Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Somad, Anak Pemulung yang Wakili Indonesia di Piala Dunia Rusia
27 April 2018 13:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Pertengahan tahun 2018 menjadi waktu yang paling dinantikan bagi pecinta sepak bola. Tentu saja karena adanya Piala Dunia 2018 yang akan dihelat di Rusia, Juni mendatang.
ADVERTISEMENT
Namun, sebelum digelarnya kompetisi tertinggi bagi negara-negara anggota FIFA tersebut, ada sebuah turnamen sepak bola yang juga diikuti oleh berabagai negara di dunia.
Adalah Street Child World Cup (SCWC) 2018 atau Piala Dunia Anak Jalanan yang juga akan digelar di Rusia. Tidak seperti Piala Dunia FIFA, di ajang SCWC ini, Indonesia akan mengirimkan wakilnya bersaing dengan 23 negara lainnya untuk menjadi yang terbaik.
Nantinya para wakil Indonesia ini akan bertanding di arena Mini Soccer dengan komposisi tujuh pemain di lapangan dan dua pemain cadangan.
Sebanyak sembilan anak terpilih menjadi wakil Indonesia di ajang SCWC pada 10-18 Mei mendatang. Mereka adalah anak-anak yang dekat dengan kehidupan jalanan. Salah satunya adalah Somad, remaja asal pinggiran kota Bekasi.
ADVERTISEMENT
“Saya ingin seperti Cristiano Ronaldo,” ujar Somad saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) di Yayasan Kampus Diakoneia Modern (KDM), Bekasi, Sabtu (21/4).
KDM merupakan tempat Somad dan delapan anak lainnya menghabiskan waktu di akhir pekan selama empat bulan terakhir. Bersama Yayasan Transmuda Energi Nusantara (TEN) dan Sahabat Anak, KDM membentuk sebuah konsorsium yang dinamakan Garuda Baru yang melakukan seleksi dari tahap awal hingga akhir. Nama tersebut juga dipilih sebagai nama skuat yang diberangkatkan ke Rusia.
Bagi Somad, keberangkatannya ke Rusia bagai mimpi yang diidam-idamkannya sejak dulu. Sedari kecil, Somad sudah menyukai olahraga si kulit bundar. Sambil bersemangat, ia menceritakan masa kecilnya yang pernah mengalami cedera saat bermain sepak bola.
“Dulu pernah sampai pingsan waktu kecil, (karena) kena tendang bola di dada, jadinya sempat dilarang sama orang tua buat main (sepak bola)” katanya sambil tertawa kecil.
Somad tumbuh di keluarga yang terbilang besar. Ia merupakan anak ketujuh dari delapan bersaudara. Rumahnya yang berukuran 45 meter persegi berada di kawasan kumuh di wilayah Bintara Jaya, Bekasi.
ADVERTISEMENT
Ayahnya yang bernama Salim sehari-hari bekerja sebagai pemulung. Sementara ibunya, Asih, membuka warung kecil di depan rumahnya. Asih berjualan nasi uduk, makanan kecil, dan sayuran untuk membantu menghidupi keluarganya.
Langkah Somad hingga terpilih ke Rusia tidaklah mudah. Ia mengikut seleksi dan latihan di sela-sela waktunya bersekolah di dua sekolah sekaligus.
Somad belajar secara non formal di Sekolah Kami, yang merupakan kelompok belajar bagi anak-anak jalanan tidak jauh dari rumahnya hingga siang hari. Kemudian ia melanjutkan sekolah secara formal di Sekolah Swasta, SMP Toga Terang.
Meski senang, remaja 14 tahun ini mengaku tak menyangka bisa terpilih mewakili Indonesia ke Rusia. Terlebih dengan banyaknya anak-anak lain yang juga mengikuti seleksi.
“Kaget, pertamanya saya kira hanya latihan biasa, eh tau-nya seleksi yang mau ke Rusia. Dari situ saya langsung bertekad, langsung jaga fisik dan jaga kesehatan,” katanya.
ADVERTISEMENT
Menurut Somad, latihannya yang kini ia terima jauh berbeda dari kebiasaannya saat bermain sepak bola di jalanan dahulu. Semuanya kini serba teratur.
“Kan sebelum ikut di KDM (main bola) biasa aja ya. (Sekarang) berat banget, beda sama dulu yang main-main, karena lebih diatur. Enggak sebebas-bebasnya, enggak semau-mau mainnya. Harus lebih fokus sekarang, latihan endurance, fisik, sama passing,” tutur Somad.
Hari itu kumparan juga menghadiri latihan skuat Garuda Baru di Lapangan Sepak Bola SMA Pangudi Luhur, Bekasi yang berjarak dua kilometer dari Yayasan KDM. Somad yang berposisi sebagai gelandang memiliki keunggulan di kecepatan larinya.
“Sekarang ya paling jaga fisik saja minta doa ke orang tua,” tutur Somad saat ditanya persiapannya jelang keberangkatannya ke Rusia.
ADVERTISEMENT
Somad berharap, ia dan rekan-rekannya bisa mengharumkan nama Indonesia dengan menjadi juara. Pun begitu, dengan Bayu, rekan Somad yang juga berposisi sebagai gelandang.
“Yakin. Karena kalau musuhnya gede jangan lihat badannya. Pokoknya harus percaya diri. Dan harus yakin kita bisa,” kata Bayu mengomentari postur tubuh calon lawannya di Rusia.
Keduanya menjadi tumpuan Garuda Baru dalam ajang yang diselenggarakan di Moskow tersebut.
“Harapan saya bisa membanggakan Indonesia, bisa (menjadi) lebih maju,” tambah Somad.
Di Rusia, para peserta tidak hanya bermain sepak bola. Mereka akan menampilkan pertunjukan seni kebudayaan dari negara-negara masing. Dari Indonesia, Somad dan kawan-kawan akan menampilkan pertunjukkan tari.
“Jadi SCWC itu kontennya ada konferensi anak, ada kegiatan art, ada penampilan budaya, dan tentu saja sepak bola,” kata Jessica Hutting, pembimbing dari KDM.
Jessica menambahkan kegiatan Somad dan kawan-kawan di SCWC antara lain adalah Forum Group Discussion (FGD) dengan peserta dari negara lain. Untuk tari sendiri, yang akan mereka bawakan adalah tari betawi, tari piring, dan tari mambri asal Papua.
ADVERTISEMENT
“Bola itu tools-nya, media untuk menyatukan. Anak-anak kan kinestetis banget. Kompetisinya itu yang buat mereka bisa mengekspresikan dirinya, jadi bukan tujuan utama tapi sebagai medianya,” jelas Jessica
Tahun 2018 bukan kali pertama keikutsertaan Indonesia di SCWC. Empat tahun sebelumnya di Brasil, Indonesia juga mengirimkan dua tim, putra dan putri berkompetisi di SCWC, yang juga diprakarsai oleh KDM, TEN, dan Sahabat Anak.
SCWC merupakan turnamen sepak bola yang tidak berinduk ke FIFA. Meski begitu, perhelatannya mengikuti jadwal digelarnya Piala Dunia yakni empat tahun sekali. SCWC Pertama kali digelar di Afrika Selatan pada 2010 silam, turnamen ini diikuti oleh anak-anak di kelompok usia 14-16 tahun.