Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sebuah pesan pribadi terkirim ke Fauzan Al-Rasyid, Jumat siang, 17 Juni 2022. Pesan itu berasal dari akun Twitter @Chanecha022. Di dalamnya, terdapat link Google Drive berjudul “Panen Banyak (1/3)” yang berisi 25 folder. Tiap folder berjudul nama orang. Artinya, ada 25 nama di dalam G-Drive tersebut.
“Saya nemu ini di [grup] Telegram belajar bareng,” kata @Chanecha022 kepada Fauzan, yang kemudian menunjukkan isi DM itu ke kumparan, Jumat (24/6).
Fauzan merupakan influencer pendidikan yang aktif di Twitter. Ia kerap berbagi motivasi dan tips mengerjakan soal Bahasa Indonesia kepada 250 ribu pengikutnya yang mayoritas pelajar.
Fauzan awalnya tak langsung melihat pesan yang dikirim @Chanecha022 karena ia sedang bersiap jumatan. Sore harinya, barulah ia mengecek pesan tersebut. Ketika itu, @Chanecha022 rupanya sudah mengeluarkan deretan cuitan di Twitter. Salah satunya disertai link serupa dengan yang dikirim ke Fauzan.
“Isinya foto-foto ujian UTBK kemarin. Sedih banget udah belajar serius masih bisa ya ada yang curang,” cuit @Chanecha022. Akun itu baru dibuat Juni 2022.
Sejak saat itu, skandal kecurangan UTBK SBMPTN 2022 menjadi perbincangan di jagat maya. Bukti berupa foto-foto puluhan soal UTBK yang dipotret di depan layar komputer, di dalam ruangan ujian, beredar luas. Mama-nama peserta yang diduga curang pun terpampang di lembar soal.
Semua itu berasal dari folder yang disebar @Chanecha022 hanya tujuh hari menjelang pengumuman resmi hasil SBMPTN 2022 pada 23 Juni. Adapun pelaksanaan UTBK digelar dalam dua gelombang pada 17 Mei sampai 3 Juni.
Kasus-kasus kecurangan terus bermunculan tiap tahun, dan bukti yang terungkap tahun 2022 merupakan yang paling telak. Menurut Fauzan yang setiap tahunnya menerima keluhan dari para pengikutnya, skandal kecurangan UTBK tahun ini benar-benar parah.
“Saya tidak pernah melihat bukti yang sekonkret ini. [Tahun-tahun] sebelumnya, [kalau ada] bukti, hanya chat. Enggak pernah [foto] dari ruang ujian. Apalagi buktinya langsung sebanyak ini,” kata Fauzan.
Dari bukti foto yang ada di link tersebut, terindikasi lokasi ujian berada di UPN Veteran Yogyakarta. Ini terlihat dari salah satu foto yang memperlihatkan logo UPNVY. Begitu pula pada nomor ujian masing-masing peserta, tertera kode 363 yang notabene kode pusat UTBK di UPNVY.
Melalui Fauzan, kumparan mencoba mengkonfirmasi kebenaran bukti-bukti itu kepada seorang peserta UTBK yang namanya ada di salah satu folder.
Ardi membenarkan namanya tercantum pada salah satu folder di link Google Drive yang tersebar. Artinya, ia diduga melakukan kecurangan. Namun, Ardi mengatakan tak tahu bahwa hal yang ia lakukan adalah praktik perjokian—sampai mendadak hal itu jadi viral.
“Orang dari sananya [joki] enggak pernah jelaskan apa pun sama saya tentang sistemnya. Saya nggak tahu kalau sistemnya adalah joki,” kata Ardi yang meminta namanya disamarkan.
Menurut Ardi, ia tak tahu apa-apa karena orang tuanyalah yang mengatur semua hal, termasuk koordinasi dengan orang yang ternyata joki.
Pemilihan UPN Veteran Yogyakarta sebagai lokasi ujian pun bukan kehendak Ardi. Apalagi ia tidak berdomisili di Yogya. Hal tersebut diatur oleh joki.
Ardi tak mengerti alasan UPN Veteran Yogyakarta dipilih sebagai tempat UTBK. Ardi hanya mengikuti apa yang sudah diatur oleh joki. Total ada 3.728 peserta UTBK yang memilih UPN Veteran Yogyakarta sebagai lokasi ujian SBMPTN.
Foto soal-soal ujian yang ada dalam folder berjudul namanya, ujar Ardi, difoto oleh dirinya sendiri dengan menggunakan ponsel. Namun, Ardi tak menjawab gamblang ketika ditanya bagaimana ia bisa dengan mudah memotret soal ujian.
Ardi hanya menyiratkan bahwa ruangan ujian seakan sudah dikondisikan, misalnya “Semua orang [di foto-foto dalam G-Drive] pakai kemeja flanel.”
