Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.92.0
Siapa Tahrir al-Sham, Kelompok Islam yang Menggempur Timur Suriah
7 Desember 2024 10:48 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pejuang oposisi Suriah melancarkan serangan hingga berhasil merebut sebagian besar wilayah di Kota Aleppo. Aliansi pemberontak yang menyerang kota tua ini bernama Pasukan Demokratik Suriah (SDF), yang dipimpin oleh kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS).
ADVERTISEMENT
Siapa mereka?
Hay'at Tahrir al-Sham (HTS) atau yang dikenal dengan nama Tahrir al-Sham, adalah sebuah organisasi politik dan paramiliter Islam Sunni yang terlibat dalam perang saudara Suriah. Mereka juga salah satu kelompok penentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
HTS dibentuk pada 28 Januari 2017, gabungan antara Jaysh al-Ahrar, yang merupakan sebuah faksi Ahrar al-Sham, Jabhat Fateh al-Sham (JFS), Front Ansar al-Din, Jaysh al-Sunna, Liwa al-Haqq, dan Gerakan Nour al-Din al-Zenki.
Proses penyatuan ini diselenggarakan atas inisiatif Abu Jaber Shaykh, seorang komandan Islamis yang pernah menjadi Emir kedua Ahrar al-Sham.
Dengan menyatakan organisasi yang baru lahir ini sebagai "tahap baru dalam kehidupan revolusi yang diberkahi", Abu Jaber mendesak semua faksi oposisi Suriah untuk bersatu di bawah kepemimpinan Islam dan melancarkan "Jihad rakyat" dengan tujuan revolusi Suriah. Ia berkeinginan menggulingkan rezim Ba'ath dan militan Hizbullah dari wilayah Suriah, lalu membentuk pemerintahan Islam.
ADVERTISEMENT
Usai pengumuman tersebut, beberapa kelompok dan individu kemudian bergabung. Kelompok gabungan ini terutama dipimpin oleh Jabhat Fatah al-Sham dan mantan pemimpin Ahrar al-Sham.
Gerakan Nour al-Din al-Zenki memisahkan diri dari Tahrir al-Sham pada bulan Juli 2017, dan Front Ansar al-Din pada tahun 2018.
Pembentukan HTS diikuti serangkaian pembunuhan terhadap para pendukungnya. Sebagai tanggapan, HTS melancarkan tindakan keras yang berhasil terhadap para loyalis Al-Qaeda, yang memperkuat kekuasaannya di Idlib.
Sejak saat itu, HTS telah menjalankan program "Suriahisasi"; yang berfokus pada pembentukan pemerintahan sipil yang stabil yang menyediakan layanan dan terhubung dengan organisasi-organisasi kemanusiaan.
Strategi Tahrir al-Sham didasarkan pada perluasan kendali teritorialnya di Suriah, pembentukan pemerintahan, dan mobilisasi dukungan rakyat. Pada tahun 2017, HTS mengizinkan pasukan Turki untuk berpatroli di Suriah Barat Laut sebagai bagian dari gencatan senjata yang ditengahi melalui negosiasi Astana.
Kebijakannya telah membawanya ke dalam konflik dengan Hurras al-Deen, sayap Al-Qaeda di Suriah, termasuk secara militer. HTS diperkirakan memiliki 6.000-15.000 anggota pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Hay'at Tahrir al-Sham memberikan kesetiaan kepada Pemerintahan Keselamatan Suriah, yang merupakan pemerintahan alternatif oposisi Suriah di Provinsi Idlib. Sementara organisasi tersebut secara resmi menganut mazhab Salafi, Dewan Tinggi Fatwa Pemerintahan Keselamatan Suriah – yang secara agama menjadi tanggung jawabnya – juga terdiri dari ulama dari tradisi Asy'ariyah dan Sufi.
Dalam sistem hukum dan kurikulum pendidikannya, HTS menerapkan pemikiran Syafi'iyah dan mengajarkan pentingnya empat mazhab Sunni klasik dalam yurisprudensi Islam. Pada tahun 2021, HTS dianggap sebagai faksi militer paling kuat dalam oposisi Suriah.
HTS sendiri dianggap sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Uni Eropa, dan beberapa negara lain.