Sosok Diktator Mussolini yang Jadi Inspirasi Calon PM Baru Italia Giorgia Meloni

26 September 2022 18:46 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Benito Mussolini saat memberikan pidato. Foto: Fox Photos/Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Benito Mussolini saat memberikan pidato. Foto: Fox Photos/Getty Images
ADVERTISEMENT
Seratus tahun setelah kebangkitan fasisme dikawal oleh diktator Benito Mussolini dalam Pawai ke Roma pada 1922, Italia akan mengembalikan kekuasaan kepada seorang politikus dengan akar neo-fasisme, Giorgia Meloni.
ADVERTISEMENT
Meloni menyeret Partai Brothers of Italy (Fdl) dari pojok dunia politik hingga posisi teratas dalam jajak pemilu pada Minggu (25/9). Koalisi sayap kanannya—Partai Lega Nord (LN) dan Partai Forza Italia (FI)—turut mengamankan mayoritas kursi di kedua majelis parlemen.
Usai merengkuh kemenangan telak, Meloni akan menjadi perdana menteri sayap kanan pertama di Italia sejak Perang Dunia II. Kabar tersebut memicu kekhawatiran akan kebangkitan fasisme.
Sebab, Meloni sendiri mengagumi Mussolini ketika dia bergabung dengan sayap pemuda dari Italian Social Movement (MSI). Partai neo-fasis itu dibentuk oleh para pendukung Mussolini pada 1946.
Dalam otobiografinya pada 2021, Meloni mengaku menemukan 'keluarga' dalam MSI. Pun ketika berkampanye untuk Partai National Alliance (AN) pada 1996, dia menaburkan sanjungan untuk Mussolini.
ADVERTISEMENT
"Mussolini adalah politikus yang baik, dalam segala hal yang dia lakukan, dia lakukan untuk Italia," tutur Meloni saat berusia 19 tahun, dikutip dari AFP, Senin (26/9).
Tetapi, Meloni mengungkapkan pandangan berbeda pada bulan lalu. Dia mengaku menjauhkan diri dari nostalgia atas era fasis. Meloni mengakui 'kesalahan' Mussolini seperti undang-undang rasial, otoritarianisme, dan keputusannya menjadi sekutu Adolf Hitler.
"Jelas saya punya pendapat berbeda sekarang," ujar Meloni, dikutip dari Reuters.

