Siapa ISIS-K, Kelompok Militan di Balik Ledakan Besar di Bandara Kabul?

27 Agustus 2021 10:52 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi ISIS. Foto: AFP PHOTO / Ahmad Al-Rubaye
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ISIS. Foto: AFP PHOTO / Ahmad Al-Rubaye
ADVERTISEMENT
Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, diguncang ledakan bom bunuh diri yang menewaskan hingga 60 orang. Kelompok militan ISIS-K, yakni ISIS cabang Afghanistan, bertanggung jawab atas insiden keji tersebut.
ADVERTISEMENT
ISIS-K atau IS-K merupakan kependekan dari Islamic State Khorasan (Negara Islam Khorasan). Dikutip dari NPR, nama Khorasan diambil dari nama wilayah yang mencakup Afghanistan serta sejumlah area di Timur Tengah dan Asia Tengah pada zaman dahulu.
Kelompok militan ini pertama kali tumbuh di Provinsi Nangarhar, Afghanistan bagian timur, pada akhir 2014.
Dikutip dari BBC, markas ISIS-K ini dekat dengan rute yang biasa digunakan untuk penyelundupan narkoba dan manusia ke arah negara tetangga Pakistan.
Tak seperti kelompok Taliban yang berfokus pada menguasai Afghanistan untuk mengembalikan syariah Islam, ISIS-K adalah bagian dari jaringan ISIS global yang fokusnya adalah melakukan serangan terhadap target-target Barat, internasional, dan lembaga kemanusiaan.
Milisi yang memiliki reputasi kebrutalan ini beranggotakan sekitar 3.000 pasukan. Tetapi, jumlahnya dilaporkan berkurang drastis akibat pertempuran dengan Amerika Serikat, tentara nasional Afghanistan, dan juga dengan Taliban.
Petugas mengevakuasi korban terluka ledakan di dekat bandara Kabul, di Kabul, Afghanistan. Foto: 1TV/via REUTERS
Sejumlah ahli berpendapat, ISIS-K didirikan oleh unsur-unsur kelompok Taliban Pakistan garis keras yang melarikan diri ke Afghanistan ketika tentara Pakistan melakukan serangan terhadap mereka.
ADVERTISEMENT
Ya, Taliban tidak eksklusif “milik” Afghanistan saja. Taliban Pakistan memiliki nama Tehrik-i-Taliban Pakistan, terdiri atas orang-orang dari etnis Pashtun.
Tehrik-i-Taliban Pakistan ini menjadi organisasi yang memayungi sejumlah kelompok militan di sepanjang perbatasan Afghanistan-Pakistan.
Menurut Pusat Pemberantasan Terorisme Akademi Militer AS (West Point), selain dari Taliban Pakistan, ISIS-K juga beranggotakan militan Pakistan garis keras dari milisi-milisi lain, eks anggota Taliban Afghanistan yang membelot, serta kaum ekstremis etnis Uzbek di Afghanistan.
Menurut kantor berita Reuters, dari awal pendiriannya, kelompok Sunni garis keras ini sudah menantang kelompok Taliban untuk memperebutkan area-area kunci di perbatasan Afghanistan-Pakistan yang terasosiasi dengan penyelundupan narkotika dan barang-barang lainnya.
Di waktu yang bersamaan, ISIS-K juga melancarkan aksi bom bunuh diri di Kabul maupun kota-kota Afghanistan lainnya. Target utama mereka: pemerintah Afghanistan dan kekuatan militer asing, seperti pasukan AS dan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara).
Seorang anggota ISIS. Foto: REUTERS/Stringer
Serangan-serangan ekstrem dari ISIS-K meliputi eksekusi brutal para tetua di perdesaan Afghanistan, pembunuhan relawan dan staf Palang Merah, serta serangan bom bunuh diri di kerumunan warga.
ADVERTISEMENT
ISIS-K bertanggung jawab atas sejumlah operasi bom bunuh diri yang menargetkan kaum minoritas penganut aliran Syiah. Mereka juga dilaporkan melakukan serangan-serangan keji di sekolah-sekolah khusus perempuan, rumah sakit, serta bangsal khusus wanita hamil.
ISIS-K dilaporkan mulai berkembang dan membangun front-front besar di provinsi utara Afghanistan, seperti Provinsi Jawzjan dan Faryab.
Pejabat intelijen AS yang tidak disebutkan namanya mengatakan, gerakan ISIS-K ini memanfaatkan distabilitas yang tengah terjadi akibat penarikan kekuatan Barat dari Afghanistan.
Di dalam gejolak situasi inilah, ISIS-K menemukan peluang untuk memperkuat posisi mereka dan meningkatkan proses rekrutmen.
Yang kerap kali dipertanyakan adalah, apakah Taliban dan ISIS-K memiliki hubungan dekat? Menurut Presiden AS Joe Biden, kedua kelompok sesungguhnya bermusuhan.
Denah lokasi ledakan di bandara Kabul. Foto: Twitter/@Reuters
Yang membuat kedua kelompok ini berbeda, menurut Stanford Center, adalah ideologi.
ADVERTISEMENT
“Permusuhan kedua kelompok tumbuh dari perbedaan ideologi dan kompetisi atas sumber daya. IS [ISIS-K] menuduh Taliban menarik legitimasinya dari basis etnis dan nasionalistik yang sempit, bukannya dari keyakinan Islam yang universal,” ungkap Stanford Center, dikutip dari NPR.
Sementara Associated Press melaporkan, dalam beberapa waktu belakangan, Taliban memang mengupayakan negosiasi dengan Amerika Serikat. Bahkan, pada tahun 2020, keduanya menandatangani kesepakatan di Doha, Qatar.
Banyak dari anggota Taliban saat itu tak setuju dengan langkah yang diambil, sehingga mereka memutuskan untuk berpindah haluan ke jaringan ISIS.
Militan ISIS-K kini menjadi tantangan keamanan besar bagi pemerintahan Afghanistan di bawah Taliban ke depannya.