikan.
CIA World Factbook memprediksi, PIJ telah merekrut kisaran antara seribu hingga beberapa ribu pejuang pada 2021. Terlepas dari ukurannya, mereka berpartisipasi aktif dalam semua konfrontasi dengan Israel.

PIJ mungkin tidak mempersenjatai diri dengan banyak roket jarak jauh seperti Hamas. Tetapi, gerakan itu mengantongi gudang senjata kecil, mortir, roket, serta rudal anti-tank.
Dalam beberapa tahun terakhir, PIJ berhasil mengembangkan persenjataan yang setara dengan Hamas. Pihaknya kini memamerkan roket jarak jauh yang mampu menyerang kota metropolitan di wilayah tengah Israel, Tel Aviv.
PIJ juga membentuk sayap bersenjata aktif yang disebut Al Quds atau Brigade Yerusalem. Selama bertahun-tahun, pasukan tersebut menyerang orang-orang Israel.

"Meskipun kelompok kecil, Jihad Islam sangat efisien dan sangat terorganisir. Ada tatanan yang kuat di dalam partai itu sendiri," jelas profesor dari Doha Institute, Ibrahim Fraihat, dikutip dari Al Jazeera, Senin (8/8).
PIJ telah mengeklaim tanggung jawab atas rentetan serangan bom bunuh diri yang menyasar orang Israel. Mereka juga merupakan salah satu pihak yang berperang dalam pemberontakan kedua Palestina terhadap Israel atau Intifadhah al-Aqsha dari 2000-2005.
Salah satu serangan mereka yang paling menonjol terjadi pada 1989. Melancarkan serangan bom bunuh diri terhadap sebuah bus yang melakukan perjalanan antara Tel Aviv dan Yerusalem. Serangan tersebut menewaskan 16 orang.
Bayangan Hamas

Israel mengatakan, serangan udara terhadap Gaza hanya menargetkan PIJ. Para pejabatnya mengaku tidak mengincar kelompok militan yang menguasai enklave itu, yakni Hamas. Lantas, apa perbedaan antara keduanya?
Kedua kelompok itu lahir dari gerakan Islam yang didirikan di Mesir, Ikhwanul Muslimin. Mereka menentang Israel dan mengadopsi komitmen ideologis untuk menegakkan negara Islam Palestina. Mengingat latar belakang itu, PIJ adalah sekutu dekat Hamas.
Hamas telah berperang dengan Israel sejak merebut kekuasaan pada 2007. Pihaknya seringkali mengandalkan dukungan dari para pejuang PIJ. Keduanya juga menikmati bantuan dana dan senjata dari Iran.
Mereka memiliki sejarah berkoordinasi dalam meluncurkan operasi militer, terutama selama konflik bersimbah darah dengan Israel pada Mei 2021. Alhasil, Barat memandang Hamas dan PIJ sebagai organisasi teroris.

Kendati demikian, mereka mengusung identitas terpisah. Hamas telah melunakkan komitmen mereka dalam penghancuran Israel. Sementara itu, PIJ menolak kompromi apa pun dengan Israel.
Hamas merebut kendali atas Gaza dari Otoritas Palestina pada 2007. Sejak itu, Hamas memikul tanggung jawab menjalankan kehidupan sehari-hari di wilayah tersebut. Kelompok itu lantas berupaya mempertahankan gencatan senjata.
Tidak seperti Hamas, PIJ menolak untuk mengikuti pemilu. Kelompok tersebut tampaknya tidak memiliki ambisi untuk membentuk pemerintahan di Gaza atau Tepi Barat.
Lantaran tidak menanggung tugas semacam itu, PIJ muncul sebagai faksi yang lebih militan. Kelompok itu bahkan kerap menggerogoti otoritas Hamas.
PIJ menentang Hamas dengan menembakkan roket ke Israel tanpa mengakuinya. Pihaknya mengambil tindakan tersebut untuk meningkatkan pengaruh di antara warga Palestina.
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...

