Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sidang Sambo Dkk Berlanjut: Ungkap Psikologi Forensik Sambo hingga Yosua
22 Desember 2022 8:28 WIB
·
waktu baca 11 menitADVERTISEMENT
Sidang kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat dengan terdakwa Ferdy Sambo dkk berlanjut pada Rabu (21/12) di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Agenda sidang kali ini adalah mendengar keterangan ahli yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU).
Tiga ahli tersebut yakni ahli hukum pidana dan psikologi forensik.
"Kami hari ini menghadirkan tiga ahli, Yang Mulia," kata JPU.
Berikut identitas dari tiga saksi ahli itu:
Saragih memberi keterangan melalui Zoom. Sementara dua ahli di antaranya hadir langsung di hadapan persidangan.
Hasil Psikologi Forensik Sambo: Kurang Percaya Diri, Emosi Bisa Tak Terkontrol
Hasil psikologi forensik Ferdy Sambo dibuka dalam persidangan. Kepribadian mantan Kadiv Propam Polri itu dipaparkan oleh Ahli Psikologi Forensik, Reni Kusumowardhani.
Reni merupakan Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia. Ia dimintai keterangannya untuk terdakwa Ferdy Sambo dkk.
ADVERTISEMENT
Dalam penjelasannya, Reni tergabung dalam tim beranggotakan 12 orang dalam memeriksa psikologi forensik. Total ada 30 orang yang diperiksa oleh tim, termasuk Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, pada Juli hingga Agustus 2022.
"Untuk mengurangi subjektivitas, kami menggunakan tim, satu orang yang kami periksa tidak ketemu dengan satu orang saja, tetapi bertemu beberapa orang dalam tim. Metodenya memakai multi method. Dalam proses analisis, kami mengacu pada penelitian-penelitian serta textbook konsep psikologi," papar Reni yang kini bertugas di RSUD Cilacap.
Berikut paparan Reni:
Bapak Ferdy Sambo mempunyai kecerdasan di atas rata-rata. Kemampuan abstraksi, imajinasi, dan kreativitasnya sangat baik. Secara umum, cara berpikirnya lebih ke arah praktis dibanding teoritis. Pola kerjanya tekun, motivasinya berprestasinya tinggi untuk mencapai target yang melebihi dari target yang diberikan kepadanya. Itu secara umum.
ADVERTISEMENT
Tipe kepribadiannya, pada dasarnya Bapak Ferdy Sambo ini merupakan individu yang kurang percaya diri dan membutuhkan dukungan orang lain dalam bertindak mengambil keputusan terutama untuk hal-hal yang besar. Ada pengalaman kecil yang membuat dia merasa nyaman apabila ada orang-orang yang melindungi di sekitarnya.
Dalam situasi kondisi normal, Bapak FS akan terlihat sebagai figur yang baik dalam kehidupan sosial dan patuh terhadap aturan normal, dapat menutupi kekurangan-kekurangannya dan masalah-masalahnya.
Jadi bukan berarti yang bersangkutan tidak mampu melanggar norma dan menggunakan kecerdasannya untuk melindungi diri dalam situasi-situasi terdesak.
Sebagai orang Sulawesi Selatan yang hidup dalam budaya yang teguh memegang budaya Siri Na Pacce ini memang mempengaruhi bagaimana pertimbangan-pertimbangan putusan dan emosi serta kepribadian dari Bapak Ferdy Sambo.
ADVERTISEMENT
Jadi ada mudah self esteem-nya, harga dirinya, itu terganggu apabila dia kehormatannya itu terganggu dan kemudian dapat menjadi orang yang dikuasai emosi tidak terkontrol, tidak dapat berpikir panjang terhadap tindakan yang dilakukan.
Jaksa sempat mengkonfirmasi kepribadian itu kepada Reni. Khususnya mengenai Sambo yang disebut tidak bisa kendalikan emosi. Padahal Sambo sudah lama bergelut di bidang hukum.
"Dalam keadaan normal ada upaya-upaya rasional untuk mengendalikan diri, tapi dalam situasi ada hal-hal yang mengganggu kondisi emosi dan self esteem, bisa menjadi orang yang sangat dikuasai emosi," ujar Reni.
Hasil Psikologi Forensik Putri Candrawathi: Butuh Figur yang Beri Rasa Aman
Ahli psikologi forensik membeberkan hasil pemeriksaan yang dilakukan terhadap Putri Candrawathi. Putri disebut sangat membutuhkan sosok atau figur yang dapat memberikan dia rasa aman.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut diungkapkan ahli psikologi forensik dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia di RSUD Cilacap, Reni Kusumowardhani.
Sebelum membeberkan hasil dari psikologi forensik, Reni sempat membeberkan seperti apa bidang yang ia tekuni. Bidang tersebut merupakan terapan dari ilmu psikologi, baik secara keilmuan maupun metode pengukurannya diterapkan dalam ranah hukum untuk kepentingan hukum.
Ilmu psikologi forensik itu mempelajari tentang perilaku, mulai dari perilaku normal hingga abnormal. Tujuannya untuk membantu membuat terang perkara dari sudut pandang ilmu psikologi atau perilaku.
Total ada 30 orang yang diperiksa oleh tim, termasuk Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, pada Juli hingga Agustus 2022. Dalam melakukan pemeriksaan itu, Reni tergabung dalam tim beranggotakan 12 orang.
Berikut hasil pemeriksaan psikologi forensik yang disampaikan oleh Reni di persidangan:
ADVERTISEMENT
Hasil pemeriksaannya Ibu Putri Candrawathi memiliki kecerdasan yang berfungsi pada taraf rata-rata orang seusianya jadi berbeda dengan Bapak Ferdy Sambo. Pak Sambo yang memang memiliki kecerdasan tinggi, hal ini menggambarkan kemampuannya untuk memahami informasi menyesuaikan diri dengan tuntutan dari lingkungan sesuai dengan umumnya.
Ibu Putri Candrawathi memiliki pemahaman value atau nilai sosial yang baik namun perencanaan perilakunya dalam lingkungan sosial tergolong kurang. Jadi kurang dalam arti merespons lingkungan termasuk pada saat menghadapi suatu masalah dalam kehidupannya. Kapasitas dan fungsi memorinya juga tergolong baik, kemampuannya tergolong sangat baik dalam menangkap menyimpan dan mengolah informasi serta [...] mengungkapkan kembali apa yang diingatnya.
Jadi memiliki kemampuan dalam merespons secara cepat terhadap tekanan dari lingkungan dengan potensi intelektualnya itu dan kapasitas memori dia bisa berpotensi mengembangkan pemikiran logis dan rasional memahami stimulus sosial dari lingkungannya untuk bisa merespons secara tepat dan sesuai menurut keyakinannya.
ADVERTISEMENT
Jaksa: Ini dalam BAP itu saya bacakan saja, ada hasil Putri Candrawathi mengatakan ada kebutuhan tinggi kepada figur yang mampu memberikan rasa aman, maksudnya apa Bu?
Jadi dia ini ada semacam dependensi secara emosional kepada orang yang menjadi objek tergantungnya dalam hal ini seperti kepada orang tuanya, kepada suaminya, seperti itu.
Jaksa: Atau mungkin kepada ajudan yang dipercayai?
Bisa juga jika ajudan itu memberikan rasa aman kepada dirinya dia akan percaya kepada orang tersebut.
Jaksa: Secara psikologi apabila kondisi terdakwa Putri Candrawathi memiliki serangan dalam artian sesuatu yang membuat dia takut apakah dia akan menuju kepada yang menurut dia memberi rasa aman, dalam hal ini suaminya atau orang-orang terdekatnya, untuk memberikan informasi rasa aman kepada dirinya?
ADVERTISEMENT
Iya, dia akan mencari rasa aman dari figur-figur yang membuat dirinya bisa menguatkan.
Jaksa: Termasuk untuk menceritakan apa yang dia alami secara langsung. Misalkan ada peristiwa yang membuat dia merasa tersakiti. Dia akan membicarakan itu kepada orang yang dia percayai dari kondisi psikologi itu?