Dari sejumlah foto yang kebetulan memperlihatkan tangan peserta ujian, banyak di antaranya memang mengenakan kemeja flanel. Pakaian tersebut disinyalir menjadi kode bahwa peserta terkait merupakan bimbingan joki.
LTMPT membenarkan foto-foto tersebut diambil di UPN Veteran Yogyakarta. Rektor UPNV Prof. Dr. M. Irhas Effendi M.Si. langsung melaporkan dugaan kecurangan UTBK di kampusnya, tak lama setelah bukti-bukti fotonya viral di media sosial.
“[Rektor] melaporkan kejadiannya seperti apa, [karena] yang tahu persis kan beliau-beliau yang ada di lapangan,” kata Direktur Eksekutif LTMPT Prof. Dr. Budi Prasetyo Widyobroto kepada kumparan, Kamis (23/6).
Budi menjelaskan, peserta UTBK memang bisa memilih lokasi ujian, semisal di UPN Veteran; tetapi mereka tidak dapat memilih ruangan maupun sesi ujian karena keduanya diacak.
Pengacakan itu sering kali membuat banyak peserta yang berniat curang memilih tempat ujian yang mereka anggap tak terlalu ketat pengawasannya, seperti di universitas di luar Jawa.
Data LTMPT menunjukkan, mayoritas peserta yang menggunakan jasa joki memilih program studi favorit yang relatif sulit ditembus, semisal kedokteran.
Koordinator Perhimpunan Pendidikan dan Guru, Satriwan Salim, menilai ada indikasi keterlibatan panitia pengawas apabila seluruh foto praktik joki diambil dari tempat yang sama.
“Patut diduga ada kerja sama dengan oknum panitia, ada kongkalikong, sehingga sistem perjokian membaca ada kelemahan penyelenggara di lokasi tersebut,” kata Satriwan.
“Bisa jadi pengawasnya dari mereka [joki] juga, sudah dikondisikan,” timpal Fauzan.
kumparan menghubungi dan mendatangi kantor Rektor UPN Veteran Yogyakarta, Irhas Effendi, pada 23 dan 24 Juni untuk mengklarifikasi soal ini. Namun sampai berita ini diturunkan, Irhas belum merespons.
Berdasarkan laporan Rektor UPN Veteran Yogyakarta kepada LTMPT, para peserta yang mengikuti ujian dengan bantuan joki terlebih dahulu dikumpulkan di sebuah hotel dan menginap di sana.
Sampai akhirnya menjelang salah satu sesi ujian, panitia UPNVY memergoki tiga peserta yang mencurigakan. Ketiganya diamankan sebelum ujian berlangsung.
“Ada yang [sudah] setor Rp 20 juta [ke joki, ada yang] Rp 50 juta,” kata Budi.
Kepada panitia pengawas, mereka mengaku dibekali alat khusus yang ditempel di telinga, dan sebuah kamera yang memungkinkan joki untuk melihat soal. Dengan bantuan alat-alat itu, peserta ujian menjawab soal sesuai arahan joki.
“Dia [peserta] dengar [arahan joki] lewat earphone, nanti [diberi tahu jawaban] nomor berapa, tinggal klik,” ucap Budi.
Modus joki semacam itu juga ditemukan saat UTBK di Universitas Negeri Jakarta pada 18 Mei. Ada empat peserta SBMPTN 2022 menggunakan alat bantu dengar yang dipasang di kuping. Modus ini diketahui saat para peserta diperiksa dengan metal detector.
“Jadi seolah-olah seperti alat dengar tunarungu,” kata Ketua Pusat UTBK UNJ, Prof. Dr. Suyono, M.Si.
Joki Melek Teknologi
Praktik joki saat ini, ujar Budi, berbeda dengan yang dulu. Dahulu saat masih ujian konvensional, joki berada dalam ruang ujian menggantikan peserta. Sementara saat ini, joki “hadir” di ruang ujian melalui teknologi.
“... kamera disamarkan di kancing. Yang hebat itu [kamera ditaruh] di masker,” ucap Budi.
Joki tidak lagi datang langsung ke ruangan ujian menggantikan peserta, namun “menempel” pada peserta lewat alat-alat canggih yang diam-diam dipasang di bagian tubuh atau pakaian peserta.
Dalam kasus kecurangan di UPN Veteran Yogyakarta, Budi tak menjelaskan bagaimana para peserta bisa leluasa memotret soal-soal di layar komputer di hadapan mereka. Ia hanya mengatakan bahwa saat pemeriksaan, satu dari tiga peserta yang kepergok itu kedapatan membawa hard disk eksternal.
