Sido Muncul 'Tolak Angin' Ajak Tenaga Medis Pakai Obat Herbal

1 September 2023 11:26 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sido Muncul 'Tolak Angin' dan Universitas Sriwijaya menggelar seminar nasional demi meningkatkan pemanfaatan obat herbal di dunia medis. Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sido Muncul 'Tolak Angin' dan Universitas Sriwijaya menggelar seminar nasional demi meningkatkan pemanfaatan obat herbal di dunia medis. Foto: kumparan
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (Sido Muncul) melalui produk unggulannya Tolak Angin bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (Unsri) menggelar seminar hybrid bertajuk “Memanfaatkan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat”.
Lewat seminar yang digelar di Aula Azwar Agoes Fakultas Kedokteran UNSRI pada Kamis (31/8), Sido Muncul berupaya mendorong penggunaan obat herbal dan pengembangan serta pemanfaatannya untuk kesehatan masyarakat.
Direktur Sido Muncul Irwan Hidayat menyebutkan seminar yang diadakan di Palembang merupakan ke-49 yang diinisiasi Sido Muncul sejak 2007. Dengan adanya seminar ini dapat mendorong akademisi kedokteran untuk terus melakukan penelitian tanaman obat secara ilmiah.
“Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang jamu atau herbal perlu terus dilakukan oleh pemerintah, akademisi, dunia usaha, dan masyarakat yaitu dengan saintifikasi jamu, dalam hal ini berbasis penelitian, dan pelayanan kesehatan,” ujarnya.
Selain itu, Irwan Hidayat menginginkan seminar ini dapat membuka mata dunia kedokteran serta wawasan mengenai industri jamu, dan penelitian yang telah dilakukan Sido Muncul untuk pelayanan kesehatan masyarakat.
"Semua yang kami lakukan dengan penelitian mengembangkan produk, dan penggunaan jamu untuk pelayanan kesehatan," jelas Irwan.
Irwan pun menuturkan, Indonesia memang kaya akan tanaman herbal yang dapat digunakan sebagai metode pengobatan. Hanya saja, banyak yang tidak paham fungsi dan manfaat tanaman herbal sehingga lebih memilih menggunakan obat kimia.
“Sering sekali saya dengar Indonesia harus jadi tuan rumah di negeri sendiri. Tapi sampai hari ini, jamu belum bisa jadi tuan rumah,” ungkap Irwan.
Menurut Irwan, permasalahan awal dari minimnya penggunaan obat herbal adalah kurangnya pengetahun dokter atas jenis tanaman. Padahal, bila dipahami lebih mendalam, tanaman herbal dapat membantu seorang pasien sembuh dari penyakit.
“Tidak ada penelitian bahan alam, kalau satu dokter paham dengan obat herbal, jelas penggunaan herbal akan lebih digunakan,” ujarnya.

Sido Muncul 'Tolak Angin' Didukung Unsri dan BPOM

Seminar Nasional Ppemanfaatan Obat Herbal Menuju Indonesia Sehat di Universitas Sriwijaya. Foto: kumparan
Sependapat dengan Irwan, Wakil Rektor Perencanaan dan Kerja Sama Unsri Profesor Dr. M Said mengatakan, untuk menuju Indonesia sehat, dunia medis harus menggunakan obat herbal yang selama ini digunakan oleh dokter hanya berasal dari kimia yang penggunaan dalam waktu panjang bisa menimbulkan efek buruk terhadap manusia.
“Sebenarnya herbal ini yang paling diminati masyarakat dibandingkan obat kimia lainnya. Agak mengerikan memang kalau berbicara tentang kimia,” kata Said saat membuka acara seminar.
Said menerangkan pada 2006 Unsri telah menyusun road map penelitian terkait tanaman herbal yang ada di Sumatera Selatan. Dari hasil penelitian, 10 Kabupaten/Kota Sumatera Selatan terdapat 150 jenis tanaman herbal yang sering digunakan masyarakat. Namun, tanaman herbal ini tidak dibudidayakan secara massal karena kurangnya pemahaman masyarakat.
“Di Muara Enim, Ogan Ilir, OKI kami melihat tanaman obat masih ditanam di pekarangan rumah. Ada juga di sela-sela kebun. Artinya masyarakat belum fokus menyiapkan lahan sendiri untuk tanaman obat. Pemakainya rata-rata adalah dukun kampung,” kata Said.
Dengan hasil penelitian tersebut, Unsri akan bekerja sama dengan Sido Muncul untuk mendorong budidaya tanaman obat herbal di masyarakat. Apalagi kampus Indralaya (Unsri) luasnya 740 hektare, ada lima embung.
"Lahannya masih tersedia bisa digunakan untuk tanaman obat. Nanti akan dituangkan MOU dari hulu sampai hilirnya agar dapat dibudidayakan lebih lanjut,” ujarnya.
Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen, Kesehatan dan Kosmetik BPOM Reni Indriani menerangkan, di Indonesia terdapat 3.000 spesies tumbuhan obat tradisional.
Obat tradisional selama ini hanya dikenal masyarakat sebagai jamu. Namun, seiring perkembangan teknologi, penggunaan jamu itu dapat dikemas menjadi lebih baik. Sari tanaman diekstrak dalam bentuk saset sehingga bisa dinikmati semua kalangan.
“Jamu adalah identitas lokal indonesia yang secara turun temurun punya manfaat. Setiap tahun, teknologi terus berkembang, sehingga penyajian jamu ini tidak lagi sulit,” kata Reni yang hadir secara daring.
Advertorial ini dibuat oleh kumparan Studio