Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Siswa didik baru di Jakarta mulai menjalani hari pertama sekolah. Kegiatan tersebut diisi dengan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) atau yang dahulu dikenal dengan sebutan Masa Orientasi Siswa (MOS).
ADVERTISEMENT
Selama ini, MOS selalu diisi dengan kegiatan perploncoan hingga bullying dari siswa senior. Belum lama ini kegiatan MOS di salah satu sekolah swasta di Palembang, Sumatera Selatan memakan korban jiwa. Korban meninggal karena kelelahan dan di tubuhnya juga terdapat luka memar.
Meski dibayangi peristiwa tersebut, ternyata siswa baru di SMAN 13 Jakarta tak khawatir menjalani MOS di sekolah barunya. Seperti yang disampaikan M Wildan Ramadhan (16), ia mengaku fisiknya sudah siap menjalani MOS di hari pertama.
“Ya fisik saya sudah siap. Tidak khawatir karena saya orangnya berani. Enggak takut kalau ada perploncoan,” kata Wildan di lokasi, Senin (15/7).
Berbeda dengan Wildan, siswa lainnya, Risya Raihana (15) mengaku sempat khawatir menjalani hari pertama sekolah. Ia yang lulus dari SMP di Al-Azhar BSD, Tangerang Selatan, khawatir karena tidak memiliki teman yang dikenal di SMAN 13 Jakarta.
ADVERTISEMENT
“Tadi pagi sempat takut, tapi hari Sabtu kemarin ketemu teman baru jadi tidak takut lagi,” kata Risya.
Namun, Risya akhirnya merasa senang dengan MOS yang ia jalani. Selain karena memiliki teman baru, siswa asal Kelapa Gading itu meresa aman karena pihak sekolah mengawasi kegiatan tersebut.
“Di sini aman tidak membuat takut. Kepala Sekolahnya menjamin tidak ada bullying atau kekerasan,” kata Risya.
Sekolah awasi MOS
Wakil Kepala SMAN 13 Jakarta, Ade Nuryaman, mengatakan, MOS diisi dengan berbagai materi sesuai ketentuan yang dikeluarkan Dinas Pendidikan DKI Jakarta. Para siswa baru juga tidak diperkenankan menggunakan atribut yang tidak lazim.
Siswa baru hanya diminta menggunakan papan nama yang ukurannya sudah ditentukan pihak sekolah. Menurutnya, selama kegiatan itu kendali berada di tangan para guru. Pihak OSIS hanya dilibatkan sebagai penghubung antara pemateri dengan siswa.
ADVERTISEMENT
“OSIS sekadar sebelum pemateri datang hanya mengabsen, tidak mengisi materi apa-apa. Setelah materi dia cari gurunya lagi. Seperti itu. Sebagai penghubung, dia tidak bisa langsung ke siswa. Kecuali ada materi khusus ke-OSIS-an. Itu semua sesuai jadwal dan di bawah pengawasan kita,” kata Ade.
Pengawasan dilakukan agar tidak ada tindakan perundungan dari senior ke junior. Hal itu tidak hanya dilakukan di dalam sekolah tapi juga luar sekolah.
“Jadi untuk menghindari bully ini kita pantau selama kegiatan ini berlangsung, termasuk juga di luar sekolah. Kita khawatirkan di dalam tidak terjadi, di luar terjadi. Ini kita siapkan tim yang akan melihat lingkungan sekitar sekolah setelah pulang sekolah,” kata Ade.
MOS sendiri akan berlangsung hingga Rabu (17/7). Kegiatan diawali dengan apel pagi pukul 06.30 WIB dan dilanjutkan dengan berbagai materi hingga pukul 15.00 WIB.
ADVERTISEMENT