Iya, dari hasil pemeriksaan ini menunjukkan keadaan tersebut bisa terjadi kecuali kepada hal-hal bersifat sensitif.
Jaksa: Maksudnya gimana kecuali itu?
Kepada hal-hal yang bersifat sensitif yang bisa kemudian mengakibatkan rasa malu, rasa takut, kewibawaan, terancam, itu akan selektif, tetapi mencari rasa amannya itu menjadi satu pola yang ada dalam kepribadiannya.
Jaksa: Jadi artinya, apabila dia malu tetapi seseorang yang dia percaya bisa memberikan rasa aman itu pun akan dia ceritakan?
ADVERTISEMENT
Iya, jika dinilai aman oleh yang bersangkutan.
Jaksa: dari pola kepribadian yang tadi, dari Bapak Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi, ini saling melengkapi enggak dalam hal yang tadi dukungan dari orang lain dalam mengambil keputusan berisiko (hasil pemeriksaan Sambo) itu dapat didapatkan dari Putri Candrawathi? Sementara Putri Candrawathi itu membutuhkan kebutuhan tinggi kepada figur yang memberikan rasa aman?
Betul. Saling membutuhkan.
Hasil Psikologi Forensik Kuat Ma'ruf: Kecerdasan di Bawah Rata-rata, Moral Baik
ADVERTISEMENT
Reni Kusumowardhani, mengungkapkan hasil pemeriksaan terhadap sopir Ferdy Sambo, Kuat Ma'ruf. Hasilnya, kecerdasan Kuat disebut berada di bawah rata-rata seusianya.
Hasil dari pemeriksaan forensik itu disampaikan oleh Reni dalam lanjutan sidang kasus pembunuhan Brigadir Yosua dengan terdakwa Ferdy Sambo, Putri Candrawathi, Kuat, Ricky Rizal dan Richard Eliezer.
Mulanya, jaksa menanyakan kepada Reni soal hasil pemeriksaan psikologi forensik terhadap Kuat. Reni pun membeberkan hasilnya di depan persidangan.
ADVERTISEMENT
"Kuat Ma'ruf kecerdasannya tergolong di bawah rata-rata dibanding populasi orang seusianya. Jadi bapak Kuat Maruf ini agak lebih lambat dalam memahami informasi, saya harus sampaikan ya pak, mohon maaf, ini bisa dibuka. Izin Pak Kuat ya," kata Reni.
"Dia senang dibuka," timpal jaksa.
Reni pun kembali menjelaskan soal hasil pemeriksaan psikologi forensik. Kuat dinilai lebih lambat dalam memahami informasi dan menyesuaikan diri dari tuntutan lingkungannya.
"Tetapi memiliki potensi memahami keadaan di lingkungan sekitarnya melalui nilai-nilai moral yang dia yakini dan melalui kebiasaan-kebiasaan yang dia alami," ucap Reni.
Jaksa kemudian mempertanyakan, dari penjabaran Reni itu, apakah artinya Kuat dapat menerima informasi apabila disampaikan oleh orang-orang terdekat yang bekerja sehari-hari dengannya, atau tidak. Sebab disampaikan oleh orang yang dekat dengan dia.
ADVERTISEMENT
"Artinya pada saat menerima informasi, tadi kan Ibu bilang kecerdasan di bawah rata-rata, namun pada saat menerima informasi dari orang-orang yang memang sudah berhubungan setiap hari, apakah prosesnya akan lama menyaring informasi itu atau sudah langsung paham?" tanya jaksa.
"Belum tentu langsung paham tetapi mengandalkan kepada kebiasaan pola-pola kebiasaan yang dia pahami dan kemudian mengandalkan value, atau nilai moral yang dimiliki. Jadi ini pemahaman moralnya baik," ucap Reni.
Jaksa kemudian menanyakan soal kepatuhan Kuat terhadap otoritas. Hasilnya: cukup.
"Sebentar pak saya lihat data. Jadi pada bapak Kuat Ma'ruf ini tidak mudah disugesti, kepatuhannya tinggi. Tetapi tidak mudah disugesti, dan dari hasil kepura-puraan tidak didapatkan kepura-puraan," ucap Reni.