Benito Mussolini

Benito Mussolini saat memberikan pidato. Foto: Fox Photos/Getty Images
Mussolini adalah seorang pria kelahiran 29 Juli 1883 di Predappio. Ayahnya adalah seorang pengrajin besi dan penganut sosialisme, sedangkan ibunya merupakan seorang guru sekolah Katolik. Pandangan politiknya sendiri sangat dipengaruhi sang ayah.
Mussolini sempat menimba ilmu di sebuah sekolah asrama yang dikelola oleh pendeta Salesian Don Bosco. Untuk menghindari wajib militer, Mussolini pindah ke Swiss pada 1902.
ADVERTISEMENT
Selama masa itu, dia mengeksplor pemikiran filsuf Friedrich Nietzsche, ahli sosiologi Vilfredo Pareto, serta sindikalis Georges Sorel. Mussolini mengaku terkesan saat menjelajahi karya Sorel. Dia kemudian berperan aktif dalam gerakan sosialis Italia di Swiss.
Mussolini bekerja sebagai seorang jurnalis untuk surat kabar L'Avvenire del Lavoratore. Dia juga ditunjuk sebagai sekretaris serikat buruh di Laussane. Mussolini kemudian kembali ke Italia setelah mendapatkan amnesti terkait wamil pada 1904.
Salah satu syarat pembebasannya adalah bergabung dengan angkatan bersenjata. Selama dua tahun berikutnya, Mussolini lantas bergabung dengan Korps Bersaglieri di Forli. Setelah bebas dari tugas militer tersebut, Mussolini mulai bekerja di kantor Partai Sosialis.
Dia juga membantu tugas penyuntingan untuk L'Avvenire del Lavoratore dan Lotta di classe. Antara Januari dan Mei 1910, Mussolini menerbitkan buku seri dalam koran Il Popolo. Dia lalu menjadi salah satu tokoh sosialis paling terkenal di Italia.
ADVERTISEMENT
Berkat mendorong pemecatan dua pejabat partai, Mussolini diberikan posisi editor dalam koran Partai Sosialis berjudul Avanti! Namun, ketika Perang Dunia II meletus, Mussolini sering terlibat dalam perselisihan dengan kaum sosialis yang menentang perang.
Giorgia Meloni, calon kuat PM Italia. Foto: Instagram/@giorgiameloni
Akibatnya, dia dikeluarkan dari Partai Sosialis. Mussolini akhirnya melepaskan perjuangan kelas untuk nasionalisme revolusioner. Mengantongi sumber pendanaan dari perusahaan senjata dan kaum sosialis Prancis, dia membentuk koran berjudul Il Popolo d'Italia.
Setelah ditolak pergi berperang dengan sukarela, Mussolini akhirnya dipanggil sebagai pasukan cadangan pada Agustus 1915. Ketika kembali dari pengabdian militernya untuk Sekutu dalam Perang Dunia I, dia melanjutkan penerbitan korannya.
Mussolini lalu memulai karier dalam dunia politik pada 1917. Dia menerima pendanaan dari agen keamanan Inggris, MI5. Menggunakan kesempatan itu, Mussolini mendirikan organisasi fasis Fasci Italiani di Combattimento.
ADVERTISEMENT
Meski mendapati kekalahan dalam pemilu pada 1919, kaum fasisnya berkembang menjadi Partai Fasis Nasional (PFN). Mussolini akhirnya memenangkan pemilu menjadi anggota DPR Italia pada 1921.
Tak puas dengan kemenangan itu, Mussolini meluncurkan Pawai ke Roma yang menarik puluhan ribu orang untuk menuntut mundurnya Perdana Menteri Italia, Luigi Facta, pada Oktober 1992. Raja Victor Emmanuel III lalu mengangkat Mussolini sebagai pengganti Facta.
Sejak berkuasa, Mussolini menyingkirkan semua oposisi politik dan melarang pemogokan buruh. Dia mengadopsi undang-undang yang mengubah negara menjadi kediktatoran satu partai.
Mussolini turut mengambil kebijakan luar negeri yang bertujuan untuk memperluas kekuasaan kolonial Italia. Dia telah memerintahkan Pasifikasi Libya pada 1923, pengeboman Corfu pada 1923, dan protektorat atas Albania pada 1939.
Diktator fasis Italia, Benito Mussolini. Foto: AFP/Publifoto
Mussolini juga berhasil memasukkan Kota Fiume ke negara Italia, menaklukkan Etiopia, mencaplok Albania, dan memerintahkan intervensi militer di Spanyol. Dia awalnya menghindari risiko Perang Dunia II, tetapi kemudian bersekutu dengan Jerman dan Jepang.
ADVERTISEMENT
Mussolini memutuskan untuk memasuki perang di pihak Poros pada Juni 1940. Keruntuhan Poros dan invasi Sekutu ke Sisilia kemudian menghilangkan dukungan bagi Mussolini.
Atas hal itu, Majelis Tertinggi Fasisme mengeluarkan mosi tidak percaya terhadap Mussolini pada 1943. Raja Victor Emmanuel III memberhentikannya sebagai kepala pemerintahan dan menempatkannya dalam tahanan.
Usai gencatan senjata dengan Sekutu, Mussolini diselamatkan dari tawanan oleh unit spesial Fallschirmjäger dan komando Waffen-SS yang dipimpin oleh Meior Otto-Harald Mors. Adolf Hitler lalu menempatkan Mussolini sebagai pemimpin rezim boneka di Italia.
Kendalinya atas Republik Sosial Italia mengobarkan perang saudara di negara tersebut. Seiring dengan kekalahan total, Mussolini berusaha melarikan diri ke Swiss. Tetapi, dia ditangkap oleh pemberontak Italia. Mussolini pun dieksekusi oleh regu tembak pada 28 April 1945.
ADVERTISEMENT