Selanjutnya ketika hard disk tersebut dibuka panitia pengawas, ketahuanlah terdapat 11 peserta lain yang berada dalam satu grup joki dengan mereka. Dengan demikian, total peserta yang terbukti curang dan diamankan panitia sebanyak 14 orang. Beberapa di antaranya sudah mengikuti ujian, sedangkan sisanya belum.
Jumlah peserta yang ketahuan curang itu berbeda dengan jumlah nama pada link Google Drive yang beredar di medsos. Dalam link tersebut, ada 25 nama peserta yang terindikasi curang. Itu pun baru bagian pertama, seperti tertera pada judulnya— “Panen Banyak (1/3)”.
Artinya, masih ada nama-nama lain yang termuat di bagian kedua dan ketiga, seperti sempat dikatakan @Chanecha022 sebelum akunnya menghilang.
“Buat yang pengen [tahu] part 2 dan 3, aku nggak bisa bagiin, tapi sudah ada yang pegang. Isinya daftar semua peserta yang curang…” tulis @Chanecha022. Ia menyebut dirinya menerima ancaman sehingga menghapus akun.
Menurut Budi, para peserta pada link Google Drive yang beredar belum tentu terbukti kebenarannya.
“Sisa peserta lain [di luar 14 orang] itu identitasnya enggak jelas,” ucapnya.
Bagaimanapun, Ketua LTMPT Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari mengakui adanya kelalaian pengawas yang membuat sejumlah peserta bisa leluasa memotret soal-soal. Padahal, jelas-jelas aturan UTBK melarang peserta membawa HP ke ruang ujian.
Apabila sistem pengawasan dilakukan sesuai standar, ujar Ashari, seharusnya para peserta tidak bisa memfoto. Ini karena sebelum masuk ruangan ujian, mereka harus melalui pemeriksaan metal detector plus pengecekan manual oleh panitia pengawas.
Skandal kecurangan UTBK di UPN Veteran Yogyakarta memunculkan isu bahwa para pengawas ujian berada dari luar kampus. Namun Budi menampiknya. Ia menegaskan, pengawas yang bertugas saat UTBK di UPNVY merupakan dosen dan tenaga kependidikan di kampus tersebut.
Mengenai kelalaian pengawas tersebut, LTMPT telah meminta UPN Veteran Yogyakarta untuk mengevaluasinya.
“Kewenangan sudah kami berikan ke masing-masing pusat UTBK. Kami juga minta laporan dari Rektor UPN dalam rangka itu. Dia harus melakukan evaluasi internal,” jelas Budi.
Sementara Rektor UPN Veteran Yogyakarta Prof. Dr. M. Irhas Effendi M.Si. belum merespons pesan kumparan, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama UPNVY Dr. Ir. Singgih Saptono, MT—meski enggan menanggapi—membenarkan bahwa Rektor UPNVY telah ke Jakarta untuk menjelaskan kasus dugaan kecurangan itu.
“[Sesungguhnya] UTBK bukan urusan saya. Saya enggak paham,” ucap Singgih, mengelak.
Secara terpisah, Kasubag Kerjasama dan Humas UPNVY Markus Kusnadijanto menyatakan, UPN Veteran Yogyakarta akan menjelaskan kasus kecurangan UTBK pada Rabu, 29 Juni.
Mengendalikan Laptop Peserta
Menjamurnya praktik joki ujian terlihat dari banyaknya penawaran di media sosial. kumparan mencoba menghubungi salah satu joki yang menawarkan jasa via Telegram. Dalam iklannya, joki tersebut—Reza—menjamin 100% siswa akan lolos masuk PTN melalui jalur UTBK atau mandiri.
Ia mengeklaim bisa membantu calon-calon mahasiswa masuk ke beberapa PTN top seperti Universitas Indonesia, Universitas Padjadjaran, Universitas Diponegoro, dan Institut Pertanian Bogor, melalui jalur mandiri.
Reza berani menawarkan jasa joki lantaran ujian mandiri di beberapa PTN dilakukan secara online. Artinya, peserta bisa mengikuti ujian dari mana saja. Ini menjadi celah bagi para joki untuk leluasa beraksi.
Tarif yang dipatok Reza tergantung pada program studi yang diinginkan. Untuk jurusan sosial humaniora dan hukum, Reza memasang tarif Rp 30 juta sampai Rp 50 juta. Apabila tarif telah disepakati, peserta akan berkoordinasi dengan Reza dan timnya via WhatsApp.
Beberapa hari sebelum ujian, peserta akan bertemu dengan Reza atau timnya untuk menentukan lokasi tes pada hari H ujian. Saat itu, peserta juga harus menyetor down payment sekitar Rp 2 juta.
“Rp 2 juta ini untuk [biaya] operasional tim saya. Pelunasannya setelah ada pengumuman [kelulusan],” kata Reza.