"Oke," kata jaksa, yang melanjutkan ke hasil pemeriksaan terdakwa lainnya.
Hasil Psikologi Forensik Richard Eliezer: Tingkat Kepatuhan Tinggi pada Otoritas
ADVERTISEMENT
Richard Eliezer disebut mempunyai tingkat kepatuhan yang tinggi. Hal tersebut berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan oleh tim dari Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia.
"Kalau Bapak Richard, di sini secara umum tahap-tahap kecerdasannya tergolong rata-rata," ungkap Reni.
Secara kapasitas intelektual, Eliezer juga disebut berada pada tingkat yang relatif baik.
"Terutama untuk menghadapi tugas-tugas praktis dan sederhana di dalam kehidupan sehari-harinya. Jadi bukan pada tugas-tugas yang kompleks," papar Reni.
"Tingkat kepatuhannya bagaimana?" tanya jaksa.
"Tingkat kepatuhannya, Richard tinggi [terhadap] figur otoritas," kata Reni.
Hasil tak jauh berbeda ditemukan dari pemeriksaan Ricky Rizal. Reni menyebut mantan ajudan Sambo itu mempunyai kecerdasan di atas rata-rata.
"Bapak Ricky secara umum taraf kecerdasannya tergolong di atas rata-rata dibandingkan individu kelompok usianya dan tampak mampu mengaktualisasikan potensi intelektual yang dimilikinya untuk merespons terhadap lingkungannya secara adaptif," jelas Reni.
ADVERTISEMENT
Reni juga menyebut, Ricky punya kapasitas dan fungsi memori yang baik. Kemampuannya menangkap informasi juga disebut tergolong baik; menyimpan, dan mengolah, serta mengungkapkannya kembali.
"Jadi daya ingatnya juga baik dan atas dasar itu ia memiliki kemampuan merespons secara tepat terhadap tekanan dan lingkungan," ungkap Reni.
"Emosinya stabil dan memahami dan memiliki satu prinsip," tambah Reni.
"Untuk sugestibilitas-nya dan kepatuhan?" tanya jaksa.
"Sugestibility-nya rendah. Untuk kepatuhannya rata-rata sampai tinggi," ungkap Reni.
Ahli Psikologi Ungkap Karakter Yosua: Berdedikasi, Berubah Usai Dampingi Putri
Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat disebut punya karakter atau pribadi yang dedikatif dan layak direkomendasikan sebagai ajudan pejabat tinggi kepolisian.
"Sebagai polisi, [Brigadir Yosua] dikenal sebagai anggota yang cekatan, memiliki dedikasi, tidak pernah membantah dan patuh dan mampu bekerja dengan baik, dan layak direkomendasikan sebagai ADC pejabat tinggi kepolisian," ungkap Reni.
ADVERTISEMENT
Reni mengakui, ada keterbatasan menarik simpulan profil Brigadir Yosua, sebab yang bersangkutan sudah meninggal. Sehingga, pemeriksaan dilakukan melalui orang-orang terdekatnya.
"Termasuk keluarga di Jambi, teman-teman dekatnya, teman kerjanya semasa di jambi, teman sekolah, dan juga teman kerja di Jakarta," kata Reni.
Namun, Reni mengakui karena adanya keterbatasan, ada beberapa hal yang kemudian tidak bisa disimpulkan oleh tim.
"Meskipun demikian, diperoleh informasi yang konsisten para informan mengenai beberapa hal inilah yang kami simpulkan," jelas Reni.
Dari hasil pemeriksaan itu, Yosua diduga memiliki kecerdasan yang tergolong rata-rata dan berfungsi dalam batas normal.
"Tidak dijumpai adanya riwayat tingkah laku Yosua dalam melanggar aturan, terlibat perkelahian dan penyalahgunaan Napza [narkotika, psikotropika, dan obat terlarang]," kata Reni.
ADVERTISEMENT
"Di masa kecil dan masa remaja, dia dikenal sebagai anak yang karakter baik, aktif dalam berbagai kegiatan dan positif dalam kegiatannya," tambahnya.
