Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Direktur Eksekutif SMRC, Sirojudin Abbas, menjelaskan sebanyak 87 persen responden tidak setuju atau sangat tidak setuju jika presiden tidak dipilih langsung oleh rakyat, melainkan dipilih oleh anggota MPR.
“Dari Mei 2020 ke September 2021, yang menolak presiden dipilih MPR naik dari 85 persen menjadi 87 persen,” kata Abbas dalam siaran persnya, Jumat (15/10).
Ia menuturkan, dengan kata lain, mayoritas warga menginginkan sistem pemilihan langsung, di mana setiap warga yang memiliki hak suara bisa memilih calon presiden dan wakil presiden yang dikehendakinya.
SMRC menemukan aspirasi agar presiden kembali dipilih oleh MPR tidak mendapatkan dukungan publik. Yang setuju atau sangat setuju dengan pandangan tersebut hanya 10 persen responden.
Penolakan pada perubahan sistem pemilihan presiden ini tampak solid dan kuat di semua kelompok politik dan demografi.
ADVERTISEMENT
“Gagasan tentang presiden tidak dipilih langsung tapi dipilih oleh MPR ditolak oleh mayoritas warga di setiap pendukung partai maupun berbagai lapisan masyarakat,” tandas Abbas.
Survei opini publik ini digelar 15 - 21 September 2021 melalui tatap muka atau wawancara langsung dengan sampel sebanyak 1.220 responden dipilih secara acak (multistage random sampling).
Margin of error survei dengan ukuran sampel tersebut diperkirakan sebesar ± 3,19 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen (asumsi simple random sampling).
=====================
Ikuti survei kumparan dan menangi e-voucher senilai total Rp 3 juta. Isi surveinya sekarang di kum.pr/surveinews