Sinyal Gerindra Gandeng PDIP dalam Gelaran Pilpres 2024

28 Mei 2021 8:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto, Minggu (28/3) melaksanakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Jepang H.E. Nobuo Kishi, di Tokyo, Jepang.  Foto: Dok. Kemenhan
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Prabowo Subianto, Minggu (28/3) melaksanakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Jepang H.E. Nobuo Kishi, di Tokyo, Jepang. Foto: Dok. Kemenhan
ADVERTISEMENT
Sinyal politik semakin menguat, meski pagelaran Pilpres 2024 masih kurang lebih tiga tahun lagi. Panggung-panggung politik tanah air diisi dengan dinamika prediksi 'bongkar-pasang' calon, diwarnai dengan hasil survei elektabilitas.
ADVERTISEMENT
Salah satu yang menarik perhatian adalah pernyataan Sekjen Gerindra Ahmad Muzani yang bicara soal kemungkinan koalisi Gerindra dan PDIP di Pilpres 2024.
Muzani menyebut, koalisi dua partai ini dimungkinkan mengingat Prabowo Subianto punya relasi yang baik dengan Megawati Soekarnoputri. Berangkat dari hubungan itu, Muzani menyebut bukan tidak mungkin Prabowo akan diusung oleh PDIP di Pilpres 2024.
"Itu menjadi sebuah kemungkinan adanya peluang untuk dimungkinkannya Pak Prabowo maju bersama PDIP. Tapi, sekali lagi pembicaraan tentang hal itu belum sampai pada hal detail," kata Muzani, di Hotel Sahid Jakarta, Kamis (27/5).
Muzani mengungkapkan bahwa kader Gerindra masih ingin melihat Prabowo maju untuk keempat kalinya di panggung Pilpres. Aspirasi itu disampaikan lewat dua forum di Partai Gerindra, yaitu Rapat Pimpinan Nasional dan Kongres Luar Biasa.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, kata Muzani, Prabowo meminta semua kader untuk bersabar. Ia meminta para kader memberinya kesempatan menyelesaikan tugas sebagai Menteri Pertahanan yang kini tengah dijalaninya.
Meski begitu, Muzani mengatakan para kader berharap Prabowo segera memberikan jawaban sesuai yang diharapkan para kader, yaitu bersedia jadi capres. Dengan begitu, segala upaya pemenangan bisa dimulai.
"Sampai sekarang jawaban itu belum kami dapatkan. Kami berharap Pak Prabowo bisa memberi jawaban kepada kita semua seperti yang kita harapkan, sehingga kita bisa mempersiapkan untuk proses pemenangan beliau," ucapnya.
Ahmad Muzani (kanan) saat diwawancarai wartawan usai Rapat Konsolidasi Pemenagan Pilkada Serentak di Medan, Minggu (19/1) Foto: Rahmat Utomo/kumparan
Perjanjian Batu Tulis
Romantisme di awal ini nampaknya tak bisa mengelakkan apa yang pernah terjadi di masa lalu. Perjanjian Batu Tulis, pernah menjadi penyebab renggangnya relasi antara PDIP dan Gerindra di 2014.
ADVERTISEMENT
PDIP dianggap ingkar janji dengan Gerindra karena di Pilpres 2014 mengusung Jokowi sebagai capres, bukan Prabowo Subianto, seperti yang tertera di Perjanjian Batu Tulis itu.
Tetapi nampaknya, hal itu bukanlah lagi menjadi masalah. Muzani menyebut Perjanjian Batu Tulis hanyalah bagian dari masa lalu.
"Ya momentumnya sudah lewat, waktunya sudah lewat. Jadi kita tidak ingin mengungkit, mengungkap atau mempermasalahkan masalah itu karena sebagai sebuah momentum itu sudah lewat," kata dia.
Muzani mengatakan, yang terpenting saat ini adalah berpikir ke depan agar bangsa ini lebih maju lagi ketimbang melihat persoalan masa lalu yang sudah terjadi. Apalagi, saat ini relasi PDIP dan Gerindra sudah baik.
Lukisan perupa, Djoko Susilo, berjudul Ibu Megawati Bersama Anak-anak Indonesia yang dititipkan ke Ganjar Pranowo. Foto: Dok. Istimewa
Dinilai Terlalu Pede
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion Dedi Kurnia Syah menyebut Gerindra terlalu percaya diri PDIP bakal mendukung pencalonan Prabowo sebagai capres pada Pilpres 2024.
ADVERTISEMENT
"Dengan kondisi itu, Gerindra terlalu besar kepercayaan dirinya jika PDIP akan mengusung Prabowo," kata Dedi dalam tanggapannya, Kamis (27/5).
Belajar dari pengalaman sebelumnya saat Pilpres 2014, PDIP bahkan memilih untuk mengingkari Perjanjian Batu Tulis dengan tidak mendukung pencalonan Prabowo. Saat itu, PDIP memilih mengusung Jokowi, bukan Prabowo, seperti yang tertera di Perjanjian Batu Tulis.
"Terlebih mereka punya catatan sejarah gagal menjalankan Perjanjian Batu Tulis pertama," ujarnya.
Sementara di sisi lain, Dedi menilai nilai tawar Prabowo kini semakin menurun. Jauh berbeda dengan PDIP yang nilai tawarnya masih tinggi, yang menjadikan mereka sebagai partai terkuat saat ini.
Ketua DPP PDIP Hendrawan Supratikno Foto: Rian/kumparan
PDIP Buka Suara
Anggota DPR Fraksi PDIP Hendrawan Supratikno menyebut bahwa segala sesuatu memang mungkin dalam dunia politik. Termasuk, apa yang diungkapkan Muzani terkait dengan PDIP yang mengusung Prabowo.
ADVERTISEMENT
"Politik adalah seni serba mungkin," kata Hendrawan.
Namun, dia menegaskan bahwa persoalan siapa yang bakal diusung partainya di pilpres 2024 adalah hak dari Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
"Soal paslon pilpres itu ranah hak prerogatif ketum," ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa PDIP memiliki budaya demokrasi terpimpin. Selain itu, saat ini kader PDIP tengah fokus bekerja sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing tanpa memikirkan siapa yang bakal diusung di pilpres ke depan.
"Kultur kami itu demokrasi terpimpin. Kader-kader di bawah diinstruksikan untuk bekerja riil dan tidak perlu memikirkan hal-hal pelik terkait pencalonan pilpres," kata Hendrawan.
Akankah harapan kader Gerindra terealisasi?
****
Saksikan video menarik di bawah ini: