news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Siarkan Live Sakaratul Maut Pasien COVID-19, TV Bolivia Dikecam

19 Juni 2020 8:45 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petugas kesehatan menahan kerabat pasien yang akan masuk ke rumah sakit Torax di La Paz, Bolivia, Senin (15/6). Foto: David Mercado/ REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petugas kesehatan menahan kerabat pasien yang akan masuk ke rumah sakit Torax di La Paz, Bolivia, Senin (15/6). Foto: David Mercado/ REUTERS
ADVERTISEMENT
Siaran live saluran televisi di Bolivia mengundang kecaman masyarakat. Dalam siaran tersebut, terekam momen sakaratul maut atau detik-detik kematian pasien COVID-19.
ADVERTISEMENT
Diberitakan AFP, tayangan itu disiarkan oleh stasiun televisi PAT di kota Santa Cruz, Kamis (18/6). Peristiwa itu terjadi di sebuah rumah sakit sebelah timur kota tersebut.
Dalam tayangan berjudul "No Mentirás" atau "Tak Ada Kebohongan" itu diperlihatkan secara live 30 menit jelang kematian seorang pasien. Para dokter berusaha keras untuk melakukan resusitasi terhadap pasien tersebut, tapi tak berhasil. Nyawanya tak tertolong.
Dalam sebuah tangkapan layar di media La Razon, terlihat pasien itu tergeletak di lantai rumah sakit, keluarganya hanya bisa melihat tak berdaya. Mereka, termasuk para dokter, menangis ketika mengetahui orang itu telah meninggal dunia.
"Dia meninggal, dia meninggal," kata dokter kepada jurnalis PAT.
Pemakaman khusus pasien virus corona di Bolivia. Foto: Carlos Vargas/Reuters
Pihak stasiun televisi berdalih acara itu dimaksudkan untuk menggerakkan pemerintah untuk meningkatkan fasilitas kesehatan di rumah sakit. Menurut mereka, pemerintah lokal telah mengabaikan sarana kesehatan di kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Apa pun alasannya, tayangan tersebut dianggap tidak pantas disiarkan. Kecaman berdatangan untuk stasiun televisi itu, termasuk dari pejabat di lembaga Ombudsman Bolivia, Nadia Cruz.
Nadia mengatakan tayangan itu hanya "mencari sensasi" dengan menayangkan "secara berulang dan tidak sehat" kondisi ketika seseorang memperoleh perawatan kardiopulmonal yang berakhir dengan kematian.
"Tayangan itu menunjukkan pertentangan dengan perintah legal pemerintah, bisa memicu ketakutan kolektif," kata Nadia.
Santa Cruz adalah kota terparah diterpa pandemi virus corona di Bolivia. Sebanyak 60 persen dari total 21 ribu kasus corona di Bolivia ada di Santa Cruz, setengah dari 679 kematian juga dari kota itu.
Polisi mengenakan masker di La Paz, Bolivia. Foto: REUTERS/David Mercado
Kecaman atas siaran itu juga berdatangan dari tokoh jurnalis di Bolivia. Jurnalis Maria Trigo dari koran El Deber de Santa Cruz di Twitternya mengatakan tayangan itu tak menunjukkan rasa hormat terhadap keluarga jenazah.
ADVERTISEMENT
"Tidak ada rasa hormat terhadap keluarga, terhadap jenazah. Kita kehilangan banyak hal karena virus ini, termasuk empati," kata Trigo.
Hal yang sama disampaikan Fabiola Chambi, jurnalis dari koran Los Tiempos di Kota Cochabamba. Menurut dia, tayangan itu menunjukkan "kurangnya rasa kemanusiaan."
(Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona)
***
Yuk! bantu donasi atasi dampak corona