Dengan demikian, Israel menganggap Hamas bertanggung jawab atas semua tembakan roket yang datang dari Gaza. Hamas berada dalam posisi sulit lantaran harus menahan serangan PIJ sambil menghindari kemarahan warga Palestina bila menindak kelompok tersebut.
"Jihad Islam dikenal menentang proses perdamaian dan pendekatan negosiasi dengan Israel. Mereka mengadopsi perjuangan bersenjata melawan pendudukan Israel seperti Hamas," terang Fraihat.
Konflik teranyar kembali menegaskan perbedaan antara keduanya. Sebab, Hamas tidak terlibat sama sekali. Perbedaan pendapat tampaknya membuat Hamas mengindari pertempuran dengan PIJ.
"Kepentingan langsung Hamas bukanlah untuk bergabung dengan operasi ini," kata mantan Kepala Pasukan Pertahanan Udara Israel, Zvika Haimovich, dikutip dari Reuters.
Kedua kelompok itu terakhir kali terjerat dalam konflik bersama usai pembunuhan Baha Abu al-Ata. Kematiannya merupakan pembunuhan pejabat tinggi PIJ pertama oleh Israel sejak perang di Jalur Gaza pada 2014. Namun, Hamas memutuskan keluar dari pertempuran itu pada 2019.
Koneksi Iran

Iran dikenal sebagai musuh bebuyutan Israel. Negara itu lantas menyokong PIJ melalui pelatihan militer hingga penyaluran dana.
Meskipun bermarkas di Gaza, PIJ memiliki kepemimpinan di Beirut dan Damaskus. Melalui cabangnya, mereka menjalin relasi erat dengan para pejabat Iran.
Pemimpin tertinggi mereka bahkan tengah berada di Teheran saat Israel memulai operasi militernya pada Jumat (5/8). Ziad al-Nakhalah menemui para pejabat Iran, termasuk Presiden Iran, Ebrahim Raisi. Israel menilik hubungan yang semakin mendalam antara PIJ dan Iran.
"Kepala Jihad Islam ada di Teheran saat ini," ungkap Lapid beberapa jam setelah jet tempur Israel menyerang PIJ di Gaza, dikutip dari The Times of Israel.
"Jihad Islam adalah kaki tangan Iran yang ingin menghancurkan Israel dan membunuh orang Israel yang tidak bersalah," lanjut dia.
Targetkan Komandan

PIJ memiliki pengaruh besar dalam konfrontasi dengan pasukan Israel. Bentrokan teranyar berakar dari penangkapan seorang komandan senior PIJ di Tepi Barat oleh Israel, Bassam al-Saadi.
Israel mengatakan, pria berusia 62 tahun itu tengah memperdalam jangkauan PIJ di Tepi Barat. Anggota aktif PIJ itu sempat menghabiskan 15 tahun secara keseluruhan di penjara Israel.
Pasukan Israel telah membunuh dua putranya yang juga merupakan gerilyawan PIJ dalam insiden terpisah pada 2002. Israel kemudian menghancurkan rumahnya pertempuran sengit di Kota Jenin pada tahun yang sama.
PIJ lantas melayangkan ancaman terhadap Israel usai penangkapan al-Saadi. Mengeklaim adanya rencana pembalasan, Israel kembali meluncurkan serangan udara terhadap PIJ.

Serangan itu menewaskan komandan di wilayah utara gerakan tersebut, Taysir al-Jabari. Israel mengeklaim, al-Jabari sedang bersiap untuk meluncurkan serangan rudal anti-tank. PIJ lantas merespons dengan menembakkan ratusan roket ke Israel.
Al-Jabari adalah anggota dewan militer atau badan pembuat keputusan PIJ di Gaza. Pria berusia 50 tahun itu bertanggung jawab atas kegiatan militan di Kota Gaza dan Jalur Gaza selama perang pada 2021.
"Begitu Anda mengenai komandan, itu akan segera mempengaruhi keseluruhan organisasi," kata Haimovich, dikutip dari Associated Press.
"Itu segera menciptakan kekacauan besar dalam Jihad," sambungnya.
Gejolak Politik Israel

Pertempuran terbaru muncul saat Israel terperosok dalam krisis politik yang berkepanjangan. Situasi itu telah mengantarkan para pemilik suara pada pemilu untuk kelima kalinya dalam waktu kurang dari empat tahun.
Analis menduga, operasi militer tersebut memberikan kesempatan pada Lapid menjelang pemilu pada 1 November. Dia mengambil alih sebagai pemimpin sementara setelah pemerintahan runtuh.
Mantan pembawa acara televisi berhaluan tengah itu tidak memiliki latar belakang pertahanan negara yang dianggap penting oleh banyak orang Israel. Nasib politiknya lantas bertumpu pada pertempuran.

Lapid dapat meraup dukungan bila berhasil menggambarkan dirinya sebagai pemimpin yang cakap. Dia juga berisiko menerima pukulan karena mengganggu ketenangan warga Israel.
Dalam pemilu mendatang, pria berusia 58 tahun itu berharap dapat menyingkirkan mantan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
"Israel tidak tertarik pada konflik yang lebih luas di Gaza, tetapi juga tidak akan menghindar darinya," tegas Lapid, dikutip dari AFP.
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...