Ia mengatakan, anggota timnya yang akan membantu peserta mengikuti ujian mandiri online sebanyak 6-7 orang. Mereka terdiri dari mahasiswa dan tenaga kependidikan. Tim joki tersebut akan standby di tempat peserta mengerjakan ujian mandiri.
Sebelum ujian, laptop peserta akan dipasangi alat khusus agar bisa dikendalikan dari laptop joki. Saat ujian berlangsung, peserta hanya perlu berpura-pura mengerjakan soal sambil dimonitor panitia via Zoom. Padahal sesungguhnya yang mengerjakan adalah tim joki.
Reza meyakinkan cara tersebut aman dan tak terdeteksi pengawas. Ia bahkan mengeklaim telah berhasil meloloskan sejumlah peserta ke universitas negeri ternama di Jawa Barat dan Jawa Tengah.
“Peserta tetap bawa laptop. [Ada] alat dari kami, nanti kami sambungkan dari laptop peserta ke komputer kami. Peserta tetap on-cam, pura-pura mengerjakan, mencoret-coret, nanti [soal ujian] dikerjakan dari komputer lain,” jelas Reza.
Mencermati tata tertib ujian online di beberapa PTN, modus itu memang bukan tak mungkin berhasil. Sebab, sebelum ujian berlangsung, panitia pengawas “hanya” meminta peserta untuk memperlihatkan kondisi ruangan tempat ia mengerjakan soal untuk memastikan dia mengerjakan sendiri soal tersebut.
Pakar keamanan siber Alfons Tanujaya berpendapat, ujian masuk perguruan tinggi negeri secara daring dari rumah memang rentan kecurangan. Meski peserta diminta selalu menyalakan kamera, terdapat sudut-sudut tertentu yang tak terjangkau kamera. Ditambah lagi terdapat sejumlah aplikasi remote access yang bisa mengendalikan laptop dari jarak jauh.
“Ujian dari rumah, walau diawasi seperti apa pun, sangat sulit untuk diamankan dengan baik… sebab hanya mengandalkan kamera, baik dari komputer atau handphone. Padahal ada yang tidak terpantau kamera,” ujar Alfons.
Menurutnya, potensi kecurangan ujian mandiri online jarak jauh bahkan lebih besar ketimbang UTBK yang berlangsung di tempat-tempat tertentu yang telah ditentukan. Namun, kerawanan tersebut dapat diminimalisir dengan soal ujian berbentuk esai.
“Kalau bentuk soalnya multiple choice, seketat apa pun pengawasannya, sangat meragukan autentisitasnya,” ucapnya.
Demi Gengsi Perguruan Tinggi Negeri
Layaknya hukum pasar, maraknya praktik joki saat ujian masuk PTN tak lepas dari besarnya permintaan. Fauzan menilai, calon-calon mahasiswa maupun orang tua menganggap masuk ke PTN adalah sebuah gengsi.
Padahal, menurut Fauzan, daripada duit segepok dihabiskan untuk membayar mahal joki, lebih baik dipakai untuk menguliahkan anak ke universitas swasta bonafide, termasuk yang berada di luar negeri.
“Masuk PTN di kampus top, apalagi lewat seleksi, merupakan sebuah prestise. Padahal belum tentu kuliahnya lancar. Tetap saja ada tantangan,” kata Fauzan.
Plt. Dirjen Diktiristek Kemendikbud, Nizam, menyebut bahwa suburnya perjokian bersumber pada rasa tidak percaya diri peserta.
“Pakai joki, lolos [PTN], tapi nanti kuliahnya keteteran, akhirnya bisa DO (drop out). Lebih baik jujur, percaya diri sendiri. Joki belum tentu lebih pandai dari Anda,” ucap Nizam.
LTMPT menegaskan, seluruh peserta yang namanya tercantum di link G-Drive “Panen Banyak” sudah pasti didiskualifikasi. Total ada sekitar 200 peserta yang didiskualifikasi pada UTBK 2022 karena terbukti curang.
Di sisi lain, Fauzan menganggap sanksi diskualifikasi tidak menimbulkan efek jera. Ia mengusulkan peserta UTBK yang terbukti curang dimasukkan ke daftar hitam (blacklist) di seluruh PTN. Dengan cara ini, diharapkan calon peserta UTBK di tahun-tahun mendatang akan berpikir berulang kali untuk menggunakan joki.
“Setidaknya kalau tidak bisa memberantas dari sisi jokinya, bisa meminimalisir dari sisi peserta [yang curang]. Ibaratnya, kalau tidak ada permintaan, ya tidak ada penawaran [joki] karena peserta sudah takut duluan, kalau pakai joki bisa di-blacklist dari seluruh PTN,” tutup Fauzan.