Singapura Kecolongan di Asrama Pekerja Asing, 'Bom Waktu' Virus Corona

20 April 2020 12:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja konstruksi dari Asia Selatan dikarantina di asrama Singapura. Foto: Reuters/Ministry of Manpower Singapore
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja konstruksi dari Asia Selatan dikarantina di asrama Singapura. Foto: Reuters/Ministry of Manpower Singapore
ADVERTISEMENT
Singapura sempat menjadi teladan bagi negara-negara di dunia dalam hal penanganan virus corona karena angka penderita yang terus turun. Namun belakangan, angkanya melonjak drastis. Singapura mengaku kecolongan dalam hal ini.
ADVERTISEMENT
Singapura pertama kali mencatatkan penderita virus corona pada 23 Januari lalu. Berbagai langkah pencegahan dilakukan, mulai dari penutupan penerbangan, imbauan social distancing, termasuk ditutupnya sekolah dan kantor selama sebulan.
Pada akhir Februari, penderita corona di Singapura menunjukkan tren menurun, dengan hanya 102 kasus baru pada akhir Februari. Namun memasuki April, angkanya kembali merangkak naik.
Suasana asrama pekerja konstruksi dari Asia Selatan yang dikarantina di Singapura. Foto: Reuters/Edgar Su
Pada Sabtu lalu (18/4), Singapura mengalami rekor peningkatan penderita terbanyak dalam sehari, yakni 942 kasus berdasarkan penghitungan Kementerian Kesehatan Singapura (MOH). Per Senin (20/4), Singapura memiliki angka penderita terbanyak di Asia Tenggara, yakni 6.588 orang dengan 11 kematian.
Peningkatan ini tak lain karena lonjakan penderita di kalangan pekerja konstruksi asing. Pada 16 April lalu, 60 persen dari 4.400 penderita ketika itu adalah pekerja konstruksi yang kebanyakan berasal dari Asia Selatan, seperti Bangladesh dan Sri Lanka.
ADVERTISEMENT
Pemerintah Singapura mengaku kecolongan. Sektor konstruksi dengan ratusan ribu pekerja asing sedikit sekali dipantau. Mereka yang telah positif corona masih tetap bekerja karena hanya memiliki gejala ringan, jalan-jalan ke Mustafa Centre, menulari yang lain.
Suasana asrama pekerja konstruksi dari Asia Selatan yang dikarantina di Singapura. Foto: Reuters/Edgar Su
"Kita melakukan kesalahan dalam hal pekerja asing," kata mantan diplomat Bilahari Kausikan seperti dikutip Channel News Asia.
Sejak kasus corona di kalangan pekerja konstruksi asing meningkat pada 1 April lalu, pemerintah Singapura memerintahkan mereka di-lockdown di dalam asrama, seluruh pekerjaan konstruksi dihentikan.
Diberitakan South China Morning Post (SCMP), ada 323 ribu pekerja konstruksi yang tinggal di 43 asrama yang tersebar di seluruh Singapura. Pemerintah Singapura memastikan mereka tetap akan mendapatkan upah utuh selama berada di asrama.
Suasana asrama pekerja konstruksi dari Asia Selatan yang dikarantina di Singapura. Foto: Reuters/Ministry of Manpower Singapore
Pos medis juga didirikan di depan asrama untuk memeriksa kesehatan mereka. Tapi sayangnya, kondisi di dalam asrama yang justru mempermudah penyebaran corona.
ADVERTISEMENT
SCMP menuliskan, setiap asrama diisi lebih dari 1.000 orang. Beberapa pabrik dan tempat konstruksi juga disulap jadi asrama untuk mereka. Mereka tidur di tempat tidur tingkat di kamar yang diisi antara 12 hingga 20 orang.
Setiap kamar hanya punya ventilasi dengan kipas kecil di tembok atau atap. Mereka berbagi toilet dan kamar mandi yang jumlahnya minim. Hal ini dibuktikan dalam foto-foto yang diunggah Reuters.
Social Distancing mustahil dilakukan di tempat ini, menjadikannya lahan subur penyebaran virus corona.
Pekerja konstruksi dari Asia Selatan jalani pemeriksaan medis di depan asrama karantina mereka di Singapura. Foto: Reuters/Ministry of Manpower Singapore
Dalam dua hari terakhir saja, jumlah buruh konstruksi Asia Selatan yang positif corona mencapai lebih dari 90 persen dari total penderita baru.
Menurut catatan MOH, pada Sabtu (18/4), dari 942 kasus baru, ada 893 pekerja asing di asrama yang positif virus corona. Pada Minggu, dari 596 kasus baru, 544 di antaranya adalah para pekerja di asrama.
ADVERTISEMENT
"Kebanyakan penderita berusia muda, dengan sakit ringan dan diawasi di fasilitas isolasi masyarakat atau ruang perawatan rumah sakit kami. Tidak ada dari mereka yang dirawat di ICU," ujar MOH.
Suasana asrama pekerja konstruksi dari Asia Selatan yang dikarantina di Singapura. Foto: Reuters/Ministry of Manpower Singapore
KBRI Singapura menyebutkan tidak ada WNI di antara para pekerja tersebut. "Di dorm (asrama) kebanyakan pekerja asing Asia Selatan, seperti Bangladesh dan Sri Lanka," kata pejabat fungsi Konsuler KBRI Singapura Ratna Tri Lestari Harjana kepada kumparan.
Tommy Koh, pengacara Singapura dan mantan diplomat, mengatakan kondisi ini adalah "bom waktu yang menunggu untuk meledak".
"Asrama-asrama ini seperti bom waktu menunggu untuk meledak. Cara Singapura memperlakukan pekerja asing bukan Kelas Dunia Pertama tapi Dunia Ketiga," kata Tommy Koh, pengacara dan mantan diplomat Singapura, di akun Facebooknya bulan ini.
ADVERTISEMENT
"Mereka tinggal di asrama yang sesak seperti sarden, dengan 12 orang dalam satu kamar," lanjut dia lagi."
Suasana asrama pekerja konstruksi dari Asia Selatan yang dikarantina di Singapura. Foto: Reuters/Ministry of Manpower Singapore
CNN menuliskan bahwa apa yang terjadi dari Singapura menjadi pelajaran penting bagi dunia. Di kala angka penderita virus corona menurun tak terlihat stabil, ada sektor yang berpotensi mencuat jika negara lengah, entah dari luar atau dalam negeri.
"Sampai sebuah kota atau negara memastikan tidak ada lagi infeksi datang dari luar -- atau bisa dilacak dan dikendalikan dengan efektif -- dengan berkurangnya kasus lokal, bukan berarti bahaya telah berlalu," tulis CNN.
Suasana asrama pekerja konstruksi dari Asia Selatan yang dikarantina di Singapura. Foto: Reuters/Ministry of Manpower Singapore
***
Simak panduan lengkap dalam menghadapi pandemi corona dalam Pusat Informasi Corona. Sebuah inisiatif yang dirancang kumparan untuk membantu masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
***
kumparanDerma membuka campaign crowdfunding untuk bantu pencegahan penyebaran corona virus. Yuk, bantu donasi sekarang!