Siapa Pernah Baca Terms of Service di Media Sosial?

30 Maret 2017 17:37 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Terms and Conditions (Foto: infycom.com)
zoom-in-whitePerbesar
Terms and Conditions (Foto: infycom.com)
Anda harus membacanya.
Belakangan, muncul sebuah pesan viral berantai di laman Facebook netizen Indonesia. Pada pesan yang “jangan di share tapi copy paste di wall masing2” tersebut, sesosok pengacara bernama Mahendra Sinaga merekomendasikan agar orang-orang menuliskan pernyataan terkait privasi dan akun Facebook-nya.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, hal tersebut sia-sia. Pernyataan yang di-copy paste oleh pengguna Facebook Indonesia itu tidak memiliki kekuatan hukum apapun, karena kebijakan mengenai privasi dan konten di Facebook telah diatur dalam syarat dan ketentuan (terms and condition).
Masalahnya, terms and condition inilah yang rupanya tak banyak dipahami oleh pengguna media sosial di internet. Alih-alih dipahami, terms and condition tak jarang diabaikan begitu saja. Tanpa dibaca, netizen latah mengklik “Agree” tanpa tahu apa yang menjadi akibatnya. Dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia.
Di Inggris, sebuah survei yang dilakukan oleh Skandia, perusahaan yang bergerak khusus di bidang investasi, menunjukkan bahwa hanya 7 persen orang membaca terms and conditions. Penelitian yang sama menunjukkan bahwa terms and conditions di jagat maya memang lebih sering tak dibaca, dengan 6 dari 10 orang mengaku memilih membaca instruksi manual peratan elektronik ketimbang membaca syarat ketentuan online.
ADVERTISEMENT
Membaca Terms and Condition: "Kebohongan Terbesar" Abad Ini
Kebiasaan ini bukanlah hal yang patut dibanggakan. Seperlima dari orang-orang yang disurvei mengatakan bahwa mereka merasa pernah dirugikan akibat menyetujui syarat dan ketentuan online tanpa pernah membacanya terlebih dahulu.
Tak hanya itu, 10 persen dari orang-orang tersebut mengaku pernah berada dalam suatu kontrak yang jauh lebih lama ketimbang yang dia tahu. Penelitian serupa juga menunjukkan bahwa 5 persen orang pernah membayar lebih gara-gara tidak membacanya.
Joanne Lezemore, pengacara senior dari Which? Legal Service, Inggris, mengatakan, “Saran saya sederhana saja: selalu baca syarat dan ketentuan di manapun sebelum Anda menandatanganinya.”
“Sangat penting untuk Anda pahami apa yang ada di situ sebelum menandatanganinya, atau mengklik tombol setuju. Walaupun Anda pikir kontrak-kontrak panjang tersebut tidak adil buat para konsumen, bukan berarti Anda bisa menggugat klausulnya. Anda tidak bisa menolak keabsahannya. Syarat dan ketentuan itu selalu ada di sana, tertulis jelas, dan Anda jelas terikat oleh isinya,” ucap Lezemore seperti dikutip dari The Guardian.
ADVERTISEMENT
Jadi, pada intinya Anda harus membaca dan memahami apa isinya. Namun, ternyata keadaannya tak sesederhana itu. Syarat dan ketentuan dari beberapa perusahaan kini mencapai 30 ribu kata. Jumlah tersebut melebihi panjang dari novel George Orwell berjudul Animal Farm.
Sementara itu, Alex Hern dari The Guardian Inggris pernah menghabiskan waktu sekitar 8 jam hanya untuk membaca 33 dokumen syarat dan ketentuan dari barang dan layanan yang aktif ia gunakan, terentang dari produk Apple, Simplenote, Twitter, Facebook, hingga Google. Di akhir prosesnya, ia berhasil menghitung 146 ribu kata, sama jumlahnya dengan 3/4 novel Herman Melville berjudul Moby Dick.
Terlebih lagi, kadang apa yang menjadi isinya pun tidak jelas dan berputar-putar, membuatnya tidak mudah dipahami para konsumen.
Terms and Conditions (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Terms and Conditions (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Tuntutan Menyederhanakan
Hal tersebut bukannya tidak dipahami oleh pemerintah. Pada 2014 , sebuah laporan dari Komite Teknologi dan Ilmu Pengetahuan Umum parlemen Inggris menyatakan bahwa syarat dan ketentuan terlalu panjang dan rumit.
Laporan tersebut juga menuntut agar pemerintah mengeluarkan standard khusus bagi perusahaan-perusahaan untuk menjelaskan bagaimana mereka menggunakan data personal pengguna dengan cara yang jelas, singkat, dan sederhana.
Facebook sendiri pernah memutakhirkan kebijakan syarat dan ketentuan yang pada 2014, mengklaim bahwa syarat dan ketentuan yang baru --dan bertahan hingga saat ini-- lebih mudah dipahami.
Bahkan di tahun 2016, pengadilan kasasi di Amerika Serikat mengatakan bahwa seseorang bisa tidak terikat pada kontrak yang ada dalam syarat dan ketentuan, apabila syarat dan ketentuan tersebut tidak dibuat dan ditempatkan sedemikian rupa sehingga konsumen mudah membacanya.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, apabila kontrak tertulis dan terpampang jelas, Anda terikat dengan kontrak tersebut entah membacanya atau tidak.
Usaha Netizen
Kampanye untuk ‘memerangi’ terms and condition yang runyam juga hadir lewat sebuah fitur browser bernama TOSDR, atau Terms of Service, Didn’t Read. Tugasnya adalah untuk memberikan nilai dan label kepada syarat dan ketentuan yang ada dalam sebuah website. Ini dibuat oleh sekumpulan masyarakat pengguna internet yang mengeluhkan keadaan terms and conditions yang menyudutkan konsumen.
TOSDR merankingnya ke dalam lima kategori, dari Class A yang paling baik hingga ke Class E yang paling buruk. Penilaian itu didasarkan beberapa variabel, seperti kontrol pengguna terhadap hak cipta, keleluasaan website untuk mengambil data pribadi kita, kontrol perlakuan terhadap konten yang kita unggah, hingga kebebasan memilih ijin hak cipta.
ADVERTISEMENT
Beberapa website yang telah mereka simpulkan antara lain Google (mendapat Class C), YouTube (Class D), SoundCloud (Class B), Twitpic (Class E), dan GitHub (Class B). Sementara itu, Facebook meskipun belum disimpulkan masuk ke kategori mana, mendapatkan nilai yang sangat buruk dalam beberapa variabel penilaiannya, sama dengan Microsoft Services, Amazon, dan juga Apple.
Jadi, pilih mana: bersusah-susah membaca di awal atau susah belakangan?