Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.104.0
SMA Frateran Surabaya soal Siswa SMP Angelus Custos Tewas Tersetrum: Kecelakaan
11 Mei 2025 15:19 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
ADVERTISEMENT
SMA Katolik Frateran Surabaya buka suara soal insiden tewasnya siswa kelas IX SMP Katolik Angelus Custos Surabaya berinisial SSH (15 tahun).
ADVERTISEMENT
Korban tewas diduga tersengat listrik kabel AC saat kerja kelompok di rooftop lantai IV SMA Frateran Surabaya. SMP Katolik Angelus Custos Surabaya dan SMA Katolik Frateran Surabaya masih berada dalam satu area sekolah.
Ketua Tim Advokasi Ikatan Alumni (IKA) Yayasan Mardi Wiyata, Tjandra Sridjaja, menjelaskan insiden ini bermula saat korban dan lima temannya latihan ujian praktik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK) di kawasan sekolahnya.
"Tanggal 24 Maret malam dia minta izin (ke guru SMP Katolik Angelus Custos) setelah pulang sekolah dia akan latihan uprak (ujian praktik) di rumahnya Chelsea (rekan korban). Kemudian dijawab oleh guru 'kalau bisa besok saja tanggal 25 di sekolah'," jelas Tjandra saat dikonfirmasi, Minggu (11/5).
ADVERTISEMENT
Kemudian, guru SMP Katolik Angelus Custos memerintahkan penjaga sekolah menyiapkan fasilitas untuk korban dan teman-temannya yang hendak latihan ujian praktik tersebut. Tempat yang disiapkan saat itu adalah ruang laboratorium sekolah.
"Di tanggal 25 Maret pagi jam 08.00 WIB lab dibuka. Namun tidak digunakan sampai jam 17.00 WIB sore, dikunci. Tanggal 26 Maret dibuka lagi dari jam 08.00 WIB pagi jam 17.00 WIB sore enggak dipakai, begitupun tanggal 27 Maret," ungkapnya.
Lalu, pada tanggal 28 Maret 2025 yang bertepatan libur Nyepi, korban dan teman-temannya tiba-tiba datang ke sekolah. Sekolahnya ketika itu seharusnya tutup.
"Anak-anak itu inisiatifnya sendiri dan korban adalah ketua tim dari uprak ini. (Mereka) datang ke sekolah SMP, harusnya bisa latihan di halaman SMP," terangnya.
ADVERTISEMENT
Ketika mereka tiba di sekolah, salah satu teman korban mengajak untuk naik ke rooftop lantai IV SMA Katolik Frateran. Mereka masuk melewati pintu belakang sekolah lantaran gerbang utama ditutup.
"Dari pintu asrama (belakang) naiklah ke rooftop lantai empat ini," ucapnya.
Tjandra mengatakan, berdasarkan rekaman CCTV di rooftop, korban dan teman-temannya terlihat latihan ujian praktik di area gazebo.
Lalu, korban tiba-tiba beranjak dari lokasi dan hendak melewati pagar yang berada di dekat instalasi AC.
"Enggak tahu kenapa, korban mencoba melewati pagar ke tempat AC. Karena tidak bisa, akhirnya dia memilih lewat pagar samping. Di situ, dia sudah terekam tidak menggunakan sepatu," katanya.
Ketika itu terdapat genangan air di dekat AC karena baru saja diguyur hujan. Kemudian korban diduga menginjak kabel listrik yang terkelupas. Sementara, teman-temannya awalnya tidak mengira korban tersengat listrik.
"Waktu kesetrum tangannya dia pegang besi (dekat lokasi AC). Temannya masih mengira (korban) bermain-main," ucapnya.
ADVERTISEMENT
Korban sempat berteriak dan langsung ditolong temannya lalu dibawa ke Rumah Sakit Adi Husada Surabaya.
Tjandra menyebut pihak sekolah belum bisa memastikan apakah korban meninggal dunia di sekolah atau di rumah sakit.
"Karena pada waktu itu rumah sakit sudah menawarkan untuk autopsi. Namun, keluarga korban menolak karena kepercayaan dan mereka menerima sebagai musibah," ujarnya.
Klaim Tak Ada Unsur Pidana
Tjandra menyebut insiden ini merupakan musibah dan mengeklaim, tidak ada unsur pidana berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan pihak sekolah.
"Dari CCTV yang kami lihat dan bukti yang ada, kami tidak melihat adanya unsur pidana. Ini semua betul-betul kecelakaan," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, ayah korban, Tanu Hariadi, menceritakan peristiwa itu terjadi pada tanggal 28 Maret 2025. Ketika itu, sekolah sedang libur namun anaknya pergi ke sekolah bermaksud untuk mengerjakan tugas kelompok ujian praktik Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (PJOK).
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 11.23 WIB, korban dan teman-temannya berkumpul di sekolah. Mereka melihat tangga menuju kelasnya ditutup, dan lapangan sekolah saat itu dipakai oleh siswa SMA Katolik Frateran untuk kerja kelompok.
Korban dan teman-temanya kemudian memutuskan untuk kerja kelompok PJOK di rooftop lantai IV SMA Katolik Frateran.
Lalu, korban berjalan ke tepi rooftop dekat AC. Korban diduga hendak meletakkan ponsel berniat merekam kegiatan mereka, lalu korban diduga tanpa sengaja menginjak kabel AC yang terkelupas kemudian tersengat listrik.
"Teman-temannya bersaksi, putra saya sempat berteriak 'Aku kesetrum!' lalu mematung selama sekitar 40 detik sebelum akhirnya terjatuh dan kepalanya terbentur pagar," ujar Tanu kepada wartawan, Rabu (7/5).
Korban kemudian dilarikan ke RS Adi Husada Undaan Wetan Surabaya oleh teman-temannya, namun nyawanya tak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia pukul 12.35 WIB.
ADVERTISEMENT
Pihak Sekolah Tidak Menanggapi Keluarga Korban
Pada 7 April 2025, pihak keluarga mendatangi sekolah bermaksud untuk menanyakan kronologi kejadian itu namun tidak ada tanggapan. Pihak keluarga akhirnya menanyakan kejadian tersebut ke teman-teman korban.
Merasa tidak ada itikad baik dari sekolah, pihak keluarga korban melaporkan kejadian tersebut ke Polrestabes Surabaya.
Laporan itu dilayangkan pada 10 April 2025 dan diterima oleh SPKT dengan nomor laporan STTLPM/549/IV/2025/SPKT/Polrestabes Surabaya.
Kata Polisi
Kasi Humas Polrestabes Surabaya, AKP Rina Shanty Dewi, mengatakan bahwa pihaknya tengah memeriksa sejumlah saksi atas peristiwa tersebut.
"Sudah dilakukan klarifikasi saksi-saksi sebanyak 5 orang termasuk dari pihak sekolah," kata Rina.