Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
ADVERTISEMENT
Aksi demo di Bawaslu pada Selasa (21/5) yang awalnya damai berujung ricuh. Polisi menyebut, mereka adalah massa settingan dan datang dari luar Jakarta. Siapa sebenarnya mereka?
ADVERTISEMENT
kumparan meliput peristiwa demo hingga rusuh yang berlangsung selama hampir 24 jam tersebut. Berikut laporan pantauan mengenai profil massa yang terlibat demo kemudian massa yang bentrok:
Massa Pendemo
Aksi di Bawaslu memang sudah diumumkan oleh massa yang akan berdemo. Massa menuntut Bawaslu berani mendiskualifikasi Jokowi-Ma'ruf karena terjadi kecurangan yang terstruktur, sistematis, dan masif pada Pemilu 2019.
Massa ini menamakan diri Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat. Tak hanya diisi oleh para pria, emak-emak juga ikut bergabung dalam aksi itu. Massa memang tak bisa mendekat ke Bawaslu. Massa hanya berorasi di simpang Jalan MT Thamrin-Jalan Wahid Hasyim.
Massa datang dengan berbagai atribut seperti bendera merah putih, spanduk, hingga bunga. Para emak-emak yang hadir membawa dan membagikan bunga kepada polisi yang berjaga.
ADVERTISEMENT
Tokoh dari kubu Prabowo-Sandi seperti Neno Warisman dan para ulama lainnya sempat berorasi. Tak ada yang berbuat rusuh. Aksi penyampaian pendapat berjalan kondusif.
Selain Neno, ada Ustaz Bernard dari PA 212, hingga Letjen Purn Suharto, yang pada tahun 1998 menjabat sebagai Komandan Korps Marinir juga hadir dalam aksi ini.
Selain berorasi, massa juga mengisi aksi dengan Salat Ashar berjemaah di tengah Jalan Thamrin yang sudah ditutup polisi sejak massa mulai memenuhi kawasan Bawaslu.
Aksi ini diamankan oleh polisi dan berlangsung lancar. Massa juga sempat berbuka bersama, Salat Magrib, Salat Isya, hingga Salat Tawarih berjemaah di Jalan Thamrin.
Massa seharusnya sudah membubarkan diri sejak pukul 18.00 WIB karena undang-undang mengatur itu. Tapi, setelah berdiskusi, polisi sepakat memperpanjang masa aksi hingga ibadah selesai pada pukul 21.00 WIB.
"Kita meliat aspek sosiologis apalagi ini bulan Ramadhan. Alhamdulilah petugas kami juga melakukan ibadah bersama, tanpa sekat. Tugas kami melayani dan mengamankan," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol M Iqbal.
ADVERTISEMENT
Massa Ricuh Datang
Sekitar pukul 21.00 WIB, massa pendemo sudah mulai meninggalkan lokasi. Namun tak lama kemudian sekitar pukul 22.00 WIB ada massa yang datang lagi.
Kelompok kecil massa ini mencoba menembus barier atau pagar kawat berduri yang dibuat oleh polisi.
Setelah sempat ada ketegangan, massa ini akhirnya membubarkan diri. Ada yang ke arah Jalan Wahid Hasyim menuju Menteng, ada yang ke arah Jalan Wahid Hasyim ke arah Tanah Abang.
Rupanya, masih ada sekelompok massa yang memilih bertahan di lokasi. Tidak diketahui, massa ini berasal dari mana. Mereka kemudian mencoba merangsek masuk ke Bawaslu.
Massa mulai menginjak kawat berduri yang sudah disusun polisi. Ketegangan tak terhindarkan. Peristiwa ini terjadi pada pukul 23.00 WIB.
ADVERTISEMENT
Sejumlah orang yang diduga provokator ditangkap dan dibawa ke dalam gedung Bawaslu untuk diperiksa.
Hal ini bukan menyurutkan massa. Mereka malah memblokade Jalan Wahid Hasyim menuju Tanah Abang.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Pol Harry Kurniawan menghampiri langsung massa yang memblokade jalan. Dia bertemu dengan tokoh masyarakat yang ada di tengah massa.