Dari pemeriksaan yang dilakukan, Reni juga mendapatkan informasi bahwa Yosua dinilai dapat bekerja dan menjalani peran ajudan dengan baik. Namun ada perubahan sejak diberikan kepercayaan lebih di keluarga Ferdy Sambo.
"Didapatkan pula informasi teman-teman dan rekan kerja saling berkesesuaian dan konsisten bahwa awalnya Yosua dinilai dapat bekerja dan menjalankan peran ADC dengan baik, dan didapatkan informasi ada perubahan sikap sejak diberi kepercayaan sebagai kepala rumah tangga dalam istilah mereka dan ADC yang ditugaskan mendampingi Ibu Putri," ungkap Reni.
Perubahan sikap yang dimaksud Reni itu meliputi penampilan. Disebut lebih mewah dan menunjukkan sikap dominatif.
ADVERTISEMENT
"Yaitu (perubahannya) penampilannya menurut rekan-rekannya dan ini ada informasi yang berkesesuaian dan ini informasi dari Jambi. Penampilannya lebih mewah dibanding sebelumnya, menunjukkan power dan dominasi terhadap ADC dan perangkat lain," kata Reni.
"Berperilaku yang dinilai ada kalanya tidak selayaknya ADC, merasa lebih percaya dan lebih diistimewakan oleh bu Putri dan memiliki keberanian untuk menunda serta tidak melaksanakan perintah atasan, lebih mudah tersinggung dan merespons kemarahan," kata Reni.
Asisten Rumah Tangga (ART) Ferdy Sambo, Susi, juga turut diperiksa oleh ahli psikologi forensik dalam kasus Pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat. Ia masuk dalam 30 orang yang dites psikologisnya terkait kematian Yosua.
Hasilnya, Susi dinilai memiliki kecerdasan yang rendah. Hasil yang sama juga terlihat dari hasil pemeriksaan sopir Ferdy Sambo, Kuat Ma'ruf.
ADVERTISEMENT
Mulanya, Reni diminta JPU untuk membeberkan hasil pemeriksaan psikologi forensik milik para terdakwa pembunuhan Yosua. Lalu di situ terselip nama Susi.
"Sekarang ke hasil pemeriksaan psikologi forensik, bisa disampaikan Bu?" tanya jaksa.
"Hasil kami ada beberapa simpulan. Saya bacakan semua simpulan?" kata Reni bertanya balik.
"Mungkin poin-poin pentingnya saja," kata jaksa.
"Baik, bahwa para pihak yang diperiksa, Bapak Ferdy Sambo, Bapak Richard Eliezer, Bapak Ricky, Ibu Putri dan Pak Kuat, serta para saksi, cukup memiliki kompetensi psikologis dalam memberikan keterangan untuk kepentingan pemeriksaan psikologis," kata Reni.
Pada saat penjelasan itulah, nama Susi turut disinggung oleh Reni.
"Meskipun, dijumpai pada beberapa orang seperti Saudari Susi, itu kecerdasannya memang di bawah, sangat rendah, sehingga butuh kesabaran, dan apa namanya, daya ingatnya juga tidak terlalu baik, untuk Ibu Susi," sambung Reni.
ADVERTISEMENT
Dia tidak menjelaskan lebih jauh soal hasil pemeriksaan psikologi terhadap Susi ini.
Adapun secara keseluruhan, tambah Reni, khusus untuk terdakwa kasus pembunuhan Yosua, seluruhnya memiliki kompetensi untuk mengikuti proses peradilan.
"Nah kemudian, bahwa untuk para tersangka, Ferdy Sambo, Richard Eliezer, Ricky Rizal, Kuat Ma'ruf, Putri Candrawathi, cukup memiliki kompetensi psikologis untuk mengikuti proses peradilan," ungkap Reni.
"Bahwa keterangan dan informasi yang diberikan oleh subjek pemeriksaan yang tadi telah kami jelaskan terkait dengan resume data peristiwa, dan tentang gambaran umum, serta profil psikologis tersangka, secara umum dapat diterima sebagai dasar untuk analisis profil psikologis, termasuk dalam kaitannya dengan peristiwa dugaan tindak pidana pembunuhan," pungkas Reni.