news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Siberkreasi Bersama Kominfo Bahas Metaverse yang Diperkenalkan Facebook

8 November 2021 0:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Webinar Siberkreasi bersama Facebook, Kominfo, WIR Group, dan Shinta VR bertajuk "Metaverse Era Baru Dunia Digital". Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Webinar Siberkreasi bersama Facebook, Kominfo, WIR Group, dan Shinta VR bertajuk "Metaverse Era Baru Dunia Digital". Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Belum lama ini Mark Zuckerberg mengumumkan Meta Platforms Inc atau disebut Meta untuk menggantikan nama perusahaan Facebook Inc.
ADVERTISEMENT
Nama itu menjadi rebranding dari fokus perusahaan yang kini tak lagi mau jadi sekadar media sosial, tapi juga hendak membuat dunia virtual yang disebut Metaverse.
Kehadiran Metaverse juga menjadi diskusi webinar yang digelar oleh Siberkreasi bersama Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) pada Kamis (4/11).
Mengangkat tema “Metaverse Era Baru Dunia Digital” diskusi itu menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Group Chief Innovation Officer & Co-Founder WIR Group Jeffrey Budiman, VP of Marketing di Xendit/Co-Managing Director of Girls in Tech Indonesia Nafinia Putra, Managing Director Shinta VR Andes Rizky.
Dimoderatori oleh Virdianasari dan Abi Satria dari Siberkreasi diskusi dibuka dengan pembahasan tentang pengumuman Facebook yang melakukan rebranding melalui Metaverse.
Dikutip dari siaran pers Siberkreasi, Metaverse dapat didefinisikan menjadi dunia nyata pada tingkat sepenuhnya yang baru, yang dibangun dari konvergensi virtual dan dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Metaverse merupakan langkah revolusioner setelah teknologi internet dan sosial media hadir dalam kehidupan masyarakat, yang dapat mengubah cara pengguna terhubung ke internet, serta juga apa yang pengguna sambungkan ke internet.
Dalam diskusi yang disiarkan langsung di Channel YouTube, LiveNex dan Facebook Siberkreasi itu, Jeffrey Budiman menjelaskan bahwa pandemi mengharuskan siapa pun beradaptasi dengan teknologi lebih cepat untuk bertahan.
Itulah alasan mengapa telah lahir banyak inovasi-inovasi baru yang berguna untuk menggantikan kegiatan berinteraksi langsung.
Logo Meta, rebranding perusahaan Facebook. Foto: Dado Ruvic/Reuters
Jeffrey melanjutkan pembahasannya terkait definisi Metaverse dan apa kegunaannya di masa depan. Ia menjelaskan bahwa Metaverse adalah sebuah ruang virtual yang dapat digunakan bersama, di mana ada dunia baru yang para pengguna direpresentasikan melalui avatar untuk melakukan aktivitas, berinteraksi layaknya di dunia nyata.
ADVERTISEMENT
Menurut dia konsep science fiction sudah diperkenalkan dalam literasi sci-fi sejak 1992, dipromosikan melalui karya-karya film dan kini telah hadir di tengah-tengah kita.
Mencapai titik Metaverse sebagai ekosistem dunia digital yang baru membutuhkan proses, sama halnya dengan perjalanan WIR memperkenalkan teknologi Augmented Reality sejak 2009.
Dalam diskusi itu Jeffrey mendemonstrasikan teknologi Augmented Reality secara langsung, yang digunakan dalam ranah pendidikan untuk membuat proses pembelajaran lebih menarik. Ia juga memperlihatkan teknologi Augmented Reality yang dirancang khusus untuk kepentingan pemasaran.
Semua itu dibuat karena ia percaya bahwa berbagai hal dan usaha untuk memenuhi kebutuhan masih dapat dilakukan selama pandemi, hanya saja butuh pemahaman dan kesiapan untuk berinovasi demi memudahkan para pengguna untuk merasakan jasa yang ditawarkan atau produk yang dijual.
ADVERTISEMENT
Sementara itu Nafinia Putra yang menjadi pembicara kedua menjelaskan bagaimana Girls in Tech mendorong peran perempuan sebagai pelaku teknologi untuk lebih bersiap menjadi kreatif dan inovatif, demi memaksimalkan potensi-potensi hebatnya.
Ia memaparkan bahwa sejak didirikannya Girls in Tech di Indonesia, program-program taktis dan kerja sama dengan stakeholder teknologi terus dilakukan. Salah satunya dengan Facebook dalam menciptakan program untuk mendorong perempuan pengusaha mengembangkan bisnis.
Nafinia melanjutkan selama pandemi, terdapat kegiatan yang berjudul Arisan Digital berdurasi 2 jam dengan materi technology practical skill yang mengajarkan para perempuan untuk memaksimalkan kemampuan dalam bidang teknologi. Seperti pembelajaran memulai Facebook ads, pembuatan podcast dan kiat sukses coding dari pembelajaran yang sederhana.
Menurut Nafinia, Girls in Tech tidak hanya untuk mendorong sebanyak-banyaknya perempuan untuk terjun ke dunia teknologi, tapi juga hadir untuk membangun inklusivitas dalam membuat produk atau melakukan inovasi demi menciptakan keseimbangan di dunia teknologi.
ADVERTISEMENT
Nafinia turut percaya bahwa Metaverse jadi kesempatan yang besar untuk para perempuan di Girls in Tech untuk dapat mengembangkan kemampuan diri sendiri agar terus dapat mengikuti perubahan dan bertahan di era digital.
Sementara pembicara terakhir, Andes Rizky, menjelaskan bahwa Metaverse sesungguhnya sangat erat kaitannya dengan koneksi emosional, karena dengan Metaverse para pengguna dapat bersosialisasi, berinteraksi, bertransaksi, hingga untuk pelatihan pengembangan sumber daya manusia.
Ia melanjutkan bahwa Shinta Virtual Reality (VR) telah melakukan sosialisasi dan edukasi terkait pembuatan konten VR hingga telah melatih kurang lebih 5.200 guru di seluruh Indonesia untuk dapat membuat konten pembelajaran.
Teknologi VR ini juga dipercayai akan semakin memudahkan para fasilitator untuk memberi wadah pengembangan sumber daya manusia dengan kebebasan akses untuk melakukan berbagai praktikum yang dibutuhkan dan secara efektif berdampak besar untuk sumber daya manusia yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Ketiga narasumber itu setuju bahwa Metaverse menjadi langkah awal yang penuh kesempatan untuk mewujudkan dunia digital yang lebih komprehensif dan iklusif.