Soal Jakarta yang Masuk 20 Kota Termahal di Dunia

14 April 2021 15:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan melihat telepon selulernya dengan latar belakang gedung bertingkat di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan melihat telepon selulernya dengan latar belakang gedung bertingkat di kawasan Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta. Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Jakarta masuk dalam jajaran kota termahal di dunia. Dalam Bank penelitian Julius Baer’s Global Wealth and Lifestyle Report 2021, Jakarta kini menempati posisi ke-20 sebagai kota termahal di dunia.
ADVERTISEMENT
Peringkat kota termahal salah satu indikatornya diukur dari harga barang-barang mewah yang dibeli oleh individu dengan kekayaan bersih tinggi dan sangat tinggi.
Peringkat Jakarta bahkan mengalahkan Sao Paulo, Mumbai, Mexico City, Vancouver, dan Johannesburg. Sementara posisi pertama diisi oleh Shanghai, kedua Tokyo, dan ketiga Hong Kong.
Mendengar hasil penelitian itu, Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengaku heran kenapa Jakarta masuk dalam kota termahal.
"Saya baru dengar, nanti saya cek. Setahu saya kota-kota termahal, mohon maaf di London. Jadi, kalau termahal ke London, ke Hong Kong. Kalau Jakarta mahal, saya baru dengan, nanti saya cek," ujar Riza di Balai Kota, Selasa (13/4).
Wakil Gubernur Provinsi DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria saat melakukan peninjauan sejumlah fasilitas umum yang rusak usai demo di Jakarta. Foto: PPID DKI JAKARTA
Dia menyebut akan melihat detail hasil survei itu. Menurutnya, harus ada data komprehensif untuk membuktikan hal tersebut.
ADVERTISEMENT
"Nanti kita cek kenapa dia katakan mahal, indikatornya apa, parameter, sudut mana yang dilihat. Jadi, sekarang kalau melihat data itu harus komprehensif, harus bijak. Data apa yang disampaikan, sumbernya apa, bahkan harus tahu tujuannya," tuturnya.
Deretan gedung bertingkat di kawasan Jakarta Selatan. Foto: Dhemas Reviyanto/ANTARA FOTO
Menurutnya, sejauh ini harga-harga di Jakarta terkendali. Semuanya sesuai dengan kemampuan hidup warga di Jakarta.
"Tujuannya positif atau negatif atau sekadar memberikan informasi, atau ada tujuan tertentu. Harga-harga terjangkau dengan baik, tidak ada yang mahal di Jakarta, semua sesuai kemampuan kita," lanjutnya.
Sementara itu, DPRD DKI ikut merespons peringkat Jakarta ini. Anggota Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta Gilbert Simanjuntak menilai Jakarta tak lagi cocok ditinggali kalangan dengan ekonomi rendah. Padahal dalam kenyataannya masih banyak warga Jakarta yang memiliki ekonomi di bawah.
Foto udara gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Foto: Aditya Pradana Putra/ANTARA FOTO
"Jakarta kota termahal berarti sudah tidak layak untuk ditinggali orang miskin. Indikator yang digunakan survei tersebut, antara lain sepeda yang dinilai sebagai barang mahal. Bisa dimaklumi kalau Jakarta masuk karena sepeda laku keras dan habis di pasaran termasuk sepeda harga Rp 80 juta-an," kata dia.
ADVERTISEMENT
"Hasil ini menunjukkan bahwa koefisien Gini ratio (kesenjangan) DKI 0.4 yang meningkat dari tahun lalu memang sesuai kenyataan dan sesuai dengan hasil survei karena sebenarnya lebih banyak warga miskin daripada kaya di DKI, tetapi mereka tidak terpotret/mengalami dilusi (pengenceran) karena belanja orang kaya ini," lanjutnya.