Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.8
Sidang Lanjutan Kasus Sambo: Benny Ali Sedih Kena Prank; Jenderal Kok Bohong!
7 Desember 2022 6:01 WIB
·
waktu baca 6 menit
ADVERTISEMENT
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kembali menggelar sidang lanjutan kasus pembunuhan Yosua, Selasa (6/12). Sejumlah saksi dipanggil dalam sidang tersebut, di antaranya Hendra Kurniawan dan Benny Ali yang dulu merupakan anak buah Ferdy Sambo di Polri.
ADVERTISEMENT
Dalam sidang itu mereka memberikan keterangan terkait peristiwa penembakan yang menyebabkan Yosua tewas.
Berikut rangkuman keterangan dalam sidnag lanjutan kasus pembunuhan Yosua:
Kapolri Sempat Kumpulkan Hendra Kurniawan Dkk, Tanya Kronologi Kematian Yosua
Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo ternyata setidaknya beberapa kali mengumpulkan jajarannya terkait dengan kasus kematian Brigadir Yosua. Pertama pada 8 Juli 2022 dan yang kedua pada 20 Juli 2022 itu. Pada pertemuan kedua Kapolri disebut didampingi sejumlah pejabat utama Polri.
Panggilan kedua itu dihadiri Hendra Kurniawan dan Benny Ali serta para anak buah Sambo yang kemudian menjadi terdakwa obstruction of justice karena dinilai menutupi pembunuhan Yosua.
"Tanggal 20 Juli saya beserta terdakwa ini, semua, termasuk Pak Benny Ali ditanya oleh Kapolri, ada semua pejabat utama, terkait semua kronologi kejadian ini," kata Hendra saat bersaksi dalam lanjutan persidangan pembunuhan Yosua di PN Jakarta Selatan, Selasa (6/12).
ADVERTISEMENT
Hendra tak merinci nama lain yang turut dikumpulkan oleh Sigit. Namun saat itu, selain kronologi, masalah soal video viral CCTV terkait kematian Yosua pun ditanyakan oleh Kapolri. Dia tak merinci video yang mana.
Hendra Kurniawan Ngaku Terseret Kasus karena Sambo
Eks Karo Paminal Propam Polri Hendra Kurniawan mengaku pasrah dan berdamai dengan diri sendiri setelah mengetahui ikut terlibat dalam rekayasa Sambo. Bahkan dia turut menjadi terdakwa kasus perintangan penyidikan alias obstruction of justice dalam kasus tersebut.
“Saya berdamai dengan diri saja, dengan hati saya, damai dengan hati, saya jalanin saya syukuri, prosesnya seperti itu, apa yang saya perbuat, ya saya menjawab di proses sidang ini,” kata Hendra yang dihadirkan sebagai saksi dalam lanjutan sidang kasus pembunuhan Yosua, Selasa (6/12).
ADVERTISEMENT
Setelah mendengar jawaban Hendra, Hakim membandingkan nasib yang diterimanya dengan para saksi lain yang hanya turun pangkat hingga didemosi. Hendra dijatuhi sanksi etik pemecatan secara tidak hormat dari Polri. Dia masih banding atas vonis tersebut.
“Saudara kan sudah bintang satu, yang lain-lain itu sekarang disidang kariernya masih jauh, masih bagus, Saudara bisa katakan berdamai, bagaimana dengan yang lain?” kata Hakim.
"Saya hanya bisa berdamai dengan diri sendiri," jawab Hendra.
Brigjen Benny Ali: Kalau Tahu Peristiwa Duren Tiga Rekayasa, Saya Tangkap Sambo
Mantan Karo Provos Divisi Propam Polri, Brigjen Pol Benny Ali, mengaku kecewa karena merasa dibohongi Ferdy Sambo atas skenario pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.
Bahkan, Benny menegaskan, kalau saja sejak awal mengetahui skenario yang dibuat mantan Kadiv Propam itu, maka ia sendiri yang akan meringkus atasannya tersebut. Sebab Benny yang sampai di TKP satu jam setelah penembakan hanya mendapatkan cerita yang sudah direkayasa.
ADVERTISEMENT
"Kami enggak tahu itu sudah direkayasa. Mungkin kalau kami tahu itu direkayasa, seadanya kita tahu, ya, seandainya, ya, mohon maaf Pak Sambo, saya yang nangkep harus bertanggung jawab," kata Benny.
Cerita Hendra Kurniawan Naik Private Jet ke Jambi Temui Keluarga Yosua
Eks Karo Paminal Divisi Propam Polri, Hendra Kurniawan, bercerita soal penggunaan jet pribadi saat ke rumah duka Brigadir Yosua di Jambi. Hendra ke Jambi dua hari usai peristiwa pembunuhan Yosua.
Ia menuturkan ditugaskan ke Jambi oleh Sambo untuk memberikan keterangan kepada keluarga almarhum. Setidaknya ada tiga pertanyaan yang disampaikan keluarga harus dijawab oleh Hendra yaitu kronologi kejadian, kedua masalah pemakaman, dan ketiga soal mutasi adik Yosua ke Polda Jambi.
ADVERTISEMENT
Hendra menuturkan menggunakan private jet karena diminta Sambo berangkat pada 11 Juli 2022. Namun tiket pesawat ke Jambi untuk hari itu tidak ada.
