Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Somad dan Bayu, Dua Andalan Indonesia di Piala Dunia Anak Jalanan
27 April 2018 13:27 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
Sembilan anak terpilih mewakili Indonesia di ajang Piala Dunia Anak Jalanan atau Street Child World Cup (SCWC) 2018. Turnamen yang diikuti oleh 24 negara tersebut diselenggarakan di Rusia pada 10-18 Mei mendatang.
ADVERTISEMENT
Adapun perwakilan Indonesia antara lain, Krisna Sugina, Malikal Febri Pratama, Andre Widianto, Sugeng Reza Pamungkas, Aditya Rahman, Ardinata, Rian Febriansyah, Somad, dan Bayu Pamungkas. Anak-anak yang rata-rata berumur 14 hingga 16 tahun ini tergabung dalam skuat Garuda Baru.
Wahyu Kurniawan, sang pelatih, mengatakan sembilan anak tersebut memiliki kemampuan yang setara. Namun, dia menyebut Somad dan Bayu mengalami peningkatan signifikan selama masa pelatihan sehingga didapuk menjadi andalan tim.
“Somad sama Bayu, dua pemain yang sebenarnya posturnya sangat kecil tapi mereka punya kecepatan yang baik, Somad maupun Bayu, dua pemain ini mempunyai fisik yang sangat prima,” ujar Wahyu saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com) di sela-sela latihan Garuda Baru, Sabtu (21/4).
Wahyu menambahkan, dari serangkaian tes yang dilakukan sejak Desember 2017 lalu, kedua remaja yang berposisi sebagai gelandang itu menunjukkan progres yang sangat baik.
ADVERTISEMENT
“Dari Desember lalu dan kemarin akhir Maret, peningkatan VO2 max (Volume maksimal oksigen, semacam tingkatan kemampuan tubuh) dua pemain ini sangat luar biasa. Jadi catatan dua pemain ini sangat luar biasa. Pemain ini juga salah satu yang tiap minggunya memberikan kemajuan yang sangat baik,” lanjut Wahyu.
Nantinya, Garuda Baru akan bertanding di arena Mini Soccer dengan 7 pemain di lapangan dan 2 pemain di bangku cadangan. Wahyu sendiri mengaku agak kecewa dengan aturan yang hanya membolehkan membawa dua pemain cadangan.
“Sangat riskan ya, hanya 2 pemain cadangan. Solusinya tim hanya menyiapkan satu orang kiper murni dan beberapa pemain lain dilatih di posisi kiper. Jadi tidak ada khusus kiper cadangan,” papar Wahyu.
Di keikutsertaannya kali ini, Wahyu menargetkan Indonesia menempati posisi yang lebih baik daripada empat tahun sebelumnya yang hanya mencapai babak 8 besar.
ADVERTISEMENT
“Kalau dibebankan sih enggak. Saya percaya bisa melaju hingga final. Saya sudah menargetkan lebih baik dari tahun 2014, karena mereka kalah di 8 besar. Dan saya punya target pribadi setidaknya saya bisa mencapai ke semi final atau final,” tutur Wahyu.
Laki-laki yang akrab disapa coach Wahyu ini sudah sejak dua tahun terakhir terlibat dalam pelatihan sepak bola anak-anak jalanan. Menurutnya, melatih anak-anak jalanan menjadi tantangan tersendiri.
“Kesulitan enggak sih, lebih ke tantangan. Yang pertama soal kemampuan dan pemahaman tentang sepak bola. Karena anak-anak jalanan ini yang dia tahu hanya datang dan main. Ketika mereka diberikan program latihan yang baik mereka agak kaget. Jadi tantangannya pemahaman tentang sepak bola terus sama memotivasi mereka. Mereka ini terkadang masih beranggapan kalau jalanan itu tempat mereka,” jelasnya.
Wahyu berharap, kegiatan positif anak-anak jalanan ini tidak berakhir begitu saja setelah ajang SCWC berakhir. Melainkan menjadi jalan awal bagi mereka meninggalkan kehidupan di jalanan.
ADVERTISEMENT
“Harapan saya, setelah mengikuti SCWC ini mereka bisa meninggalkan dunia jalanannya. Kalau untuk ke arah profesional, saya juga berharap bisa seperti itu. Karena mereka juga butuh kesempatan dan peluang untuk masuk ke dunia profesional. Saya berharap sekali bahwa anak jalanan ini tidak bisa dipandang sebelah mata agar mereka bisa berkembang ke arah yang lebih baik,” tandas Wahyu.