Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Sigit Pramono Buka Suara Gagal Jadi Bos OJK: Politik Tak Mendukung
19 Juli 2017 20:23 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Mantan Dirut Bank BNI, Sigit Pramono yang juga Chairman Indonesian Institute for Corporate Directorship (IICD), hampir menjadi Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Namun, saat voting di DPR yang merupakan proses terakhir, ia harus menerima kekalahan dari Wimboh Santoso, Komisaris Utama Bank Mandiri.
ADVERTISEMENT
Lantas apa tanggapan Sigit?
"Waktu memutuskan untuk ikut seleksi kan kebetulan pas ada kesempatan dan memang ada dorongan juga dari industri dan dukungan teman-teman pelaku industri bahwa saya bisa mencoba lah dan saya buktikan, betul-betul saya tekuni, saya ikuti semua prosesnya sampai tahap final," jelas Sigit kepada kumparan (kumparan.com), Rabu (19/7).
Ia menyadari, proses final sendiri memang sangat ditentukan oleh faktor politik.
"Ya keputusan seperti itu saya terima tidak masalah, saya kan tidak mencari pekerjaan, itu kan saya ingin mengabdikan pengalaman, yang saya peroleh untuk membantu di sisi regulator, tapi kan ternyata proses politiknya tidak mendukung," keluhnya.
Ia berpesan kepada pimpinan OJK yang baru, agar bisa meningkatkan pengawasan sektor jasa keuangan menjadi lebih baik. Karena pada lima tahun terakhir adalah masa transisi OJK dari sebelumnya Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK).
ADVERTISEMENT
"Tantangannya ke DK OJK lima tahun ke depan ini adalah bagaimana mewujudkan visi misinya. Lima tahun yang pertama bisa lah dijadikan alasan karena transisi, tapi lima tahun berikutnya tantangannya menjadi lebih besar," pungkasnya.
Bankir kenamaan yang berperan dalam restrukturisasi Bank Mandiri ini menyebutkan, posisi pejabat publik memang kental dengan unsur politik. Artinya memang kompetensi, kapabilitas, integritas saja tidak cukup, sehingga tidak mudah bagi para profesional non partisan seperti dirinya untuk masuk ke area yang prosesnya politik.
Namun, Sigit mengaku tidak patah arang dan menyesal atas kegagalannya.
"Prinsip saya itu kalau sekali mencoba itu namanya gagal sekali, dua kali itu gagal dua kali, tapi kalau tidak pernah mencoba itu namanya gagal seumur hidup," tutupnya.
ADVERTISEMENT