Harry bernegosiasi dengan Habib Fadli Alaydrus. Dari negosiasi itu, terungkap massa menuntut polisi membebaskan rekan mereka yang sempat ditangkap. Hal itu kemudian disanggupi oleh Polri.
Habib Fadli lalu meminta massa untuk membubarkan diri pada pukul 00.00 WIB. Fadli meminta massa pulang untuk melanjutkan aksi esok harinya.
"Semuanya, saya minta ini atas perjanjian, kita jemaah yang lainnya bubar secara teratur biar tertib, istirahat dulu di masjid, di rumah teman, silakan," kata Habib Fadli Alaydrus, di lokasi, Selasa (21/5).
ADVERTISEMENT
"Jangan sampai kita dirusak, kita demo baik-baik, jangan kita, tidak ada mau adu-adu," ujar dia.
Imbauan itu didengar oleh sebagian massa. Tapi, sebagian lainnya masih bertahan. Wakapolres Jakarta Pusat AKBP Arie Ardian kembali mendatangi massa dan meminta mereka untuk bubar.
Namun, imbauan ini tidak didengar oleh massa. Mereka masih saja bertahan di lokasi. Mereka mulai memprovokasi polisi dan menyerang dengan melempar batu, botol, dan benda keras lainnya.
Dalam situasi ini, sudah ada lagi massa yang mengenakan pakaian gamis, sarung, atau mengenakan peci. Mereka yang melempari petugas tampak mengenakan kaos, celana pendek, atau jaket.
Polisi terpaksa memberikan peringatan satu, dua, dan tiga. Akhirnya, pada Rabu (22/5) pukul 00.45 WIB polisi melepaskan tembakan gas air mata untuk membubarkan massa.
ADVERTISEMENT
Upaya membubarkan massa ini gagal. Mereka tetap bertahan dan terus melempari polisi dengan batu.
Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Gatot Edy Purnomo lalu tiba di lokasi dan memimpin pembubaran massa, pada pukul 01.00 WIB.
Tembakan gas terus dilesakkan ke arah massa. Polisi menyasar massa hingga ke gang sepanjang Jalan Wahid Hasyim menuju ke Tanah Abang.
ADVERTISEMENT
"Bib, tolong kembali ke rumah ya. Silakan," kata anggota polisi meminta Habib dan massa lainnya untuk masuk ke gang dan kembali ke rumah.
Massa yang sudah tak tahu lagi berasal dari mana terus menyerang polisi. Polisi terpaksa mendorong massa hingga ke kawasan Pasar Tanah Abang.
Massa membakar sepeda motor hingga bajaj. Mereka terus menyerang polisi dengan batu, kayu, bom molotov hingga petasan.
ADVERTISEMENT
Polisi terus membalas dengan tembakan gas air mata hingga dengan water cannon. Pembubaran massa berlangsung hingga pukul 04.25 WIB.
Massa di Jalan Sabang
Di saat bersamaan massa juga terlibat bentrok dengan polisi di Jalan Sabang. Mereka juga menyerang polisi dengan batu dan petasan.
Tak terlihat pula massa yang mengenakan sarung, peci, dan atribut islami lainnya saat ricuh terjadi. Mayoritas massa berpakaian kaos, celana jins, atau celana pendek.
Polisi dengan cepat dapat membubarkan massa dan mengendalikan situasi. Tak kurang dari 8 orang ditangkap. Termasuk provokator yang berada di dalam satu ambulans dan seorang satpam hotel.
Massa di Petamburan
Tak hanya itu, massa yang tak jelas berasal dari mana ini, juga menyerang asrama Brimob di Petamburan, Jakarta Pusat. Massa bahkan membakar 14 mobil milik Polri dan milik warga.
Menurut Irjen M Iqbal, ada 200 orang yang sudah berkumpul sebelumnya di lokasi ini. Mereka yang coba menyerang polisi di kawasan Tanah Abang lalu berpindah menyerang halaman asrama Brimob.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita duga massa sudah dipersiapkan dan di-setting," ungkap Irjen Iqbal.
