Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Situasi Kian Tegang akibat Perang Geng Narkoba, Ekuador Kerahkan Tentara
3 November 2022 14:17 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Presiden Ekuador, Guillermo Lasso, menyatakan keadaan darurat selama 45 hari di seluruh Provinsi Guayas dan Provinsi Esmeraldas pada Selasa (1/11). Alhasil, jam malam dari pukul 9 malam hingga 5 pagi pun berlaku di wilayah barat negara tersebut.
Sekolah-sekolah diberhentikan di sejumlah daerah, sedangkan kebebasan bergerak dan berkumpul dibatasi. Setelah menjadi pusat pembantaian yang melanda jalanan dan penjara sejak tahun lalu, keheningan dan ketegangan kini menyelimuti Kota Guayaquil.
Penduduk setempat menyadari bahaya yang membayangi jalanan. Salah satunya adalah kepala perusahaan penerbitan lokal berusia 36 tahun, Jorge Arguello. Dia tak meninggalkan rumah usai melihat motor yang terkait geng dan pembunuh bayaran berkeliaran.
Menteri Dalam Negeri Ekuador, Juan Zapata, menyebut operasi anti-kejahatan di kota berpenduduk 2,8 juta orang itu menghasilkan 28 penangkapan pada Rabu (2/11). Selama beroperasi, otoritas menyita senjata, amunisi, hingga bahan peledak.
"Menakutkan untuk keluar," ungkap warga Guayaquil berusia 37 tahun yang tak menyebutkan nama lengkapnya karena takut akan pembalasan, Elizabeth, dikutip dari AFP, Kamis (3/11).
ADVERTISEMENT
Lasso menilik urgensi atas keadaan darurat setelah rentetan serangan kelompok kejahatan terorganisir pada Selasa (1/11). Geng-geng yang meletuskan perang narkoba ini melancarkan sembilan serangan dengan senjata api dan bahan peledak, termasuk bom mobil.
Mereka menghantam 18 sasaran di Kota Guayaquil di Provinsi Guayas, serta Kota Duran di Provinsi Esmeraldas di sepanjang perbatasan dengan Kolombia. Target serangan mereka beragam dari polisi, instalasi gas, klinik, hingga terminal bus.
Mereka menewaskan delapan orang, termasuk lima polisi. Dua petugas lainnya turut mengalami cedera. Serangan pertama menyasar sebuah mobil patroli di Kota Guayaquil. Dua petugas polisi tewas dalam serangan senjata api pada dini hari tersebut.
Tiga petugas lainnya lalu ditembak mati di hari yang sama di pelabuhan di Kota Duran. Serangan terpisah menyebabkan dua polisi lainnya terluka di sebuah kantor polisi di kota tersebut.
ADVERTISEMENT
Narapidana turut menyandera delapan sipir di Kota Esmeraldas. Para sipir kemudian dibebaskan tanpa kabar mengenai kondisi mereka. Sehari sebelumnya, dua mayat tanpa kepala ditemukan digantung di jembatan penyeberangan di Esmeraldas.
Rangkaian kekerasan ini merupakan balasan atas pemindahan sekitar 200 narapidana dari penjara Guayas 1 yang dikendalikan geng narkoba di Kota Guayaquil. Dalam bentrokan di penjara tersebut, dua napi tewas dan enam lainnya terluka.
Penjara Guayas 1 merupakan salah satu lokasi utama pembantaian di penjara sejak Februari 2021. Sekitar 400 napi telah tewas, termasuk dengan dipenggal atau dibakar, dalam kerusuhan di penjara Ekuador.
Sementara itu, 61 polisi telah tewas dalam bentrokan sejak tahun lalu. Tingkat pembunuhan meningkat hampir dua kali lipat menjadi 14 kasus per 100.000 penduduk di Ekuador pada 2021. Angka ini mencapai 18 kasus per 100.000 antara Januari dan Oktober 2022.
ADVERTISEMENT
"Tindakan sabotase dan terorisme ini adalah deklarasi perang terbuka," tegas Lasso, merujuk pada serangan pada Selasa (1/11).
Ekuador pernah menjadi negara tetangga yang relatif damai bagi produsen kokain utama, Kolombia dan Peru.
ADVERTISEMENT
Negara tersebut kemudian menyaksikan gelombang tindak kejahatan yang dikaitkan dengan pertempuran geng narkoba yang bersaing. Mereka diyakini memiliki koneksi dengan kartel narkoba di Meksiko.
Selama beberapa tahun terakhir, Ekuador berubah dari sekadar rute transit narkoba menjadi pusat distribusi penting. Amerika Serikat (AS) dan Eropa adalah tujuan utama pengedaran narkoba dari Amerika Latin. Ekuador pun mencatat rekor baru penyitaan narkoba.
Penegak hukum menyita 210 ton narkoba yang sebagian besarnya adalah kokain pada 2021. Otoritas kemudian menyita hingga 160 ton narkoba pula sejak awal 2022.
ADVERTISEMENT
"Bangsa ini tercengang dengan tindakan mafia perdagangan narkoba, yang bersama-sama dengan pembunuh bayaran dan penjahat biasa berusaha menakut-nakuti warga Ekuador," ujar Menteri Pertahanan Ekuador, Luis Lara.