"Saya lapor di hari Senin, sebelumnya saya bilang tiket tidak ada bang coba saya cari private jet, terus Pak Ferdy Sambo bilang ya sudah coba saja," kata Hendra.
"Sebelum berangkat kan dipanggil sama Beliau, saya laporkan, kalau besoknya lagi (berangkat). Beliau (bilang) jangan besok, harus sekarang, kalau sekarang ya saya harus cari alternatif itu," sambung Hendra.
Hendra lalu bernagkat dengan private jet bersama Kombes Susanto, Agus Nurpatria dan Penyidik Polres Jakarta Selatan, AKP Rifaizal Samual. Mereka berangkat pada pukul 14.30-an, dan tiba sekitar pukul 16.30-an. Dia tak ingat waktu pastinya. Sesampainya di sana, Hendra langsung berkoordinasi dengan pengantar jenazah yang sudah berangkat sejak Sabtu bersama dengan Kombes Leonard.
ADVERTISEMENT
Brigjen Benny Ali Sedih Kena Prank Sambo: Anak-Istri Saya yang Paling Menderita
Mantan Karo Provos Divisi Propam Polri Brigjen Benny Ali bercerita soal dampak dari skenario pembunuhan Yosua oleh Ferdy Sambo terhadap dirinya. Karier Benny terhambat. Dia disanksi etik dan juga sempat masuk tempat khusus (patsus).
ADVERTISEMENT
Benny mengaku baru tahu peristiwa sebenarnya terkit kematian Yosua saat diperiksa dan masuk tempat khusus. Ia pun merasa sedih karena dibohongi oleh Ferdy Sambo.
"Bagaimana perasaan Saudara sampai akhirnya kaya gini?" tanya hakim.
"Sedih," jawab Benny.
"Sedihnya?" tanya hakim lagi.
"Yang paling menderita itu anak istri saya," jawab Benny.
"Kenapa?" kata hakim lagi.
"Kalau saya mungkin enggak, tapi sampai saat ini anak istri saya itu syok, mau sidang ini lihat kemudian syok," kata Benny.
ADVERTISEMENT
"Kenapa syok?" tanya hakim.
"Kita mengetahui yang kita ketahui, kita terbawa-bawa, karena perintahnya ternyata dari yang saya dapatkan, selama ini ternyata diprank," jawab Benny.
Tangis Kombes Susanto & Arif Rachman di Depan Ferdy Sambo: Jenderal Kok Bohong!
Eks Kabag Gakkum Provost Divpropam Polri Kombes Susanto Haris dan Eks Kanit I Subdit III Dittipidum Bareskrim Polri, Arif Rachman Arifin turut dihadirkan dalam sidang lanjutan kali ini. Saat menjalani sidang keduanya terlihat menangis.
Susanto tidak kuat menahan tangis saat harus menceritakan nasibnya yang kini harus melepaskan jabatannya dan menerima sanksi pelanggaran kode etik, akibat kasus pembunuhan Yosua.
“Saya patsus 29 hari dan demosi 3 tahun,” kata Susanto di depan Majelis Hakim sambil menangis.
ADVERTISEMENT
“Bagaimana perasaan Saudara?,” tanya Hakim.
“Kecewa, kesal, marah, Jenderal kok bohong. Susah nyari Jenderal. Kami paranoid nonton TV, media sosial, Jenderal kok tega menghancurkan karier,” jawab Haris.
“30 tahun saya mengabdi, hancur di titik nadir, setelah pengabdian saya. belum yang lain-lain. Anggota-anggota hebat Polda Metro, Jaksel, bayangkan majelis hakim, kami Kabaggakum yang biasa memeriksa polisi nakal, kami diperiksa. Bayangkan Majelis Hakim bagaimana keluarga kami?” lanjutnya.
Dalam persidangan yang sama, Arif Rachman juga tak kuasa menitikan air mata. Hakim bertanya bagaimana perasaan Arif Rachman saat tahu dirinya dibohongi oleh Sambo hingga akhirnya ia diberhentikan secara tidak hormat dari Polri.
“Sedih, saya hanya bekerja aja, Yang Mulia,” kata Arif kepada Majelis Hakim sambil menangis.
ADVERTISEMENT
“Saudara dibohongi begini bagaimana?” tanya hakim kembali.
Namun pertanyaan ini tidak dijawab oleh Arif yang terus menangis. Berbeda dengan Susanto, Arif kemudian bahkan ikut menjadi tersangka hingga terdakwa karena dinilai terlibat menutupi pembunuhan Yosua.
Ferdy Sambo: Harusnya Eliezer Juga Dipecat, Dia Menembak Yosua
Usai sidang lanjutan pada Selasa (6/12), Ferdy Sambo merespons soal Richard Eliezer yang hingga kini belum menjalani sidang etik di Polri. Padahal Eliezer saat ini menjadi salah satu terdakwa kasus pembunuhan Yosua.
Mantan Kadiv Propam Polri itu mengaku tidak tahu soal proses etik Eliezer di Polri. Namun, kata dia, seharusnya Eliezer juga dipecat seperti para tersangka lainnya karena dia juga ikut menembak Yosua.
"Bharada E [Richard Eliezer] harusnya dipecat juga, karena dia yang menembak, kan. Jangan tanya saya," kata Sambo.
ADVERTISEMENT