Massa di Jalan Fachrudin dan Jalan Jati Baru
Kericuhan tak berhenti sampai di situ. Massa kembali berbuat onar di Jalan Fachrudin, Tanah Abang, Rabu (22/5) pukul 07.00 WIB. Mereka membakar ban dan membuat barikade di jalan itu.
Saat itu, massa yang ricuh sudah tak jelas lagi berasal dari mana. Mereka tak seperti pendemo dalam Aksi Damai di Bawaslu 21 Mei. Massa tampak mengenakan pakaian biasa.
Setelah berhasil dibubarkan, massa berpindah ke Jalan Jati Baru. Mereka merusak sejumlah fasilitas umum, seperti pagar pembatas jalan, rambu jalan, hingga barang lainnya.
Berniat menyerang ke arah asrama Polri dan Polsek Gambir yang berada tak jauh dari Jalan Jati Baru.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, massa di Petamburan juga belum menyurutkan aksi onarnya. Mereka terus membakar ban di tengah Jalan KS Tubun.
Massa Berserban Putih Aksi di Bawaslu
Kapolres Jakarta Barat Kombes Pol Hengki Haryadi mengundang para ulama dari FPI dan Majelis Rasulullah untuk bergabung dengan Polri dan menenangkan massa.
Mereka sempat membuat satu barisan dan bersama mengimbau massa membubarkan diri. Cara ini cukup efektif menenangkan massa.
Para ulama kemudian meninggalkan kawasan Jalan KS Tubun untuk menuju ke Bawaslu. Mereka memang ingin melakukan Aksi Damai 22 Mei di Bawaslu.
Setelah ulama pergi, massa kembali berbuat onar. Anggota TNI AD dan Marinir TNI AL akhirnya diterjunkan untuk berdialog dan menenangkan warga.
Di sisi lain, para ulama yang semula menenangkan massa di Jalan KS Tubun tiba di Bawaslu, pukul 10.20 WIB. Massa berserban putih dari Majelis Zikir As Samawaat, Puri Kembangan, Jakarta Barat itu hanya bisa berorasi di Jalan Wahid Hasyim arah Menteng.
Meski begitu, aksi berjalan damai. Massa akhirnya membubarkan diri dengan tertib pada pukul 11.14 WIB.
ADVERTISEMENT
"Kita doakan kepolisian agar tidak terpancing, agar bisa melaksanakan tugas untuk mengamankan kita semua," kata orator, Rabu (22/5).
Pantauan kumparan, massa tersebut datang sembari menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah itu mereka menyanyikan lagu Bagimu Negeri dan meneriakkan kalimat tauhid.
"Lailahailallah, lailahailallah, lailahailallah," teriak massa di kawasan sekitar Bawaslu.
Dalam orasinya, salah satu perwakilan massa menyinggung sejumlah masalah dalam pelaksanaan Pemilu 2019. Salah satunya mengenai kasus banyaknya petugas KPPS yang meninggal dunia.
"Kita di sini untuk petugas TPS yang mati. Saat ini juga kita berjuang untuk keadilan," kata orator.
Dari penelusuran polisi, massa ini rupanya terindikasi massa settingan. Sebab, polisi menemukan sebuah ambulans beratribut partai yang isinya justru batu dan berbagai alat lainnya. Polisi juga menangkap seseorang dengan barang bukti amplop berisi uang.
ADVERTISEMENT
"Satu ambulans ada partainya, penuh dengan batu dan alat-alat. Sudah kami amankan. Dan ada juga setelah digeledah masih menyimpan amplop dan uangnya masih ada. Sudah kami sita dan kami dalami," jelas Iqbal.
Dari pemeriksaan sementara, massa yang berbuat ricuh ini juga lebih banyak berasal dari luar kota Jakarta. Mereka yang ditangkap juga masih diperiksa.
"Dari beberapa peristiwa tersebut berbagai data sudah kami dapat dari hasil sementara bahwa mayoritas massa dari luar Jakarta. Jabar, Banten, dan Jateng, dan ada bukti-bukti," ucap Iqbal.