Siti Zuhro: Pemilu 2024 Paling Mengkhawatirkan, Penguasa Cawe-cawe Luar Biasa

19 April 2024 18:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti Ahli Utama BRIN, Prof R Siti Zuhro usai hadiri Diskusi Kedai Kopi, Minggu (18/12).
 Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti Ahli Utama BRIN, Prof R Siti Zuhro usai hadiri Diskusi Kedai Kopi, Minggu (18/12). Foto: Aprilandika Pratama/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Peneliti senior Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Siti Zuhro, menyebut bahwa penyelenggaraan Pilpres 2024 yang paling mengkhawatirkan dibandingkan pemilu-pemilu sebelumnya sejak era reformasi.
ADVERTISEMENT
“Pengalaman 6 kali pemilu era reformasi sejak pemilu pertama kali tahun '99, sampai 2024, pemilu 2024 ini merupakan pemilu yang sangat amat mengkhawatirkan,” kata Zuhro di kegiatan Sidang Pendapat Rakyat untuk Keadilan Pemilu 2024 oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah di Menteng, Jakarta, Jumat (19/4).
Selain mengkhawatirkan, Zuhro menyebut Pemilu 2024 ini juga membahayakan. Alasannya, karena ada cawe-cawe yang luar biasa oleh penguasa kepada sejumlah lembaga baik penegak hukum hingga penyelenggara pemilu.
“Penguasa memang bukan incumbent yang sedang mencalonkan diri, tapi justru cawe-cawe jauh luar biasa ketimbang incumbent ketika mencalonkan dirinya tahun 2019,” ungkapnya.
Suasana kegiatan Sidang Pendapat Rakyat untuk Keadilan Pemilu 2024 oleh Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik PP Muhammadiyah di Menteng, Jakarta, Jumat (19/4/2024). Foto: Luthfi Humam/kumparan
Lebih lanjut, Zuhro juga menyebut bahwa nepotisme dari penguasa itu adalah untuk melanggengkan kekuasaan saat ini dengan menaruh Gibran Rakabuming Raka, putra sulung Jokowi, sebagai cawapres.
ADVERTISEMENT
Zuhro mencontohkan politisasi bansos yang dianggap menjadi salah satu faktor kemenangan Paslon 02.
“Kata kuncinya sangat jelas yaitu maintaining power, atas nama lanjutkan kekuasaan yang ada maka tak bisa dirinya sendiri dengan tiga periode yang ada adalah anaknya pun harus jadi,” tegasnya.
“Ambisi penguasa yang seperti ini yang membuat pemilu berjalan distortif, targetnya satu putaran, pokoke menang, yang penting berkuasa dan melanjutkan mimpi dirinya apa pun dilakukan sampai melakukan politisasi-politisasi hampir di semuanya,” tandasnya.