Sofia Kerja Keras sampai Tahajud demi Lolos Paskibraka, tapi Harus Lepas Jilbab

15 Agustus 2024 13:50 WIB
·
waktu baca 2 menit
Kepala Sekolah SMAN Situraja Kabupaten Sumedang, Iwan Kartiwa saat ditemui pada Kamis (15/8/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Sekolah SMAN Situraja Kabupaten Sumedang, Iwan Kartiwa saat ditemui pada Kamis (15/8/2024). Foto: Robby Bouceu/kumparan
ADVERTISEMENT
Sofia Sahla, siswi kelas XI SMAN Sukaraja di Sumedang, harus melepaskan jilbabnya dalam melaksanakan tugas Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79. Hal itu merupakan aturan dari BPIP.
ADVERTISEMENT
Kepala Sekolah SMAN Sukaraja, Iwan Kartiwa, menyayangkan hal tersebut.
Iwan khawatir hal itu akan mengganggu konsentrasi Sofia dalam proses persiapan melaksanakan tugas. Terlebih, karena pihak sekolah mengenal Sofia sebagai siswi yang agamis.
“Disayangkan, karena memang mungkin di tengah-tengah perjalanan ini, mempengaruhi juga. Apalagi kalau berbicara mengenai rutinitas keseharian yang bersangkutan sangat agamis, sudah terbentuk sedemikian rupa, jilbab sudah menjadi identitasnya,” kata Iwan saat di temui di SMAN Sukaraja, Kamis (15/8).
Selain itu, berdasarkan kabar dari orang tua Sofia, Iwan menyebut muridnya itu getol melaksanakan salat tahajud sepanjang proses seleksi. Dengan harapan, dapat lolos ke jajaran Paskibraka di tingkat Nasional.
Suasana pengukuhan Paskibraka 2024 di IKN, Selasa (13/8/2024). Foto: YouTube/Sekretariat Presiden
Iwan mengatakan proses persiapan yang dilakukan Sofia pun ekstra terutama dalam hal manajemen waktu.
ADVERTISEMENT
“Misalnya dia mengurangi waktu tidurnya, Menjaga kesehatannya juga, saya dengar juga ketika puncak-puncak dalam seleksi yang ketat suka meningkatkan ibadah malamnya dalam hal ini tahajud untuk memudahkan ikut serta dalam Paskibraka ini,” kata Iwan.
Namun sehubungan dengan adanya pernyataan BPIP bahwa pelepasan jilbab dilakukan dalam rangka mematuhi peraturan dan tanpa ada paksaan, Iwan meradang. Ia hanya berharap, muridnya itu tetap dapat fokus menjalankan tugas yang ada.
“Ada kebijakan untuk kebersamaan atau apa, tapi, mudah-mudahan kebersamaan itu bisa memperhatikan kebinekaan, apalagi anak didik kami sudah sangat agamis dari awal disayangkan tiba-tiba melepas identitasnya,” kata dia.
Kebijakan BPIP tahun ini soal jilbab tak urung memicu kecaman dari banyak pihak, mulai orang tua dari siswa yang menjadi anggota Paskibraka, kepala daerah asal siswa, tokoh-tokoh agama Islam, hingga organisasi purna Paskibraka.
ADVERTISEMENT
"Paskibraka Putri dengan mengenakan pakaian, atribut dan sikap tampang sebagaimana terlihat pada saat pelaksanaan tugas kenegaraan yaitu Pengukuhan Paskibraka adalah kesukarelaan mereka dalam rangka mematuhi peraturan yang ada dan hanya dilakukan pada saat Pengukuhan Paskibraka dan Pengibaran Sang Merah Putih pada Upacara Kenegaraan saja," ungkap BPIP.
"Di luar acara Pengukuhan Paskibraka dan Pengibaran Sang Merah Putih pada Upacara Kenegaraan, Paskibraka Putri memiliki kebebasan penggunaan jilbab dan BPIP menghormati hak kebebasan penggunaan jilbab tersebut. BPIP senantiasa patuh dan taat pada konstitusi," klaim BPIP.
BPIP menyertakan gambar seragam Paskibraka putri, yaitu berambut pendek, yang tak mengakomodasi peserta berjilbab. Padahal tahun-tahun sebelumnya, peserta berjilbab tak ada masalah.
Pakaian Paskibraka 2024 yang dirilis BPIP, Rabu (14/8/2024) tak mengakomodasi peserta berjilbab. Foto: Dok BPIP