Kebangkitan Mussolini

Giorgia Meloni, calon kuat PM Italia. Foto: Instagram/@giorgiameloni
Pengaruh Mussolini tidak berakhir bersama dengan akhir hidupnya. Seorang menteri kebudayaan di negara boneka Nazi, Giorgio Almirante, mendirikan MSI bersama para mantan anggota PFN. Tiga politikus neo-fasis lantas duduk di Parlemen Italia pada 1948.
Para mantan anggota PFN membentuk Partai National Alliance (AN) pada 1995 sebelum dibubarkan pula pada 2009. Sejumlah mantan anggotanya membuat Fdl, sedangkan yang lainnya membentuk Partai Forza Italia (FI). Kini, Meloni telah mengambil kendali atas Fdl.
Walau mengeklaim telah menghempaskan akar fasisme itu, Meloni tetap menganut pandangan garis keras. Partainya pun melaungkan teori 'Great Replacement' yang meyakini adanya elite global yang menggunakan imigran untuk menggantikan orang Eropa.
Mengusung moto 'Tuhan, Tanah Air, Keluarga' yang menggema selama era fasis di Italia, Meloni menentang keras imigrasi ilegal dan 'lobi LGBTQ+'. Hingga kini, logo Fdl juga masih menampilkan simbol kobaran api dengan warna bendera Italia yang diambil dari logo MSI.
ADVERTISEMENT
Analis meyakini, Meloni mengambil alih kekuasaan ketika fasisme sedang mencengkeram Italia. Nyatanya, Mussolini pun masih menikmati dukungan bahkan dari bawah kubur. Sekelompok orang kerap mendatangi kuburannya di kota kelahirannya, Predappio.
Disadur dari Al Jazeera, mereka memasuki ruang bawah tanah untuk memberikan penghormatan selama beberapa menit kepada Mussolini. Pesan yang tertuang pada kartu dan seikat bunga yang menjadi layu sering kali tertinggal di pintu ruang bawah tanah tersebut.
Para pengunjung mengungkapkan kesedihan dan kemarahan atas 'pengkhianatan' terhadap Mussolini. Menarik garis antara perbuatan Mussolini sebelum dan sesudah aliansinya dengan Nazi, mereka meyakini bahwa dia sesungguhnya adalah politikus yang baik.
"Mussolini adalah negarawan hebat. Dia mempromosikan undang-undang perburuhan dan perlindungan sosial. Tetapi dia membuat kesalahan dengan aliansinya dengan Hitler dan undang-undang rasial yang memalukan," ujar seorang pegawai negeri berusia 42 tahun, Fabiana di Carlo.
Giorgia Meloni, calon kuat PM Italia. Foto: Instagram/@giorgiameloni
Survei IPSOS pada 2021 menemukan, 66 persen masyarakat berusia 16-25 tahun menganggap rezim fasisnya turut membawakan manfaat bagi Italia. Sentimen tersebut masih langgeng hingga kini. Setiap tahunnya, makam Mussolini dikunjungi 70.000 orang Italia.
ADVERTISEMENT
Toko-toko di kota itu pun menjajakan memorabilia fasis. Botol minuman anggur, poster, kalender, hingga patung menampilkan wajah sang diktator. Koleksi lencana, kaus, topi, dan pin dengan simbol Nazi turut dipajang secara terbuka di Predappio.
Konstitusi menyatakan fasisme sebagai kejahatan. Italia menerapkan undang-undang anti-fasis pula untuk melarang rekonstitusi PFN. Namun, UU tersebut menawarkan interpretasi terbuka.
Ungkapan bahwa Mussolini membawa banyak manfaat bagi negaranya lantas semakin sering terdengar di Italia. Pernyataan tersebut mencerminkan cara masyarakat memandang masa lalunya.
Pasalnya, mereka dihadapkan dengan perang saudara Italia dan ancaman Perang Dingin. Barat juga menyaksikan pengaruh komunis yang bisa dilawan dengan bantuan kaum fasis.
Akibat kaum fasis yang tak kunjung diberantas, Italia akhirnya membangun narasi mereka sendiri tentang sejarahnya. Berita palsu yang beredar tentang fasisme selama bertahun-tahun membuat rezim Mussolini dikenal sebagai masa kepemimpinan yang hebat.
ADVERTISEMENT
"Sementara di Jerman ada proses panjang untuk mengatasi masa lalu, yang memiliki prasyarat untuk membuat semua orang Jerman merenungkan tanggung jawab bersama atas kejahatan nazisme, di Italia proses ini tidak pernah terjadi," terang seorang akademisi yang menulis buku tentang kebangkitan Mussolini, Antonio Scurati, dikutip dari The Guardian.
"Bila Mussolini bangkit, orang Italia akan memilihnya kembali. Faktanya, orang Italia, Eropa, Amerika Utara, dan Brasil telah memilih beberapa neo-Mussolini," imbuhnya.