Sopir Bus Asal Sumbar Tewas di Jaktim: Diduga Diculik, Disiksa, Polisi Lama Usut

24 Januari 2025 21:30 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Rahmat Faisandri (29 tahun), warga asal Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat diduga menjadi korban penculikan dan penyiksaan saat merantau di Jakarta Timur. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Rahmat Faisandri (29 tahun), warga asal Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat diduga menjadi korban penculikan dan penyiksaan saat merantau di Jakarta Timur. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Rahmat Faisandri (29 tahun), warga asal Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, tewas. Ia diduga menjadi korban penculikan dan penyiksaan saat merantau di Jakarta Timur.
ADVERTISEMENT
Keluarga korban menduga ada keterlibatan oknum aparat kepolisian. Kasus ini kemudian diadukan ke Anggota DPR RI, Andre Rosiade, untuk dapat dilakukan audiensi Komisi III bersama Polri.
Paman Rahmat, Helton, menceritakan kronologi kasus keponakannya itu. Ia mengatakan, keluarga terakhir kali melakukan komunikasi pada tanggal 19 Oktober 2024.
Ketika itu, kata Helton, keponakannya memberi tahu pengurusan paspornya telah selesai. Rencananya, Rahmat ingin berangkat ke Jepang untuk bekerja. Namun masih menunggu promo tiket pesawat.
"Tanggal 20 Oktober keponakan kami ini tidak dapat dihubungi oleh keluarga. Biasanya sering nelepon," kata Helton yang juga merupakan Kepala Dinas Discukcapil Kabupaten Agam itu saat dihubungi kumparan, Jumat (24/1).
Helton menuturkan, biasanya keponakannya bekerja sebagai sopir bus Al-hijrah yang merupakan perusahaan otobus rute Padang-Jakarta. Rahmat masih bujangan.
ADVERTISEMENT
Lanjut Helton, karena keponakannya tidak dapat dihubungi, keluarga kemudian membuat laporan ke Polsek Pasar Rebo, Jakarta Timur. Hal ini dilakukan pada 28 Oktober 2024.
"Kakaknya ke Jakarta membuat laporan Polsek Pasa Rebo melapor kehilangan. Pada saat itu, kami masih berprasangka baik," ucapnya.
Helton mengungkapkan, pada 2 November, keluarga diinformasikan oleh pihak polsek, Rahmat berada di Rumah Sakit Keramat Jati. Kondisi sudah di kamar mayat.
Ilustrasi Mayat. Foto: Skyward Kick Productions/Shutterstock
Dikatakan Helton, keponakannya sudah 11 hari di kamar mayat dengan status tanpa identitas atau Mr x. Sebelumnya, Rahmat diantar oleh sejumlah orang ke Polsek Pasar Rebo hanya mengunakan celana dalam.
"Tanggal 2 November dapat informasi dari polsek disuruh cek ke rumah sakit, ada yang kami duga mirip dengan Rahmat katanya. Kakaknya cek, didampingi orang polsek, dilihat di kamar mayat, ternyata benar Rahmat," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
"Saya dihubungi saat itu sedang di Lombok. Saya suruh tanya orang polsek bagaimana kronologi bisa begitu meninggal," sambung Helton.

Diantar ke Polsek dengan Tudingan Pencurian

Helton menjelaskan, dari keterangan Kapolsek Pasar Rebo ketika itu, keponakannya diantar oleh sejumlah orang ke Mapolsek, di antaranya ada oknum kepolisian. Kondisinya sangat memprihatinkan.
"Cerita Kapolsek, Rahmat diantarkan sekitar jam 5 subuh ke polsek oleh massa. Ini keterangan awal Kapolsek. Ada di antaranya katanya anggota polisi dan satpam penjaga bangunan ruko yang baru dibangun," jelasnya.
Helton menduga, di lantai 2 bangunan ruko yang sedang tahap pembangunan itu keponakannya disiksa. Helton mengatakan keluarganya tidak terima karena Rahmat disebut melakukan pencurian lalu dihajar massa.
Sebab menurut Helton, titik koordinat terakhir Rahmat berada di kosnya yang tidak jauh dari Polsek Pasar Rebo. Sementara, barang berharga Rahmat hilang semuanya.
ADVERTISEMENT
"Sepeda motor beserta surat-suratnya, dompet, ATM, jam tangan hilang. Justru keponakan saya yang jadi korban pencurian," ujarnya.
Rahmat Faisandri (29 tahun), warga asal Lubuk Basung, Kabupaten Agam, Sumatera Barat diduga menjadi korban penculikan dan penyiksaan saat merantau di Jakarta Timur. Foto: Istimewa

Ada Luka di Kepala hingga Punggung

Mendapat kabar keponakan berada di Rumah Sakit Kramat Jati, Helton yang saat itu berada di Lombok langsung terbang ke Jakarta. Ia pun mengungkapkan kondisi memperhatikan yang dialami keponakannya.
"Saya lihat jenazah keponakan saya sebelum dilakukan autopsi. Ada 29 jahitan di kepala, rahang patah, punggung seperti luka karena diseret, tangan bekas diikat. Tangan dan kaki kanannya hancur seperti kena pukul. Patah," bebernya.
Helton menyesalkan Polsek Pasar Rebo yang baru memberitahukan kepada keluarga setelah 11 hari jenazah di kamar mayat. Alasan, terkendala alat untuk mendeteksi identitas orang.
"Saya pertanyakan ke kapolsek di rumah sakit ketika itu, kapan diketahui identitas, baru tahu katanya. Dengan kecanggihan alat yang dimiliki, masak 11 hari di kamar mayat masih dinyatakan Mr X. Katanya susah, saya bilang saya Kadisdukcapil, sehari bisa diketahui identitas orang. Saya sering dilibatkan perkara seperti ini. Saya tidak terima," kata dia.
ADVERTISEMENT
Setelah diautopsi, jenazah Rahmat dibawa ke kampung halaman di Lubuk Basung, Kabupaten Agam, untuk dimakamkan. Hingga kini, keluarga tidak terima Rahmat dituding dihajar massa karena melakukan pencurian.
Mewakili keluarga besar, Helton meminta kepolisian mengusut tuntas kasus tewasnya keponakannya. Ia meyakini adanya keterlibatan oknum kepolisian dalam kasus ini.
"Kami pihak keluarga tidak terima dengan status sementara kasus ini disebut Rahmat melakukan pencurian," tegasnya.
Sementara Polres Jakarta Timur belum memberikan keterangan maupun penjelasan terkait kasus ini.